Jumat, 22 Oktober 2010

Arsip Histologi

Arsip Histologi

 

1. EPITEL DAN KELENJAR

JARINGAN EPITEL

Jaringan epitel terdiri dari kumpulan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran, maka disebut sebagai membran epitel atau disingkat sebagai epitel saja untuk membedakan dengan epitel kelenjar. Adhesi diantara sel-sel ini sangat kuat, membentuk lembaran sel yang menutupi permukaan tubuh dan membatasi atau melapisi rongga-rongga tubuh. Jaringan epitel tidak memiliki substansi interseluler dan cairannya sangat sedikit.

ISTILAH EPITEL

Istilah epithelium berasal dari kata epi yang berarti upon atau di atas dan thele yang berarti nipple atau punting.
Penggunaan istilah epitel meluas untuk semua bentuk lapisan yang terdiri atas lembaran sel-sel (cellular membrane) baik yang bersifat tembus cahaya ataupun yang tidak. Dengan berkembangnya pemakaian mikroskop, maka istilah epitel tidak terbatas pada kumpulan sel yang membentuk membran yang menutupi, tetapi juga digunakan untuk kelenjar. Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian embriologis yang menyimpulkan bahwa sel-sel epitel pada permukaan tumbuh ke dalam jaringan pengikat di bawahnya dan berkembang menjadi kelenjar.

Epitel dalam arti luas dikelompokan menjadi :

1. Jaringan yang sel-selnya tersusun dalam lapisan yang menutupi permukaan luar atau melapisi rongga di dalam tubuh yang dinamakan epitel permukaan, mereka dapat digolongkan sesuai jumlah lapisan sel dan morfologi sel pada lapisan permukaan.

2. Jaringan epitel yang tumbuh ke dalam jaringan pengikat menjadi epitel kelenjar, jaringan epitel kelenjar meliputi sel-sel dengan fungsi khusus menghasilkan cairan sekresi yang komposisinya berbeda dari darah atau cairan interseluler. Proses ini biasanya disertai proses makromolekul intraseluler. Persenyawaan ini biasanya ditampung di dalam sel dalam vesikel-vesikel kecil bermembran yang disebut granul sekresi.

ASAL EPITEL

Epitel dapat berkembang dari ketiga lapis embrional. Epitel yang melapisi kulit, mulut, hidung, dan anus berasal dari ektoderm. Pelapis sistem pernapasan, saluran cerna, dan kelenjar dari saluran cerna (misalnya, pancreas dan hati) berasal dari endoderm. Epitel lainnya (misalnya, endotel pelapis pembuluh darah) berasal dari mesoderm. Pada umumnya mesoderm ini akan menjadi jaringan pengikat atau otot. Epitel yang berbentuk membran dan berasal dari mesoderm ada dua macam yaitu :

1. Endothelium
Endotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi permukaan dalam pembuluh darah, jantung dan pembuluh limfe.
2. Mesothelium
Mesotel merupakan susunan sel-sel yang membatasi rongga tubuh yang besar yang menutupi beberapa organ tertentu seperti yang melapisi peritoneum, pleura, dan pericardium.

Fungsi umum membran epitel :
1. Proteksi
Sebagai pelindung untuk melapisi permukaan dalam dan luar tubuh.
2. Absorbsi
Epitel yang membatasi permukaan dalam usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berperan dalam proses penyerapan hasil-hasil pencernaan makanan.
3. Lubrikasi
Sebagian besar saluran-saluran dalam tubuh permukaannya harus tetap basah, sehingga epitel yang menutupi harus mampu menghasilkan cairan tertentu, misalnya epitel yang melapisi vagina.
4. Sekretori
Dalam hal ini epitel tersebut bertindak sebagai kelenjar.

NUTRISI JARINGAN EPITEL

Pada umumnya jaringan epitel tidak memiliki pembuluh darah sehingga nutrisi untuk sel-sel didapatkan dengan cara tidak langsung. Nutrisi dan O2 yang berasal dari kapiler pada jaringan pengikat di bawah epitel harus lebih dulu menembus membrana basalis, selanjutnya nutrisi akan menyebar ke seluruh bagian epitel dengan cara difusi melalui substasi interseluler.

BENTUK SEL EPITEL

Sel-sel epitel dalam keadaan hidup dapat berubah bentuknya untuk mengikuti perubahan permukaan yang ditutupinya. Kalau permukaannya mengkerut, bentuk sel-sel epitelnya menjadi lebih tinggi dan sebaliknya kalau permukaannya meluas, bentuk sel-sel akan lebih rendah.

Pada umumnya dibedakan adanya 3 macam bentuk sel epitel yaitu :

1. Sel gepeng
Bentuknya seperti sisik ikan maka disebut squamous cell. Pada potongan tegak lurus permukaan epitel tampak bentuk sel yang memanjang dengan bagian tengahnya yang berisi inti lebih menebal. Apabila dilihat dari permukaan epitel, sel-selnya tampak berbentuk poligonal.

2. Sel kuboid
Sel kuboid mempunyai ukuran tebal dan panjang yang sama sehingga tampak sebagai bujur sangkar. Dari permukaan epitel, bentuk selnya tampak poligonal.

3. Sel silindris
Sel silindris mempunyai ukuran tinggi yang melebihi ukuran lebarnya. Dari permukaan epitel, bentuk selnya poligonal. Biasanya inti yang berbentuk oval agak ke basal.


Berdasarkan susunan sel-sel yang membentuk epitel, dibedakan menjadi :

1. Epitel gepeng selapis (Epithelium squamous simplex, simple squamous epithelium).

Seluruh sel yang menyusun epitel ini berbentuk gepeng dan tersusun dalam satu lapisan. Batas-batas sel baru jelas apabila sediaan diwarnai dengan AgNO3. Epitel jenis ini terdapat, misalnya pada : permukaan dalam membrane tympani, lamina parietalis capsula bowmani, Rete testis, Pars descendens ansa henlei pada ginjal, mesotil yang membatasi rongga serosa, endotel yang membatasi permukaan sistem peredaran, duktus alveolaris dan alveoli paru-paru.


2. Epitel kuboid selapis (Epithelium cuboideum simplex, simple cuboidal epithelium).

Susunan epitel ini terdiri atas selapis sel yang berbentuk kuboid dengan inti yang bulat ditengah, epitel ini dapat dijumpai pada pleksus coroideus, diventriculus otak, folikel glandula thyreoidia, epithelium germanitivum, pada permukaan ovarium, epithelium pigmentosum retinae dan duktus ekskretorius beberapa kelenjar.


3. Epitel silindris selapis (Epithelium cilindricum simplex, simple columnar epithelium).

Epitel jenis ini terdiri atas selapis sel-sel yang berbentuk silindris sehingga inti yang berbentuk oval tampak terletak pada satu deretan. Epitel ini dapat ditemukan pada permukaan selaput lendir tractus digestivus dari lambung sampai anus, vesica fellea, dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tempat kadang-kadang pada permukaan selnya mengalami modifikasi yaitu dengan adanya silia, misalnya dapat dijumpai pada permukaan uterus dan bronchiolus.
Epitel pada permukaan usus selain berfungsi sebagai pelindung juga berfungsi sekresi karena diantaranya terdapat sel-sel yang mampu menghasilkan lendir. Pada beberapa tempat terdapat epitel yang hampir seluruhnya terdiri atas sel kelenjar yang berbentuk sebagai piala, sehingga dinamakan sebagai Sel Piala.

4. Epitel gepeng berlapis (Epithelium squmosum complex, stratified squamos epithelium).

Epitel ini lebih tebal dari epitel selapis. Bentuk gepeng pada sel epitel ini hanyalah sel-sel yang terletak pada lapisan permukaan, sedangkan sel-sel yang terletak lebih dalam bentuknya berubah. Sel-sel yang terletak paling basal berbentuk kuboid atau silindris melekat pada membrana basalis. Di atas sel-sel silindris ini terdapat lapisan sel yang berbentuk polihedral yang makin mendekati permukaan makin memipih.
Epitel ini cocok untuk fungsi proteksi, tetapi kurang cocok untuk fungsi sekresi. Jika pada permukaan epitel gepeng berlapis terdapat cairan, maka cairan tersebut bukan berasal dari epitel melainkan berasal dari kelenjar yang terdapat di bawah epitel.

