Kamis, 21 April 2011

Terapi Imunopotensiasi atau Terapi Imunomodulator

Terapi Imunopotensiasi atau Terapi Imunomodulator

Sistem imun tubuh terdiri dari banyak komponen. Semua komponen tersebut akan bekerja secara serentak manakala tubuh mendapatkan serangan dari penyakit yang berasal dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh kita sendiri. Mempertahankan kekebalan tubuh diperlukan agar tubuh senantiasa sehat. Meningkatkan dengan menjaga pola hidup sehat, yaitu istirahat/tidur yang cukup, konsumsi makanan bergizi yang mengandung vitamin dan mineral, dan bila perlu menggunakan imunomodulator. Imunomodulator adalah imunostimulasi atau imunopotensiasi, yaitu cara memperbaiki fungsi sistem imun tubuh dengan menggunakan bahan yang merangsang atau meningkatkan kerja sistem tersebut.
Kerja sistem imun tubuh kita secara sederhana terbagi dalam 3 kelompok :
  1. Sistem pertahan tubuh awal : contohnya, kulit, rambut di kulit, air mata
  2. Sistem pertahanan tubuh non spesifik (alamiah) : adalah sistem yang paling cepat bereaksi ketika ada serangan virus, bakteri atau mikroba dari luar.
  3. Sistem pertahanan spesifik (dapatan) : sistem ini baru bekerja ketika perlawanan sistem imun alami kita tidak cukup dan bekerja menurut jeniis serangan virus atau  bakteri yang terjadi. Yang bekerja pada sistem ini adalah Limfosit T & B. Hasil kerja sistem inilah yang berbentuk antibodi (IgG dan IgM)
Sistem imun berkembang sesuai dengan perkembangan tubuh kita, pada waktu bayi umumya sistem imun masih belum banyak berkembang, beberapa komponen masih belum dapat bekerja optimal. Dengan bertambahnya usia dari anak-nak menuju remaja hingga dewasa, sistem imun berkembang untuk bekerja lebih optimal. Tetapi memasuki usia tua, sistem imun menurun kemballi. Oleh karena itu, anak-anak dan lansia mudah sekali terkena penyakit.
Pada prinsipnya, orang dengan kondisi sistem imun dalam keadaan prima, tidak mudah terkena infeksi, akan tetapi jika pada saat tertentu sistem imunterganggu atau tidak bekerja dengan baik, maka infeksi oleh bakteri, virus atau jamur mudah masuk ke dalam tubuh. Banyak faktor yang dapat mengakibatkan sistem imun terganggu, di antaranya: stress, kurang gizi, terlalu lelah, dsb. Untuk mengatsinya diperlukan pola hidup sehat, antara lain : cukup istirahat, makan bergizi seimbang, tidak stress, menghindari lingkungan yang dapat mengakibatkan sakit dan bila perlu mengkonsusmsi obat atau suplementasi yang dapat menguatkan sistem imun (daya tahan) tubuh.
Terapi imunopotensiasi atau Imunomodulator
Terapi Imunopotensiasi adalah upaya pengobatan untuk memperbaiki fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem imun. Imunomodulator adalah senyawa tertentu yang dapat meningkatkan mekanisme pertahanan tubuh baik secara spesifik maupun non spesifik, dan terjadi induksi non spesifik baik mekanisme pertahanan seluler maupun humoral. Pertahanan non spesifik terhadap antigen ini disebut paramunitas, dan zat berhubungan dengan penginduksi disebut paraimunitas. Induktor semacam ini biasanya tidak atau sedikit sekali kerja antigennya, akan tetapi sebagian besar bekerja sebagai mitogen yaitu meningkatkan proliferasi sel yang berperan pada imunitas. Sel tujuan adalah makrofag, granulosit, limfosit T dan B, karena induktor paramunitas ini bekerja menstimulasi mekanisme pertahanan seluler. Mitogen ini dapat bekerja langsung maupun tak langsung (misalnya melalui sistem komplemen atau limfosit, melalui produksi interferon atau enzim lisosomal) untuk meningkatkan fagositosis mikro dan makro (Gambar 1). Mekanisme pertahanan spesifik maupun non spesifik umumnya saling berpengaruh. Dalam hal ini pengaruh pada beberapa sistem pertahanan mungkin terjadi, hingga mempersulit penggunaan imunomodulator, dalam praktek.