Epitel jenis ini dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :

v Epitel gepeng berlapis tanpa keratin
Epitel jenis ini terdapat pada permukaan basah, misalnya pada cavum oris, oesophagus, cornea, conjunctiva, vagina, dan urethra feminine.

v Epitel gepeng berlapis berkeratin
Struktur jenis ini mirip dengan epitel gepeng berlapis tanpa keratin, tetapi terdapat perubahan pada sel-sel permukaannya yang menjadi suatu lapisan yang mati dan tidak jelas lagi batas-batas selnya. Lapisan permukaan tersebut dinamakan lapisan keratin. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada epidermis kulit.

Lapisan-lapisan sel pada epidermis kulit adalah sebagai berikut :

a. Stratum basale
Merupakan selapis sel berbentuk silindris pendek yang terletak pada lapisan paling bawah. Dalam sitoplasmanya terdapat butir-butir pigmen melanin.

b. Stratum spinosum
Lapisan ini terdiri dari beberapa lapis sel yang berbentuk polihedral. Pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya terlihat seakan-akan sel-selnya berduri (spina) yang sebenarnya disebabkan adanya bangunan yang disebut desmosome. Adanya desmosome menyebabkan eratnya hubungan antar sel.

c. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri dari 2-4 lapis sel yang berbentuk belah ketupat dengan sumbu panjangnya sejajar permukaan. Di dalam selnya terdapat butir-butir keratohialin, oleh karena mulai lapisan ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis.

d. Stratum lucidum
Lapisan ini terkadang tidak jelas karena tampak sebagai garis jernih yang homogen. Sebenarnya lapisan ini terdiri atas sel-sel tidak berinti yang telah mati dan mengandung zat eleidin dalam sitoplasmanya.

e. Stratum corneum
Merupakan lapisan teratas dari epidermis. Pada lapisan ini zat eleidin telah berubah menjadi keratin. Bagian terluar dari lapisan ini, terdapat bagian-bagian epidermis yang dilepaskan sehingga merupakan lapisan tersendiri yang disebut dengan Stratum disjunctum.

5. Epitel silindris berlapis (Epithelium cilindricum complex, stratified columnar epithelium).

Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel dengan lapisan yang teratas berbentuk silindris dan bagian basal selnya tidak mencapai membran basalis. Lapisan sel-sel di bawah sel silindris berbentuk lebih pendek bahkan bagian yang terbawah berbentuk kuboid. Jenis epitel ini dapat ditemukan pada peralihan oropharing ke laring, fornix conjunctivae, urethra pars cavernosa dan ductus excretorius beberapa kelenjar. Pada beberapa tempat tertentu permukaan sel dari lapisan teratas dilengkapi dengan silia, seperti pada facies nasalis palatum molle, laring dan oesophagus dari fetus.

6. Epitel cuboid berlapis (Epithelium cuboideum complex ).

Merupakan epitel berlapis yang terdiri atas sel-sel permukaan yang berbentuk kuboid. Jenis epitel ini tidak terlalu banyak di dalam tubuh yaitu pada ductus excretorius glandula parotis dan dinding anthrum folliculi ovarii.

7. Epitel silindris bertingkat (Epithelium cilindricum pseudocomplex, epitel silindris berlapis semu).

Pada jenis epitel ini, semua sel-sel yang menyusunnya mencapai membrane basalis. Tinggi sel-sel penyusunnya tidak sama sehingga letak inti-inti selnya nampak bertingkat atau berlapis. Sel-sel yang berukuran pendek memiliki inti yang pendek dan berfungsi sebagai penyokong.
Epitel jenis ini mempunyai modifikasi dengan adanya silia pada permukaan sel yang berukuran tinggi, sehingga epitel ini disebut sebagai epitel silindris bertingkat bersilia. Epitel ini dapat ditemukan pada trachea, bronchus yang besar, dan ductus deferens. Pada trachea sel-sel yang mencapai permukaan terdapat dua jenis yaitu sel bersilia dan sel piala (Goblet cell) sebagai sel kelenjar.


8. Epitel transisional (Transisional epithelium ).

Epitel ini merupakan bentuk peralihan tergantung dari keadaan ruangan organ yang dibatasi. Epitel jenis ini cocok untuk melapisi permukaan suatu organ berongga yang selalu mengalami perubahan volume seperti kandung kemih dan juga saluran kemih mulai dari calyces renales sampai sebagian dari urethra.
Sel-sel paling basal dari epitel tersebut berbentuk kuboid atau silindris. Sel-sel yang terdapat diatas lapisan basal terdiri atas sel-sel yang berbentuk polihedral yang kemudian dilanjutkan dengan sel-sel yang berbentuk sebagai buah labu atau bola lampu dengan bagian bulat menuju ke arah permukaan. Sel-sel ini bentuknya menyesuaikan dengan bentuk sel permukaan yang dapat berubah. Pada lapisan teratas, bentuk selnya cembung dan berukuran besar mirip payung tanpa tangkai sehingga dinamakan Sel Payung. Bagian bawah dari sel payung bentuknya cekung sesuai dengan permukaan bulat dari sel berbentuk labu. Permukaan sel payung dilengkapi dengan crusta yang dapat berfungsi untuk melindungi terhadap cairan kemih yang berada dalam rongga.


STRUKTUR PENYOKONG DALAM SEL EPITEL

Dalam sitoplasma sel epitel, terdapat organela yang berfungsi sebagai rangka penyokong, diantaranya sebagai anyaman yang dinamakan cell web. Distribusi bahan-bahan fibriler tersebut berbeda pada masing-masing jenis sel epitel, misalnya dalam sel-sel epitel untuk absorbsi seperti pada epitel usus, sebagian besar dari struktur fibriler berkumpul di bawah permukaan bebas sel tepat di bawah mikrovili, fibril yang membentuk anyaman tersebut dinamakan terminal web.
Di dalam sediaan epidermis kulit sering terlihat bangunan yang dinamakan tonofibril yang merupakan kumpulan berkas-berkas filamen. Filamen-filamen yang membentuk terminal web atau cell web melekat pada suatu daerah yang pada permukaan selnya terdapat struktur yang dinamakan desmosom.

STRUKTUR KHUSUS PADA SISI SEL EPITEL

Pengkhususan struktur pada sisi sel merupakan modifikasi permukaan sehingga memenuhi fungsi hubungan dalam berbagai bentuk. Bentuk khusus tersebut misalnya untuk kemantapan dalam kedudukannya, untuk mengisi celah antar sel pada tempat tertentu, dan untuk merambatkan listrik.
Bentuk khusus pada permukaan sel biasanya dinamakan berdasarkan pada ukuran dan bentuk daerah yang mengalami pengkhususan tersebut. Macula merupakan daerah kecil berupa bercak, sedangkan yang dimaksud dengan zonula adalah jika daerah tersebut melingkari sel sebagai gelang dan bila daerahnya luas maka dinamakan fascia.
Jarak antara permukaan sel-sel yang berhadapan menjadi dasar dalam penamaan pada struktur khusus sel epitel. Pada umumnya jarak membran plasma dari sel-sel epitel yang berdekatan berkisar antara 150 Å- 200 Å. Istilah adhaeren digunakan untuk struktur khusus pada membran sel yang berdekatan dengan jarak antara 200 Å-250 Å. Di dalam celah antar sel tersebut berisi bahan yang diduga berguna untuk melekatkan satu sama lain. Istilah occludens digunakan untuk sel-sel yang berhadapan dimana masing-masing membran plasmanya berhimpit langsung tanpa dipisahkan oleh celah. Jenis hubungan ini biasanya dinamakan juga sebagai tight junction atau pentalaminar junction. Gap junction merupakan bentuk hubungan antar sel yang dipisahkan oleh celah yang sempit sebesar 20 Å.
Atas dua dasar tersebut maka jenis hubungan dapat dinamakan sebagai berikut :

1. Desmosome (macula adhaerens)

Desmosome atau macula adhaerens biasanya berbentuk bulat atau oval. Hubungan tersebut memberikan kesan bahwa dua sel yang berdekatan tersebut menempel satu sama lain. Fungsi desmosome adalah sebagai tempat perlekatan mekanik antar dua sel yang berdekatan. Bentuk ini banyak dijumpai pada epitel berlapis yang banyak mengalami tekanan, seperti pada epidermis dan cervix. Bila jumlah desmosome berkurang, maka sel-sel tersebut mudah terlepas seperti pada kelainan kulit tertentu. Desmosome yang bukan merupakan hubungan antar dua sel seperti yang terdapat pada bagian dasar sel epitel yang berdekatan dengan jaringan pengikat di bawahnya, maka bentuknya tidak menunjukkan gambaran yang simetris, melainkan hanya separuhnya saja yang disebut dengan hemidesmosome.


2. Terminal bar (junctional complex)

Terminal bar merupakan serangkaian bentuk pengkhususan dari membran sel berbentuk sebagai : zonula occludens, zonula adhaerens, dan serangkaian desmosome. Tight junction pada terminal bar mempunyai struktur khas, yaitu menunjukkan pola rigi-rigi yang beranyaman pada permukaannya. Daerah zonula adhaerens dari terminal bar tersebut biasanya mempunyai sifat-sifat sebagai macula adhaerens kecuali daerah yang melingkari sekeliling sel. Fungsi zonula occludens adalah untuk memisahkan celah ekstraseluler dengan lumen yang dibatasi oleh epitel bersangkutan, sedangkan fungsi zonula adhaerens adalah untuk pelekatan mekanik antar sel yang berdekatan pada epitel atau jaringan lain seperti pada otot jantung.

3. Gap junction

Gap junction merupakan hubungan interseluler yang mempunyai kategori hubungan komunikasi antar sel. Gap junction tersusun oleh molekul-molekul protein yang menonjol dari membrane sel membentuk suatu struktur yang membatasi saluran yang dinamakan connexon. Connexon ini diduga menghubungkan antara dua sel yang berdampingan melalui isi yang mengalir di dalamnya. Connexon ini berukuran separuh dari panjang saluran yang dibentuk. Kedua connexon tersebut bertemu sedemikian rupa sehingga antara dua membran sel yang berhadapan dipisahkan oleh celah (gap) sebesar 2-4 nm. Saluran dalam gap junction dapat mengalirkan molekul-molekul yang larut dalam air antara sel-sel yang berdekatan, sehingga gap junction dapat dikatakan menghubungkan sel-sel secara metabolisme dan listrik.

STRUKTUR KHUSUS PADA PERMUKAAN BASAL SEL EPITEL

Membrana basalis merupakan kondensasi bahan mukopolisakarida dan protein yang terdapat di bawah permukaan basal semua epitel dengan ketebalan yang berbeda-beda. Membrana basalis yang paling tebal terdapat di bawah epitel yang sering mengalami gesekan seperti epidermis kulit. Membrane basalis berfungsi sebagai penyokong dan bertindak sebagai filter yang semipermeabel dari bagian basal epitel.

Dengan menggunakan mikroskop electron, membrane basalis dapat dibedakan dalam :

1. Lamina basalis
Ketebalannya antara 500 Å- 1000 Å yang merupakan anyaman padat filament halus.

2. Lamina reticularis
Terdapat dibawah lamina basalis yang merupakan anyaman serat-serat retikuler dalam substansi dasar. Terkadang ditemukan serat elastis diantaranya, misalnya pada membrane basalis epitel trachea.
Menurut beberapa peneliti, lamina basalis dibentuk oleh sel-sel epitel, sedangkan lamina retikularis dibentuk oleh jaringan pengikat. Dari permukaan basal sel-sel epitel terdapat tonjolan-tonjolan yang masuk ke dalam jaringan pengikat di bawahnya. Hal ini merupakan factor penguat perlekatan epitel pada jaringan pengikat, terutama untuk epitel gepeng berlapis dan epitel transisisonal. Bangunan lain yang terdapat pada bagian basal adalah hemidesmosom yang berfungsi sebagai penguat perlekatan epitel pada jaringan pengikat.

STRUKTUR PADA PERMUKAAN BEBAS EPITEL

1. Mikrovili

Merupakan tonjolan sitoplasma berbentuk silindris yang terdapat pada permukaan bebas sel epitel. Tonjolan-tonjolan tersebut dinamakan secara berbeda-beda, misalnya yang terdapat pada tubulus contortus proximalis, plexus choroideus, dan placenta sebagai brush border karena bentuknya seperti bulu sikat. Tonjolan yang terdapat pada epitel usus karena tampak bergaris-garis dinamakan striated border. Pada permukaan sebuah sel mungkin ditemukan sebanyak 2000 mikrovili. Fungsi dari mikrovili adalah untuk memperluas permukaan agar dapat meningkatkan daya absorbsi sel-sel epitel usus. Pada permukaan mikrovili usus terdapat suatu enzim yang dapat memecahkan bahan makanan agar dapat diabsorbsi.

2. Stereocilia

Stereocilia merupakan jenis mikrovili yang berukuran sangat panjang. Jenis mikrovili ini terdapat pada permukaan epitel duktus epididimis dan duktus deferens yang berfungsi mengatur keadaan lingkungan untuk pematangan sperma.

3. Kinocilia

Kinocilia atau yang biasa disebut dengan cilia, merupakan tonjolan yang berbentuk sebagai bulu halus dan bersifat motil (bergerak). Kemampuan bergerak tersebut disebabkan karena adanya struktur halus yang berbeda dengan stereocilia. Sebuah cilium tertanam dalam suatu bangunan yang dinamakan corpusculum basale. Ukuran panjang kinocilia berkisar antara 5-10 µm dengan diameter 0,2 µm. cilia dapat ditemukan pada epitel tractus respiratorius, oviduct, dan uterus.

4. Crusta

Bangunan ini merupakan pemadatan sitoplasma di dekat permukaan bebas sel epitel misalnya pada epitel transisional dengan maksud melindungi sel terhadap pengaruh kimiawi di luarnya.

5. Cuticula

Struktur ini merupakan bahan yang disekresikan oleh sel epitel yang kemudian diletakkan sebagai kerak di luar sel epitel. Struktur khusus ini dapat ditemukan sebagai capsula lentis.
POLARITAS SEL-SEL EPITEL
Polaritas sel epitel adalah keadaan yang berbeda antara bagian puncak dan dasar epitel. Salah satu contohnya adalah sel silindris pada epitel usus yang berfungsi untuk absorbsi makanan. Di bagian puncak sel terdapat tetes-tetes lemak, kompleks golgi dan lebih banyak mengandung mitokondria dengan mikrovili pada permukaaan bebasnya, sedangkan pada tubulus contortus ginjal, mitokonria lebih banyak dibagian dasar sel.


KELENJAR

Kelenjar adalah suatu sel atau beberapa sel tubuh yang menghasilkan substansi khusus untuk bagian lain dari tubuh.

KLASIFIKASI KELENJAR

I. KELENJAR EKSOKRIN

Kelenjar ini mempunyai saluran keluar untuk mengangkut hasil kelenjarnya dan selanjutnya bermuara pada permukaan dalam dan luar tubuh. Secara morfologik kelenjar eksokrin dapat digolongkan menurut dasar tertentu. Berdasarkan jumlah sel yang menyusunnya, maka dapat digolongkan ke dalam :

a. Kelenjar uniseluler
Kelenjar jenis ini tidak memiliki saluran keluar, karena biasanya terdapat pada epitel permukaan, misalnya pada epitel usus sebagai sel piala.

b. Kelenjar multiseluler
Berdasarkan letak kelenjarnya terhadap epitel permukaan, maka jenis kelenjar ini dibedakan menjadi :

• Kelenjar intraepitelial,
yaitu membentuk kelompok sel kelenjar pada epitel permukaan tanpa saluran kelenjar. Kelenjar jenis ini dapat dijumpai pada epitel selaput lendir lambung dan rongga hidung.

• Kelenjar ekstraepitelial,
jenis kelenjar ini merupakan kelenjar yang terdapat dalam jaringan pengikat.

Jenis kelenjar ini dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu :
1. Pars secretoria, yaitu bagian yang menghasilkan sekret
2. Ductus excretorius, yaitu saluran yang menampung sekret dari pars secretoria.


Dengan memperhatikan bentuk pars secretoria dan ductus excretorius dalam tubuh dikenal berbagai jenis kelenjar yaitu :

1) Kelenjar tubuler sederhana (simple tubular gland)
a. Kelenjar tubuler lurus (kelenjar usus besar)
b. Kelenjar tubuler bergelung (glandula subdorifera)
c. Kelenjar tubuler bercabang (glandula uterina)

2) Kelenjar tubuloalveoler sederhana (simple tubuloalveoler gland)
Kelenjar ini selalu bercabang (glandula submandibularis, glandula duodenalis brunneri).