Imunostimulan
Imunostimulan ditunjukan untuk perbaikan fungsi imun pada kondisi-kondisi imunosupresi. Kelompok obat ini dapat memperngaruhi respon imun seluler maupun humoral. Kelemahan obat ini adalah efeknya menyeluruh dan tidak bersifat spesifik untuk jenis sel atau antibodi tertentu. Selain itu efekumumnya lemah. Indikasi imunostimulan antara lain AIDS, infeksi kronik, dan keganasan terutama yang melibatkan sistem limfatik
Karakteristik imunomodulator dan metode penguji
Aktivitas suatu senyawa yang dapat merangsang sistem imun tidak tergantung pada ukuran molekul tertentu. Efek ini dapat diberikan baik oleh senyawa dengan berat molekul yang kecil maupun oleh senyawa polimer. Karena itu usaha untuk mencari senyawa semacam ini hanya dapat dilakukan dengan metode uji imunbiologi saja. Metode pengujian yang dapat dilakukan adalah metode in vitro dan in vivo, yang akan mengukur pengaruh senyawa kimia terhadap fungsi dan kemampuan sistem mononuklear, demikian pula kemampuan terstimulasi dari limfosit B dan T.
Metode uji aktivitas imunomoduator yang dapat digunakan,yaitu:
  1. Metode bersihan karbon (“Carbon-Clearance”) Pengukuran secara spektrofluorometrik laju eliminasi partikel karbon dari daerah hewan. Ini merupakan ukuran aktivitas fagositosis.
  2. Uji granulosit Percobaan in vitro dengan mengukur jumlah sel ragi atau bakteri yang difagositir oleh fraksi granulosit yang diperoleh dari serum manusia. Percobaan ini dilakukan di bawah mikroskop.
  3. Bioluminisensi radikal Jumlah radikal 02 yang dibebaskan akibat kontak mitogen dengan granulosit atau makrofag, merupakan ukuran besarnya stimulasi yang dicapai.
  4. Uji transformasi limfosit T Suatu populasi limfosit T diinkubasi dengan suatu mitogen. Timidin bertanda ( 3 H) akan masuk ke dalam asam nukleat limfosit 1. Dengan mengukur laju permbentukan dapat ditentukan besarnya stimulasi dibandingkan dengan fitohemaglutinin A (PHA) atau konkanavalin A (Con A).
Persyaratan imunomodulator
Menurut WHO, imunomodulator haruslah memenuhi persyaratan berikut:
  1. Secara kimiawi murni atau dapat didefinisikan secara kimia.
  2. Secara biologik dapat diuraikan dengan cepat.
  3. Tidak bersifat kanserogenik atau ko-kanserogenik.
  4.  Baik secara akut maupun kronis tidak toksik dan tidak mempunyai efek samping farmakologik yang merugikan.
  5. Tidak menyebabkan stimulasi yang terlalu kecil ataupun terlalu besar.
Dasar fungsional paramunitas
  1. Terjadinya peningkatan kerja mikrofag dan makrofag serta pembebasan mediator.
  2. Menstimulasi limfosit (yang berperan pada imunitas tetapi belum spesifik terhadap antigen tertentu), terutama mempotensiasi proliferasi dan aktivitas limfosit.
  3. Mengaktifkan sitotoksisitas spontan.
  4. Induksi pembentukan interferon tubuh sendiri.
  5. Mengaktifkan faktor pertahanan humoral non spesifik (misalnya sistem komplemen properdin-opsonin).
  6. Pembebasan ataupun peningkatan reaktivitas limfokin dan mediator atau aktivator lain.
  7. Memperkuat kerja regulasi prostaglandin.
Bahan atau obat yang merangsang fungsi imun tersebut imunostimulan, terdiri dari imunostimulan biologik dan imunostimulan sintetik.