3) Kelenjar alveolar sederhana (simple alveolar gland)
Contoh kelenjar ini yaitu glandula sebacea yang terdapat pada kulit dan merupakan kelenjar polyptyche yang mempunyai modifikasi pada kelopak mata sebagai glandula meibomi yang termasuk sebagai kelenjar alveolar sederhana bercabang .

4) Kelenjar tubuler kompleks (compound tubular gland)
Kelenjar ini mempunyai pars secretoria berbentuk tubuler dengan saluran keluarnya yang bercabang dan akhirnya bermuara dalam satu saluran utama contohnya testis.

Berdasarkan jumlah lapisan sel epitel pars secretorianya dapat dibedakan menjadi kelenjar

monoptyche, yang terdiri atas satu lapis sel (misalnya kelenjar keringat) dan kelenjar polyptyche, yang terdiri atas beberapa lapis sel (misalnya glandula sebacea).

Berdasarkan sifat sekretnya, kelenjar eksokrin dapat dibedakan menjadi :

kelenjar sitogen, yaitu kelenjar yang menghasilkan sel-sel sebagai sekretnya (misalnya testis dan ovarium) dan

kelenjar nonsitogen, yaitu kelenjar yang hasilnya tidak mengandung sel-sel.

Kelenjar nonsitogen ini dapat dibagi lagi menjadi tiga bagian yaitu :

1) Kelenjar mukosa
Sekret kelenjar mukosa bersifat kental. Bentuk sel kelenjarnya pyramidal dengan bagian puncaknya berisi tetes-tetes bahan musinogen atau premusin sebagai pembentuk lendir.

2) Kelenjar serosa

Sekret kelenjar serosa bersifat encer, jernih yang berbentuk sebagai albumin. Terkadang sekret tersebut mengandung enzim seperti pada kelenjar pancreas dan parotis.
Sel kelenjar serosa berbentuk pyramidal dengan inti berbentuk bulat yang terletak agak ditengah. Pada bagian basal sel terdapat glanular endoplaspic reticulum sehingga pada pengamatan dengan menggunakan mikroskop cahaya tampak gambaran yang bergaris-garis.

3) Kelenjar campuran

Merupakan kelenjar campuran dari sel-sel kelenjar mukosa dan serosa. Kadang-kadang sel serosa terdesak oleh sel mukosa sehingga membentuk gambaran bulan sabit yang dinamakan demiluna gianuzzi. Contoh dari kelenjar ini adalah glandula submandibularis dan glandula sublingualis.

Berdasarkan cara sekresinya, dikenal tiga macam kelenjar yaitu :

1) Kelenjar merokrin
Pada saat sekresi tidak akan terjadi kerusakan pada selnya ataupun tidak ada bagian sel yang ikut disekresikan (glandula subdorifera).

2) Kelenjar apokrin
Kelenjar jenis ini pada saat sekresi, ada sebagian dari puncak sel ikut bersama-sam disekresikan sehingga tampak adanya tonjolan-tonjolan di bagian pucak sel kelenjar (glandula axillaris dan glandula circumanale).

3) Kelenjar holokrin
Kelenjar jenis ini akan mengalami kerusakan pada waktu melangsungkan sekresi sehingga sekretnya bercampur dengan bagian sel yang telah mati (glandula sebacea).

SEL MIO-EPITEL

Sel ini berasal dari epitel tetapi bersifat kontraktil seperti sel otot. Sel tersebut terletak diantara membrane basalis dan sel-sel epitel kelenjarnya. Sel mio-epitel diduga berfungsi untuk membantu mendorong sekret kelenjar ke dalam duktus excretorius, terlihat adanya tonjolan-tonjolan sitoplasma yang panjang mengelilingi pars secretoria membentuk anyaman sebagai keranjang.

ORGANISASI HISTOLOGIS KELENJAR EKSOKRIN

Pada umumnya kesatuan-kesatuan kelenjar bergabung membentuk kelenjar besar, sehingga masing-masing ductus excretoriusnya bermuara ke dalam saluran yang lebih besar. Seluruh kelenjar tersebut di bungkus oleh kapsel jaringan pengikat yang melanjutkan masuk ke dalam bagian dalam dari kelenjar sehingga seluruh kelenjar tersebut dibagi-bagi dalam lobus dan jaringan pengikat yang membatasi dinamakan septum interlobaris. Selajutnya jaringan pengikat tersebut juga membagi-bagi kelenjar dalam satuan yang lebih kecil yang dinamakan lobulus.
Pada beberapa kelenjar, tampak bahwa beberapa septum seolah-olah menuju ke satu arah yaitu kearah saluran utama memasuki kelenjar. Saluran utama kelenjar tersebut menerima saluran dari setiap lobus yang dinamakan duktus lobaris. Saluran ini menerima duktus interlobularis yang berjalan dalam septum interlobularis. Duktus interlobularis menerima saluran yang lebih kecil dari lobulus yang dinamakan duktus intralobularis yang hanya sedikit dibungkus oleh jaringan pengikat. Duktus intralobularis menerima sekret kelenjar melalui duktus intercalaris yang menampung langsung dari pars secretoria atau melalui canalicali intercellularis yang merupakan celah-celah diantara masing-masing sel-sel kelenjar.

II. KELENJAR ENDOKRIN

Kelenjar ini tidak memiliki saluran keluar, disebut juga dengan kelenjar buntu. Hasil dari kelenjar ini diangkut oleh pembuluh darah atau pembuluh limfe. Pada umumnya kelenjar endokrin terdapat anyaman kapiler yang berhubungan langsung dengan sel-sel kelenjar. Susunan sel-sel kelenjar dapat tersebar dalam anyaman kapiler atau membentuk kelompok-kelompok.
Oleh karena hormon sebagai hasil kelenjar endokrin dalam kadar yang sangat rendah sudah menunjukkan pengaruhnya, maka hormon tersebut tidak selalu harus diangkut oleh pembuluh darah, namun harus di timbun terlebih dahulu. Penimbunan pada hormon pada tingkat pertama dapat dilakukan intraseluler sebagai butir-butir sekresi yang selanjutnya dapat ditimbun ekstraseluler di dalam celah-celah antar sel kelenjar atau dibatasi dalam suatu bentuk ruang yang dinamakan folikel (glandula thyroidea).
Tidak semua kelenjar endokrin disusun dalam kesatuan kelenjar khusus, melainkan tersebar dalam suatu organ (testis, ovarium, dan selaput lendir usus). Sebagian kelenjar endokrin membentuk suatu kesatuan yang dibungkus oleh jaringan pengikat (hypophisis cerebri).
Ada bentuk khusus dari kelenjar endokrin yang merupakan campuran kelenjar endokrin-eksokrin. Jenis kelenjar ini terdapat pada pancreas dimana kelenjar endokrin sebagai pulau-pulau diantara kelenjar eksokrin. Kelenjar endokrin sebagai insula langerhans.
DRG. TADEUS0 komentar

2. JARINGAN PENGIKAT

Jaringan pengikat dapat disebut juga connective tissue, jaringan penyokong atau anyaman penyokong.

Jaringan Pengikat dapat dibagi ke dalam 3 kategori :

1. Jaringan Pengikat Sebenarnya
2. Jaringan Pengikat Penyokong : Kartilago dan Tulang
3. Jaringan Pengikat dengan Fungsi Khusus : Darah

Sedangkan fungsinya yaitu :
1. mengikat, menghubungkan dan mengisi celah antara jaringan lain
2. sebagai penyokong atau penopang
3. berfungsi khusus

Komponen-komponen yang menyusun jaringan pengikat terdiri atas :

- sel
- substansi dasar
- komponen fibriler

1. SEL
Jaringan pengikat mempunyai bermacam-macam sel terutama dalam jaringan pengikat longgar.

2. SUBSTANSI DASAR
Substansi dasar merupakan substansi yang amorf tempat komponen-komponen lain dari jaringan pengikat terendam. Karl Meyer menyelidiki sifat-sifat kimiawi dari substansi interseluler yang menuntun kepada penemuan komponen utama dari substansi dasar semacam mukopolisakharida yang merupakan karbohidrat. Ternyata mukopolisakharid ini terdiri atas Asam hialuronik yang tidak bergugus sulfat dan Asam Khondroitin sulfurik.

3. KOMPONEN FIBRILER
Dengan mikroskop cahaya komponen fibriler dapat dibedakan dalam :
serabut kolagen
serabut elastis
serabut retikuler.

Serabut Kolagen
Terbentuk dari protein kolagen yang merupakan jenis protein paling banyak terdapat dalam tubuh. Diameternya antara 1 µm – 12 µm dengan rata-rata sebesar eritrosit (7,7 µm).
Serabut kolagen terdiri dari gabungan serabut-serabut yang lebih halus berdiameter 0,3 µm – 0,5 µm yang disebut fibril. Dalam keadaan segar serabut kolagen berwarna putih, oleh karena itu dinamakan pula sebagai serabut putih. Serabut kolagen tahan terhadap tekanan ataupun tarikan, tetapi tidak bersifat lentur. Dengan pewarnaan HE akan terwarna merah muda atau merah.

Serabut Elastis
Bahan yang menyusun serabut elastis adalah protein elastin yang bersifat sangat tahan terhadap pengaruh kimia. Dalam keadaan segar serabut ini berwarna kuning. Serabut elastis bersifat kenyal dan elastik.
Dengan pewarnaan HE tampak lebih merah jika dibandingkan dengan serabut kolagen. Serabutnya tipis dan panjang dengan ketebalan kurang dari 1 µm sampai beberapa mikron.

Serabut Retikuler
Dalam jaringan pengikat terdapat serabut-serabut halus yang saling berhubungan membentuk anyaman atau jala. Serabut ini banyak dijumpai sebagai kerangka dalam jaringan limfoid dan hemopoietik.

----------------------------------------------------------------

JARINGAN PENGIKAT SEBENARNYA

KLASIFIKASI JARINGAN PENGIKAT

Berdasarkan tingkat diferensiasi jaringan pengikat dapat dibedakan adanya:

1. jaringan pengikat embrional
2. jaringan pengikat dewasa

I. JARINGAN PENGIKAT EMBRIONAL

Dalam embrio terdapat dua jenis jaringan embrional yaitu :
- jaringan mesenkhim dan
- jaringan mukosa.

Jaringan mesenkhim semula terdapat sebagai jaringan pengisi antara lapisan entoderm dan ektoderm dalam embrio. Jaringan inilah yang banyak berkembang menjadi jaringan dasar dewasa khususnya menjadi jaringan pengikat.
Gambaran histologisnya sangat khas, karena sebagian besar tersusun secara longgar sel-sel yang mempunyai tonjolan sitoplasma yang saling berhubungan. Dalam keadaan hidup celah-celah antara sel diisi oleh mukopolisakharid. Kadang-kadang di antara sel-sel tersebut sudah tampak fibril halus.

Jaringan mukosa juga merupakan jaringan embrional hanya terdapat dalam tali pusat, humor vitreus dalam bola mata. Bentuk sel yang menyusunnya berbentuk oval stelat dengan inti berbentuk sesuai dengan bentuk selnya. Di antara sel-selnya tampak serabut-serabut kolagen dan terdapat bahan yang lebih cair yang menyerupai lendir. Pada tali pusat bahan tersebut dinamakan Wharton jelly.

II. JARINGAN PENGIKAT DEWASA

5 jenis jaringan pengikat dewasa yaitu :
- jaringan pengikat longgar,
- jaringan pengikat padat,
- jaringan pengikat retikuler,
- jaringan pengikat berpigmen, dan
- jaringan lemak.

a. Jaringan pengikat longgar

Strukturnya longgar karena komponen sel-selnya dipisahkan oleh substansi interseluler yang nyata. Jaringan pengikat longgar dengan pembuluh kapilernya trsebar luas di seluruh tubuh biasanya memberikan tempat kedudukan bagi sel-sel epitel di atasnya untuk bertumpu atau di sekitar sel-sel kelenjar, serabut saraf. Jaringan pengikat longgar berfungsi untuk menyokong dan memberikan nutrisi kepada sel-sel otot.
Gambaran histologisnya yaitu adanya bermacam-macam sel yang tersebar berjauhan di antara serabut-serabut kolagen dan elastis yang tersusun tidak teratur. Biasanya serabut kolagen berada sebagai berkas-berkas bercabang dan serabut elastis yang lebih tipis tampak lebih kemerah-merahan.
Jenis sel yang terdapat di dalam jaringan pengikat longgar yaitu : fibroblas, sel lemak, plasmasit, makrofag, mastosit, sel-sel mesenkhimbelum berdiferensiasi, sel imigran dan sel pigmen.
Fibroblas
Sel ini berbentuk sebagai kumparan dengan bagian yang membesar mengandung inti yang berbentuk ovoid dengan butir-butir khromatin halus dan sebuah nukleolus. Sitoplasma fibroblas mempunyai tonjolan-tonjolan dan tampak pucat.
Sel yang masih muda lebih banyak tonjolan-tonjolannya. Sitoplasma sekeliling inti lebih basofil karena sel tersebut sedang aktif mensintesis protein. Fibroblas muda mampu mengadakan pembelahan sel. Fibroblas dewasa sedikit kemampuan untuk membelah.

Sel lemak
Apabila kelompok sel-sel lemak menjadi sangat besar maka terbentuk jaringan lemak. Sel lemak sangat mudah dibedakan terhadap jenis sel lain. Sel lemak telah dapat dibedakan sejak mulai terjadi penimbunan tetes-tetes lemak dalam sitoplasma sampai terjadinya penyatuan yang semakin membesar sehingga inti bersama sitoplasma terdorong ke tepi.

Plasmasit
Sel ini sangat erat hubungannya dengan sistem imunitas karena berasal dari perkembangan limfosit B yang akan menghasilkan antibody. Plasmasit mudah dikenal karena penampilannya yang khas yaitu : berbentuk bulat panjang, inti bulat yang terletak eksentrik. Susunan khromatin dalam inti menyerupai gambaran jari-jari roda, sitoplasma bersifat basofil karena aktif mensintesis antibody yang merupakan protein.

Sel Makrofag
Mempunyai kemampuan memangsa (fagositosis) oleh karena itu berperan dalam pertahanan tubuh. Sitoplasmanya mengandung lisosom yang mengandung enzim guna untuk melisiskan bakteri.
Bentuk sel biasanya oval tetapi tidak tetap. Inti terletak eksentrik. Makrofag berasal dari monosit dalam darah. Apabila benda yang akan difagositosis cukup besar maka beberapa sel makrofag berfusi membentuk sel raksasa atau sel benda asing.

Mastosit (Mast Cell)
Dinamakan mast cell karena terlihat sebagai sebuah sel yang besar yang terisi penuh dengan butir-butir.
Bentuk sel biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah. Biasanya inti sulit terlihat karena tertutup oleh butir-butir yang memenuhi sel. Butir-butir tersebut mengandung bahan-bahan seperti heparin, histamin dan berbagai enzim yang diketahui berhubungan dengan gejala alergi anafilaksis.
Terlepasnya buti-butir yang mengandung berbagai zat aktif tersebut disebabkan oleh adanya alergen dan antibody dari kelas IgE yang menempel pada permukaan sel. Gejala yang timbul akibat terlepasnya butir-butir ini antara lain gatal-gatal, udem, sesak nafas.

Sel mesenkhim muda
Dalam jaringan pengikat longgar biasanya dapat diketemukan sel-sel mesenkhim yang belum mengalami diferensiasi.

Sel imigran
Yang dimaksud dengan sel imigran yaitu berbagai jenis sel yang biasanya tidak dijumpai dalam jaringan pengikat longgar tetapi merupakan pendatang dari luar misalnya leukosit, limfosit, monosit.

b. Jaringan Pengikat Padat

Tergantung pada keteraturan komponen serabut penyusunnya, jaringan pengikat padat dibedakan dalam : jaringan pengikat padat ireguler dan jaringan pengikat padat reguler.

Jaringan Pengikat Padat Ireguler

Berfungsi sebagai pembungkus berbagai organ, tendo, serabut saraf, otot dan sebagai dermis pada kulit. Gambaran jaringan ini menunjukkan lalu lalangnya serabut kolagen dari berbagai ukuran dengan sel-sel yang tidak begitu banyak jumlahnya.

Jaringan Pengikat Padat Reguler

Gambarannya sangat berbeda karena komponen fibriler berjalan dalam arah yang sama sesuai dengan kebutuhan mekanik yang diperlukan. Tergantung pada serabut yang paling menonjol dibedakan menjadi : jaringan pengikat padat kolagen reguler dan jaringan pengikat padat elastis.