Imunostimulan biologik

  • Nukleotida  
  •  
  • Nukleotida terdapat pada air susu ibu. Akhir-akhir ini banyak susu formula yang diberi suplementasi nukleotida. Pada penelitian uji banding kasus yang dilakukan pada bayi, satu kelompok diberikan susu ibu atau susu formula yang disuplementasi nukleotida, dibandingkan dengan kelompok yang diberikan susu formula tanpa nukleotida, ternyata terdapat peningkatan aktifitas sel NK pada bayi-bayi yang diberi susu ibu dan formula dengan nukleotida dibandingkan bayi-bayi yang diberi susu formula tanpa nukleotida. Peneliti yang sama mendapatkan peningkatan produksi IL-2 oleh sel monosit pada kelompok yang diberi susu formula dengan nukleotida. Nukleotida juga mengaktifkan sel T dan sel B.
  •   
  • Kolostrum  
  • Kolostrum mengandung  “interferon like substance”, dapat menyebabkan aktifasi sitotoksisitas leukosit. Kolostrum juga mengandung makrofag yang berfungsi sebagai penyimpan dan pengangkut imunoglobulin. 
  • Gonadotropin-releasing hormone’ (GnRH)  
  • Gonadotropin-releasing hormone meningkatkan pertumbuhan makrofag, sel T dan merangsang sumsum tulang, serta meningkatkan GM-CSF. Pada percobaan binatang yang mengalami imunodefisiensi dengan meningkatkan CD4 T limfosit dan kadar serum IgG total, sedangkan  growth hormone
  • Hormon timus 
  • Hormon timus berperan dalam sel T dan modulasi sel T yang sudah matang. Ada empat macam hormon timus, yaitu timosin a, timolin, timopoietin, dan faktor timus humoral. Hormon tersebut digunakan untuk memperbaiki gangguan fungsi sistem imun pada keadaan usia lanjut, kanker, autoimun, dan kegagalan sistem imun pada pengobatan dengan imunosupresan. Pada kasus tersebut pemberian hormon timus menimbulkan peningkatan jumlah dan fungsi reseptor sel T serta beberapa aspek imunitas selular. Efek samping yang mungkin timbul seperti pemberian hormon yang lain adalah reaksi alergi lokal maupun sistemik.
  • Limfokin
  • Limfokin atau sitokin dihasilkan oleh limfosit yang mengalami aktivasi. Ada beberapa limfokin antara lain faktor aktivasi makrofag (MAF), faktor pertumbuhan makrofag (MGF), faktor pertumbuhan sel T (IL-2), faktor stimulasi koloni (CSF), interferon gamma. Faktor yang dihasilkan oleh makrofag misalnya faktor nekrosis tumor (TNF). IL-2 dan TNF telah dapat dibuat dengan bioteknologi genetika. TNF pada percobaan dapat menyembuhkan beberapa tumor pada tikus. Gangguan sintesis IL-2 ada kaitannya dengan kanker, AIDS, usia lanjut dan penyakit autoimun.
  • Interferon
  • Ada tiga macam interferon, interferon alfa (IFN-α) yang dihasilkan leukosit, interferon beta (IFN-β) yang dihasilkan fibroblast, dan interferon gama (IFN-γ =  interferon imun) yang dihasilkan oleh sel T yang teraktivasi. Interferon mempunyai khasiat dapat menghambat replikasi DNA dan RNA virus, sel normal dan sel ganas, dapat memodulasi sistem imun. Interferon dalam dosis tinggi menghambat penggandaan sel B dan sel T sehingga menurunkan respons imun selular dan humoral, dan dalam dosis rendah mengatur produksi antibodi serta merangsang sistem imun yaitu meningkatkan aktivitas membunuh sel NK, makrofag dan sel T. Efek sampingnya adalah demam, malaise, mialgia, mual, muntah, mencret, leukopenia, trombositopenia, dan aritmia.
  • Antibodi monoklonal 
  • Antibodi monoklonal diproduksi secara rekayasa bioteknologi. Dengan cara ini akan dihasilkan antibodi dalam jumlah banyak terhadap epitop tunggal antigen yang dikehendaki. Penggunaannya bersama radioisotop, toksin atau obat lain terutama pada pengobatan neoplasma. Antibodi monoklonal dapat mengikat komplemen untuk membunuh sel tumor manusia dan tikus pada percobaan in vivo.
  • Bahan dari jamur 
  • Bahan yang dapat diisolasi dari jamur antara lain lentinan, krestin dan schizophyllan. Efek imunostimulasinya adalah meningkatkan fungsi makrofag. Krestin dan lentinan sebagai imunostimulator nonspesifik telah banyak digunakan pada pengobatan kanker.
  • Bahan dari bakteri
    1. Corynebacterium parvum  Corynebacterium parvum adalah kuman Gram positif. Digunakan sebagai imunostimulator dalam bentuk suspensi kuman yang telah dimatikan dengan pemanasan. Dalam klinik digunakan untuk mencegah pertumbuhan tumor dan mengurangi metastasis.
    2. Lactobacillus acidophilus  Dalam penelitian merupakan dapat menyebabkan pergeseran pola Th-2 ke arah Th-1 walaupun hanya secara lemah meningkatkan IFN-g.