1. Jaringan Pengikat Padat Kolagen Reguler

Sebagian besar serabut-serabutnya dari jenis kolagen misalnya terdapat sebagai tendo, ligamentum, fascia, aponeurosis dan cornea. Pada tendo terlihat jelas kolagen tersusun memanjang padat. Di antara berkas-berkas serabut kolagen terdapat fibroblas yang seakan-akan terhimpit. Badan sel menjadi lebih panjang dengan tonjolan-tonjolan yang melebar di antara berkas kolagen. Karena tonjolan-tonjolannya seperti sayap maka disebut Flugel Zell (sel sayap).

2. Jaringan Pengikat Padat Elastis

Jaringan pengikat ini misalnya terdapat sebagai : ligamentum flavum, ligamentum vocale, ligamentum nuchae dan ligamentum stylohyoideum. Pada potongan memanjang tampak berkas-berkas serabut elastis tersusun sangat rapat dengan sel-sel fibroblas tersebar di antaranya. Pada potongan melintang jelas sekali adanya sel-sel fibroblas yang terhimpit di antara berkas-berkas serabut elastis yang berbentuk bulat atau bersudut-sudut. Jaringan padat elastis dapat juga berbentuk sebagai lembaran misalnya fascia scarpae pada dinding perut atau sebagai membrana fenestra pada dinding aorta.

c. Jaringan Retikuler

Sebagian besar jaringan ini tersusun oleh serabut retikuler. Biasanya terdapat sel retikuler primitif atau sel makrofag. Serabut bersama sel-selnya membentuk kerangka atau stroma dalam jaringan limfoid dan jaringan mieloid (sumsum tulang).

d. Jaringan Pengikat Pigmen

Termasuk jaringan pengikat khusus yang tidak banyak terdapat dalam tubuh, di antaranya terdapat sebagai Tunica suprachoroidea dan Lamina fusca pada sclera bola mata.

e. Jaringan Lemak

Fungsinya sebagai pelindung terhadap gangguan suhu dan mekanik, serta mempunyai arti penting dalam metabolisme.

1. jaringan lemak putih

Merupakan jaringan lemak yang biasa terdapat. Biasanya berbentuk bulat dan tersusun sangat rapat. Jaringan lemak jenis ini banyak terdapat sebagai jaringan di bawah kulit. Kelompok sel-sel lemak tersebut biasanya membentuk lobulus yang dipisahkan oleh jaringan pengikat padat. Sel-sel lemak yang menyusun biasanya mempunyai sebuah rongga yang besar yang diisi oleh lemak sehingga disebut sel lemak unilokuler, inti sel terdesak ke tepi.

2. jaringan lemak cokelat

Warna jaringan lemak ini mulai cokelat sampai kemerah-merahan. Warna cokelat disebabkan oleh kepadatan sitokhrom dan juga karena banyak mengandung pembuluh darah. Jaringannya tersusun oleh sel-sel lemak yang lebih kecil ukurannya dari sel lemak pada jaringan lemak putih. Sel lemak berbentuk poligonal. Sitoplasmanya lebih jelas terlihat dengan sejumlah tetes-tetes lemak yang menempati dalam rongga yang jumlahnya lebih dari sebuah sehingga disebut sel lemak multilokuler, inti yang bulat terletak eksentrik.
Kalau jaringan lemak putih atau kuning dapat berasal dari jaringan pengikat longgar yang tersebar di seluruh tubuh sepanjang hidupnya, maka jaringan lemak cokelat terbatas pada tempat-tempat tertentu dan terbentuk pada waktu embrio saja. Sehingga jaringan lemak cokelat tidak akan bertambah setelah lahir.
DRG. TADEUS0 komentar

4. TULANG

Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat.

Sel-sel pada tulang adalah :

Osteoblast : yang mensintesis dan menjadi perantara mineralisasi osteoid. Osteoblast ditemukan dalam satu lapisan pada permukaan jaringan tulang sebagai sel berbentuk kuboid atau silindris pendek yang saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolan pendek.

Osteosit : merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Mempunyai peranan penting dalam pembentukan matriks tulang dengan cara membantu pemberian nutrisi pada tulang.

Osteoklas : sel fagosit yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dan merupakan bagian yang penting. Mampu memperbaiki tulang bersama osteoblast. Osteoklas ini berasal dari deretan sel monosit makrofag.

Sel osteoprogenitor : merupakan sel mesenchimal primitive yang menghasilkan osteoblast selama pertumbuhan tulang dan osteosit pada permukaan dalam jaringan tulang.
Tulang membentuk formasi endoskeleton yang kaku dan kuat dimana otot-otot skeletal menempel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan. Tulang juga berperan dalam penyimpanan dan homeostasis kalsium. Kebanyakan tulang memiliki lapisan luar tulang kompak yang kaku dan padat.
Tulang dan kartilago merupakan jaringan penyokong sebagai bagian dari jaringan pengikat tetapi keduanya memiliki perbedaan pokok antara lain :
Tulang memiliki system kanalikuler yang menembus seluruh substansi tulang.
Tulang memiliki jaringan pembuluh darah untuk nutrisi sel-sel tulang.
Tulang hanya dapat tumbuh secara aposisi.
Substansi interseluler tulang selalu mengalami pengapuran.

STRUKTUR MAKROSKOPIK

Pada potongan tulang terdapat 2 macam struktur :
Substantia spongiosa (berongga)
Substantia compacta (padat)
Bagian diaphysis tulang panjang yang berbentuk sebagai pipa dindingnya merupakan tulang padat, sedang ujung-ujungnya sebagian besar merupakan tulang berongga yang dilapisi oleh tulang padat yang tipis. Ruangan dari tulang berongga saling berhubungan dan juga dengan rongga sumsum tulang.

JENIS JARINGAN TULANG

Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :

Tulang muda/tulang primer
Tulang dewasa/tulang sekunder

Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang sekunder tersusun secara teratur.

Jaringan Tulang Primer
Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang sekunder
Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai woven bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk osteoid secara cepat seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada dewasa ketika terjadi pembentukan susunan tulang baru akibat keadaan patologis.
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi tulang sekunder (lamellar bone) yang secara fisik lebih kuat dan resilien. Karena itu pada tulang orang dewasa yang sehat itu hanya terdapat lamella saja.

Jaringan Tulang Sekunder
Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae(lapisan) setebal 3-7μm yang sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah, serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur konsentris ini dinamai Systema Haversi atau osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang.
Di antara masing-masing osteon seringkali terdapat substansi amorf yang merupakan bahan perekat.
Susunan lamellae dalam diaphysis mempunyai pola sebagai berikut :
Tersusun konsentris membentuk osteon.
Lamellae yang tidak tersusun konsentris membentuk systema interstitialis.
Lamellae yang malingkari pada permukaan luar membentuk lamellae circumferentialis externa.
Lamellae yang melingkari pada permukaan dalam membentuk lamellae circumferentialis interna.


PERIOSTEUM

Bagian luar dari jaringan tulang yang diselubungi oleh jaringan pengikat pada fibrosa yang mengandung sedikit sel. Pembuluh darah yang terdapat di bagian periosteum luar akan bercabang-cabang dan menembus ke bagian dalam periosteum yang selanjutnya samapai ke dalam Canalis Volkmanni. Bagian dalam periosteum ini disebut pula lapisan osteogenik karena memiliki potensi membentuk tulang. Oleh karena itu lapisan osteogenik sangat penting dalam proses penyembuhan tulang.


Periosteum dapat melekat pada jaringan tulang karena :

pembuluh-pembuluh darah yang masuk ke dalam tulang.
terdapat serabut Sharpey ( serat kolagen ) yang masuk ke dalam tulang.
terdapat serabut elastis yang tidak sebanyak serabut Sharpey.

ENDOSTEUM
Endosteum merupakan lapisan sel-sel berbentuk gepeng yang membatasi rongga sumsum tulang dan melanjutkan diri ke seluruh rongga-rongga dalam jaringan tulang termasuk Canalis Haversi dan Canalis Volkmanni. Sebenarnya endosteum berasal dari jaringan sumsum tulang yang berubah potensinya menjadi osteogenik.

KOMPONEN JARINGAN TULANG
Sepertinya halnya jaringan pengikat pada umumnya, jaringan tulang juga terdiri atas unsur-unsur : sel, substansi dasar, dan komponen fibriler. Dalam jaringan tulang yang sedang tumbuh, seperti telah dijelaskan pada awal pembahasan, dibedakan atas 4 macam sel :

Osteoblas
Sel ini bertanggung jawab atas pembentukan matriks tulang, oleh karena itu banyak ditemukan pada tulang yang sedang tumbuh. Selnya berbentuk kuboid atau silindris pendek, dengan inti terdapat pada bagian puncak sel dengan kompleks Golgi di bagian basal. Sitoplasma tampak basofil karena banyak mengandung ribonukleoprotein yang menandakan aktif mensintesis protein.
Pada pengamatan dengan M.E tampak jelas bahwa sel-sel tersebut memang aktif mensintesis protein, karena banyak terlihat RE dalam sitoplasmanya. Selain itu terlihat pula adanya lisosom.

Osteosit
Merupakan komponen sel utama dalam jaringan tulang. Pada sediaan gosok terlihat bahwa bentuk osteosit yang gepeng mempunyai tonjolan-tonjolan yang bercabang-cabang. Bentuk ini dapat diduga dari bentuk lacuna yang ditempati oleh osteosit bersama tonjolan-tonjolannya dalam canaliculi. Dari pengamatan dengan M.E dapat diungkapkan bahwa kompleks Golgi tidak jelas, walaupun masih terlihat adanya aktivitas sintesis protein dalam sitoplasmanya. Ujung-ujung tonjolan dari osteosit yang berdekatan saling berhubungan melalui gap junction. Hal-hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan adanya pertukaran ion-ion di antara osteosit yang berdekatan.
Osteosit yang terlepas dari lacunanya akan mempunyai kemampuan menjadi sel osteoprogenitor yang pada gilirannya tentu saja dapat berubah menjadi osteosit lagi atau osteoklas.

Osteoklas

Merupakan sel multinukleat raksasa dengan ukuran berkisar antara 20 μm-100μm dengan inti sampai mencapai 50 buah. Sel ini ditemukan untuk pertama kali oleh Köllicker dalam tahun 1873 yang telah menduga bahwa terdapat hubungan sel osteoklas (O) dengan resorpsi tulang. Hal tersebut misalnya dihubungkan dengan keberadaan sel-sel osteoklas dalam suatu lekukan jaringan tulang yang dinamakan Lacuna Howship (H). keberadaan osteoklas ini secara khas terlihat dengan adanya microvilli halus yang membentuk batas yang berkerut-kerut (ruffled border). Gambaran ini dapat dilihat dengan mroskop electron. Ruffled border ini dapat mensekresikan beberapa asam organik yang dapat melarutkan komponen mineral pada enzim proteolitik lisosom untuk kemudian bertugas menghancurkan matriks organic. Pada proses persiapan dekalsifikasi (a), osteoklas cenderung menyusut dan memisahkan diri dari permukaan tulang. Relasi yang baik dari osteoklas dan tulang terlihat pada gambar (b). resorpsi osteoklatik berperan pada proses remodeling tulang sebagai respon dari pertumbuhan atau perubahan tekanan mekanikal pada tulang. Osteoklas juga berpartisipasi pada pemeliharaan homeostasis darah jangka panjang.

Selain pendapat di atas, ada sebagian peneliti berpendapat bahwa keberadaan osteoklas merupakan akibat dari penghancuran tulang. Adanya penghancuran tulang osteosit yang terlepas akan bergabung menjadi osteoklas. Tetapi akhir-akhir ini pendapat tersebut sudah banyak ditinggalkan dan beralih pada pendapat bahwa sel-sel osteoklas-lah yang menyebabkan terjadinya penghancuran jaringan tulang.

Sel Osteoprogenitor
Sel tulang jenis ini bersifat osteogenik, oleh karena itu dinamakan pula sel osteogenik. Sel-sel tersebut berada pada permukaan jaringan tulang pada periosteum bagian dalam dan juga endosteum. Selama pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan mnghasilkan sel osteoblas yang kemudian akan akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam dari jaringan tulang tempat terjadinya pengikisan jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas.
Sel – sel osteogenik selain dapat memberikan osteoblas juga berdiferensiasi menjadi khondroblas yang selanjutnya menjadi sel cartilago. Kejadian ini, misalnya, dapat diamati pada proses penyembuhan patah tulang. Menurut penelitian, diferensiasi ini dipengaruhi oleh lingkungannya, apabila terdapat pembuluh darah maka akan berdiferensiasi menjadi osteoblas, dan apabila tidak ada pembuluh darah akan menjadi khondroblas. Selain itu, terdapat pula penelitian yang menyatakan bahwa sel osteoprogenitor dapat berdiferensiasi menjadi sel osteoklas lebih – lebih pada permukaan dalam dari jaringan tulang.

MATRIKS TULANG
Berdasarkan beratnya, matriks tulang yang merupakan substansi interseluler terdiri dari ± 70% garam anorganik dan 30% matriks organic.
95% komponen organic dibentuk dari kolagen, sisanya terdiri dari substansi dasar proteoglycan dan molekul-molekul non kolagen yang tampaknya terlibat dalam pengaturan mineralisasi tulang. Kolagen yang dimiliki oleh tulang adalah kurang lebih setengah dari total kolagen tubuh, strukturnya pun sama dengan kolagen pada jaringan pengikat lainnya. Hampir seluruhnya adalah fiber tipe I. Ruang pada struktur tiga dimensinya yang disebut sebagai hole zones, merupakan tempat bagi deposit mineral.
Kontribusi substansi dasar proteoglycan pada tulang memiliki proporsi yang jauh lebih kecil dibandingkan pada kartilago, terutama terdiri atas chondroitin sulphate dan asam hyaluronic. Substansi dasar mengontrol kandungan air dalam tulang, dan kemungkinan terlibat dalam pengaturan pembentukan fiber kolagen.
Materi organik non kolagen terdiri dari osteocalcin (Osla protein) yang terlibat dalam pengikatan kalsium selama proses mineralisasi, osteonectin yang berfungsi sebagai jembatan antara kolagen dan komponen mineral, sialoprotein (kaya akan asam salisilat) dan beberapa protein.
Matriks anorganik merupakan bahan mineral yang sebagian besar terdiri dari kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal-kristal hydroxyapatite. Kristal –kristal tersebut tersusun sepanjang serabut kolagen. Bahan mineral lain : ion sitrat, karbonat, magnesium, natrium, dan potassium.
Kekerasan tulang tergantung dari kadar bahan anorganik dalam matriks, sedangkan dalam kekuatannya tergantung dari bahan-bahan organik khususnya serabut kolagen.


MEKANISME KALSIFIKASI DAN RESORPSI TULANG

Proses kalsifikasi tulang yang kompleks belum diketahui secara pasti, namun disini akan dibahas garis besarnya.
Kalsifikasi dalam tulang tidak terlepas dari proses metabolisme kalsium dan fosfat. Bahan-bahan mineral yang akan diendapkan semula berada dalam aliran darah. Osteoblas berperan dalam mensekresikan enzim alkali fosfatase. Dalam keadaan biasa, darah dan cairan jaringan mengandung cukup ion fosfat dan kalsium untuk pengendapan kalsium Ca3(PO4)2 apabila terjadi penambahan ion fosfat dan kalsium. Penambahan ion-ion tersebut diperoleh dari pengaruh enzim alkali fosfatase dari osteoblas. Hal tersebut juga dapat diperoleh dari pengaruh hormone parathyreoid dan pemberian vitamin D atau pengaruh makanan yang mengandung garam kalsium tinggi.
Faktor lain yang harus diperhitungkan yaitu keadaan pH karena kondisi yang agak asam lebih menjurus ke pembentukan garam CaHPO4 daripada Ca3(PO4)2. Karena CaHPO4 lebih mudah larut, maka untuk mengendapkannya dibutuhkan kadar fosfat dan kalsium yang lebih tinggi daripada dalam kondisi alkali untuk mengendapkan Ca3(PO4)2 yang kurang dapat larut.
Kenaikan kadar ion kalsium dan fosfat setempat sekitar osteoblast dan khondrosit hipertrofi disebabkan sekresi alkali fosfatase yang akan melepaskan fosfat dari senyawa organik yang ada di sekitarnya.
Serabut kolagen yang ada di sekitar osteoblast akan merupakan inti pengendapan, sehingga kristal-kristal kalsium akan tersusun sepanjang serabut.
Resorpsi tulang sama pentingnya dengan proses kalsifikasinya, karena tulang akan dapat tumbuh membesar dengan cara menambah jaringan tulang baru dari permukaan luarnya yang dibarengi dengan pengikisan tulang dari permukaan dalamnya.
Resorpsi tulang yang sangat erat hubungannya dengan sel-sel osteoklas, mencakup pembersihan garam mineral dan matriks organic yang kebanyakan merupakan kolagen. Dalam kaitannya dengan resorpsi tersebut terdapat 3 kemungkinan :
osteoklas bertindak primer dengan cara melepaskan mineral yang disusul dengan depolimerisasi molekul-molekul organic,
osteoklas menyebabkan depolimerisasi mukopolisakarida dan glikoprotein sehingga garam mineral yang melekat menjadi bebas,
sel osteoklas berpengaruh kepada serabut kolagen
Rupanya, cara yang paling mudah untuk osteoklas dalam membersihkan garam mineral yaitu dengan menyediakan suasana setempat yang cukup asam pada permukaan kasarnya. Bagaimana cara osteoklas membuat suasana asam belum dapat dijelaskan. Perlu pula dipertimbangkan adanya lisosom dalam sitoplasma osteoklas yang pernah dibuktikan.