    3. Endotoksin  Endotoksin merupakan lipopolisakarida, komponen dari dinding sel bakteri gram negatif seperti E. coli, shigela, dan salmonela. Sebagai imunomodulator diketahui dapat merangsang penggandaan sel B maupun sel T dan mengaktifkan makrofag. Masih bersifat eksperimen karena bersifat pirogenik dan imunogenik.
Imunostimulan sintetik
    Echinacea
  • Farmakodinamik Echinacea adalah peningkatan fagositosis sel granulosit manusia  in vitro 
  • Levamisol  Dalam klinik lazim dipakai sebagai obat cacing, dan sebagai imunostimulan levamisol berkhasiat untuk meningkatkan penggandaan sel T, menghambat sitotoksisitas sel T, mengembalikan anergi pada beberapa kanker (bersifat stimulasi nonspesifik), meningkatkan efek antigen, mitogen, limfokin dan faktor kemotaktik terhadap limfosit, granulosit dan makrofag. Penggunaan klinisnya untuk mengobati artritis reumatoid, penyakit virus, lupus eritematosus sistemik, sindrom nefrotik. Diberikan dengan dosis 2,5 mg/kgBB per oral selama 2 minggu, kemudian dosis pemeliharaan beberapa hari per minggu. Efek samping yang harus diperhatikan adalah mual, muntah, urtikaria, dan agranulositosis.
  • Isoprinosin  Sebagai imunostimulator isoprinosin berkhasiat meningkatkan penggandaan sel T, meningkatkan toksisitas sel T, membantu produksi IL-2 yang berperan dalam diferensiasi limfosit dan makrofag, serta meningkatkan fungsi sel NK. Diberikan dengan dosis 50 mg/kgBB. Perlu pemantauan kadar asam urat darah karena pemberian isoprinosin dapat meningkatkan kadar asam urat.
  • Muramil dipeptida (MDP)  MDP adalah komponen aktif terkecil dari dinding sel mikobakterium. Bahan tersebut kini dapat dibuat secara sintetik. Sebagai imunostimulan berkhasiat meningkatkan sekresi enzim dan monokin, serta bersama minyak dan antigen dapat meningkatkan respons selular maupun humoral. Dalam klinik telah banyak digunakan untuk pencegahan tumor dan infeksi sebagai ajuvan vaksin.
  • Vaksin BCG  Dalam penelitian pada tikus, BCG mengurangi sensitisasi dan mengurangi pembentukan IgE spesifik dan respons eosinofil terhadap rangsangan alergen dan menginduksi produksi IFN-g. BCG adalah Mycobacterium bovis yang dilemahkan. Penggunaan BCG dalam imunopotensiasi bermula dari pengamatan bahwa penderita tuberkulosis kelihatan lebih kebal terhadap infeksi oleh jasad renik lain. Dalam imunomodulasi BCG digunakan untuk mengaktifkan sel T, memperbaiki produksi limfokin, dan mengaktifkan sel NK.
  • Toksin kolera Toksin kolera subunit B yang berikatan dengan antigen presenting cell mengaktifasi produksi sitokin oleh sel T.
  • LW50020  LW50020 adalah suatu imunomodulator bakteria yang kini sedang dalam penelitian, merupakan preparat beberapa bacteria yang biasanya menyebabkan infeksi saluran nafas, bila diberikan per oral dapat meningkatkan mekanisme pertahanan paru dengan meningkatkan migrasi limfosit lamina propria dan limfosit Peyer’s patch. Penelitian ini dilakukan pada hewan coba BALG/c mice.
  • N,N’-Diacetyl-1 Cystein  N,N’-Diacetyl-1 Cystein adalah suatu dimmer disulfit dari N-acetylcystein pada penelitian dengan hewan percobaan BALB/c meningkatkan sel CD8+  dan sensitifitas kontak.
  • Acemannan  Acemannan adalah suatu b(1,4)-linked acetylated mannan, mempunyai kasiat antivirus, diketahui menyebabkan aktivasi makrofag dan dengan IFN-g menyebabkan apoptosis sel RAW264.7 melalui mekanisme inhibisi ekspresi bcl-2. Pada penelitian lain acemannan meningkatkan sintesis NO. Kenaikan ini didahului dengan peningkatan ekspresi mRNA NO synthase. Diduga prosesnya melalui peningkatan NO synthase pada tingkat transkripsi. 
  • Polifenol  Polifenol adalah zat aktif dari teh hitam Cammelia sinensis assamica mempunyai khasiat imunopotensiator yaitu menaikkan aktifitas makrofag, sel  blast dan limfosit T sitotoksisitas.
  • Vitamin A  Pada percobaan binatang vitamin A meningkatkan aktifitas sel neutrofil CD116, T CD8+, meningkatkan sekresi IL-2, IL-4, IL-10, IFN-g.
  • Imunoterapi spesifik.    Imunoterapi spesifik adalah pemberian alergen dalam dosis rendah meningkat berjenjang dengan ekstrak alergen yang sensitif terhadap penderita. Saat ini yang diberikan adalah ekstrak alergen hirupan dan bisa/sengat. Modulasi imun yang ditimbulkan adalah merubah keseimbangan Th-1/Th-2 kearah Th-1. Pada beberapa penelitian imunoterapi meningkatkan IL-2 dan IFN-g, menurunkan IL-4, IL-5 dan IL-13. Penelitian lain menunjukkan peningkatan IgG4 dan menurunkan IgE. Kombinasi imunoterapi dengan kortikosteroid menimbulkan modulasi imun lebih kuat ke arah Th-1. Kortikosteroid menurunkan IL-5 lebih banyak, menyebabkan modulasi imun peningkatan IL-2 lebih kuat. 

Waspadai Penggunaan berlebihan pada Penderita Alergi

 Bahaya penggunaan imunomodulator berlebihan masih belum diketahui secara pasti. Karena hingga kini belum ada penelitian tentang akibat penggunaan imunomodulator berlebihan. Namun harus diwaspadai  tubuh akan sangat rentan terhadap alergi. Bila sistem  kekebalan tubuh normal dirangsang terus, seseorang akan tambah jadi sensitif dan meningkatkan stimulasi alergi. Nanti kekebalannya jadi berlebihan.  Sebaiknya penggunaan imunomodulator bukan sebagai suplemen tetapi memang diperlukan di kala tubuh membutuhkannya seperti saat daya tahan tubuh menurun atau terkena infeksi.
Imunomodulator,  berbeda dengan vitamin yang dapat dikeluarkan tubuh saat tidak lagi diperlukan atau berlebihan. Bila kekebalan tubuh terlalu berlebih, tubuh menjadi terlalu sensitif dan keseimbangan sel-sel limfosit menjadi terganggu. Dalam tubuh itu ada keseimbangan sel-sel limfosit yakni sel limfosit T-helper1 yang  dan limfosit T-helper 2. Sel T helper 1 lebih berperan kepada kekebalan tubuh terhadap infeksi sedangkan T helper 2 berperan pada antibodi.  Pada orang yang reaksi kekebalan tubuhnya berlebihan akan mudah alergi karena sel limfosit T-helper 2 menjadi terlalu dominan.

Daftar Pustaka :

1 komentar:

  1. Salah satu merk produk komersial yang membantu perbaikan sistem imun adalah Stimuno untuk balita/anak dan forte untuk dewasa. Sebagai imunomudulator, stimuno memiliki Kontraindikasi, yakni stimuno jangan (tidak boleh) diminum oleh wanita hamil, ibu menyusui, pasien dengan hipersensitivitas terhadap tanaman meniran (Phyllanthus niruri) dan pasien yang menderita penyakit autoimun.

    BalasHapus