PERTUMBUHAN TULANG

Perkembangan tulang pada embrio terjadi melalui dua cara, yaitu osteogenesis desmalis dan osteogenesis enchondralis. Keduanya menyebabkan jaringan pendukung kolagen primitive diganti oleh tulang, atau jaringan kartilago yang selanjutnya akan diganti pula menjadi jaringan tulang. Hasil kedua proses osteogenesis tersebut adalah anyaman tulang yang selanjutnya akan mengalami remodeling oleh proses resorpsi dan aposisi untuk membentuk tulang dewasa yang tersusun dari lamella tulang. Kemudian, resorpsi dan deposisi tulang terjadi pada rasio yang jauh lebih kecil untuk mengakomodasi perubahan yang terjadi karena fungsi dan untuk mempengaruhi homeostasis kalsium. Perkembangan tulang ini diatur oleh hormone pertumbuhan, hormone tyroid, dan hormone sex.


Osteogenesis Desmalis
Nama lain dari penulangan ini yaitu Osteogenesis intramembranosa, karena terjadinya dalam membrane jaringan. Tulang yang terbentuk selanjutnya dinamakan tulang desmal. Yang mengalami penulangan desmal ini yaitu tulang atap tengkorak.
Mula-mula jaringan mesenkhim mengalami kondensasi menjadi lembaran jaringan pengikat yang banyak mengandung pembuluh darah. Sel-sel mesenkhimal saling berhubungan melalui tonjolan-tonjolannya. Dalam substansi interselulernya terbentuk serabut-serabut kolagen halus yang terpendam dalam substansi dasar yang sangat padat.
Tanda-tanda pertama yang dapat dilihat adanya pembentukan tulang yaitu matriks yang terwarna eosinofil di antara 2 pembuluh darah yang berdekatan. Oleh karena di daerah yang akan menjadi atap tengkorak tersebut terdapat anyaman pembuluh darah, maka matriks yang terbentuk pun akan berupa anyaman. Tempat perubahan awal tersebut dinamakan Pusat penulangan primer.
Pada proses awal ini, sel-sel mesenkhim berdiferensiasi menjadi osteoblas yang memulai sintesis dan sekresi osteoid. Osteoid kemudian bertambah sehingga berbentuk lempeng-lempeng atau trabekulae yang tebal. Sementara itu berlangsung pula sekresi molekul-molekul tropokolagen yang akan membentuk kolagen dan sekresi glikoprotein.
Sesudah berlangsungnya sekresi oleh osteoblas tersebut disusul oleh proses pengendapan garam kalsium fosfat pada sebagian dari matriksnya sehingga bersisa sebagai selapis tipis matriks osteoid sekeliling osteoblas.
Dengan menebalnya trabekula, beberapa osteoblas akan terbenam dalam matriks yang mengapur sehingga sel tersebut dinamakan osteosit. Antara sel-sel tersebut masih terdapat hubungan melalui tonjolannya yang sekarang terperangkap dalam kanalikuli. Osteoblas yang telah berubah menjadi osteosit akan diganti kedudukannya oleh sel-sel jaringan pengikat di sekitarnya. Dengan berlanjutnya perubahan osteoblas menjadi osteosit maka trabekulae makin menebal, sehingga jaringan pengikat yang memisahkan makin menipis. Pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang padat, rongga yang memisahkan trabekulae sangat sempit, sebaliknya pada bagian yang nantinya akan menjadi tulang berongga, jaingan pengikat yang masih ada akan berubah menjadi sumsum tulang yang akan menghasilkan sel-sel darah. Sementara itu, sel-sel osteoprogenitor pada permukaan Pusat penulangan mengalami mitosis untuk memproduksi osteoblas lebih lanjut

Osteogenesis Enchondralis
Awal dari penulangan enkhondralis ditandai oleh pembesaran khondrosit di tengah-tengah diaphysis yang dinamakan sebagai pusat penulangan primer. Sel – sel khondrosit di daerah pusat penulangan primer mengalami hypertrophy, sehingga matriks kartilago akan terdesak mejadi sekat – sekat tipis. Dalam sitoplasma khondrosit terdapat penimbunan glikogen. Pada saat ini matriks kartilago siap menerima pengendapan garam – garam kalsium yang pada gilirannya akan membawa kemunduran sel – sel kartilago yang terperangkap karena terganggu nutrisinya. Kemunduran sel – sel tersebut akan berakhir dengan kematian., sehingga rongga – rongga yang saling berhubungan sebagai sisa – sisa lacuna. Proses kerusakan ini akan mengurangi kekuatan kerangka kalau tidak diperkuat oleh pembentukan tulang disekelilingnya. Pada saat yang bersamaan, perikhondrium di sekeliling pusat penulangan memiliki potensi osteogenik sehingga di bawahnya terbentuk tulang. Pada hakekatnya pembentukan tulang ini melalui penulangan desmal karena jaringan pengikat berubah menjadi tulang. Tulang yang terbentuk merupakan pipa yang mengelilingi pusat penulangan yang masih berongga – rongga sehingga bertindeak sebagai penopang agar model bentuk kerangka tidak terganggu. Lapisan tipis tulang tersebut dinamakan pipa periosteal.
Setelah terbentuknya pipa periosteal, masuklah pembuluh – pembuluh darah dari perikhondrium,yang sekarang dapat dinamakan periosteum, yang selanjutnya menembus masuk kedalam pusat penulangan primer yang tinggal matriks kartilago yang mengalami klasifikasi. Darah membawa sel – sel yang diletakan pada dinding matriks. Sel – sel tersebut memiliki potensi hemopoetik dan osteogenik. Sel – sel yang diletakan pada matriks kartilago akan bertindak sebagai osteoblast. Osteoblas ini akan mensekresikan matriks osteoid dan melapiskan pada matriks kartilago yang mengapur. Selanjutnya trabekula yang terbentuk oleh matriks kartilago yang mengapur dan dilapisi matriks osteoid akan mengalami pengapuran pula sehingga akhirnya jaringan osteoid berubah menjadi jaringan tulang yang masih mengandung matriks kartilago yang mengapur di bagian tengahnya. Pusat penulangan primer yang terjadi dalam diaphysis akan disusun oleh pusat penulangan sekunder yang berlangsung di ujung – ujung model kerangka kartilago.


PERTUMBUHAN MEMANJANG TULANG PIPA

Setelah berlangsung penulangan pada pusat penulangan sekunder di daerah epiphysis, maka teradapatlah sisa – sisa sel khondrosit diantara epiphysis dan diaphysis. Sel – sel tersebut tersusun bederet –deret memanjang sejajar sumbu panjang tulang. Masing – masing deretan sel kartilago dipisahkan oleh matriks tebal kartilago, sedangkan sel –sel kartilago dalam masing – masing deretan dipisahkan oleh matriks tipis. Jaringan kartilago yang memisahkan epiphysis dan diaphysis berbentuk lempeng atau cakram sehingga dinamakan Discus epiphysealis.
Sel –sel dalam masing – masing deretan tidak sama penampilannya. Hal ini disebabkan karena ke arah diaphysis sel – sel kartilago berkembang yang sesuai dengan perubahan – perubahan yang terjadi pada pusat penulangan. Karena perubahan sel –sel dalam setiap deret seirama, maka discus tersebut menunjukan gambaran yang dibedakan dalam daerah – daerah perkembangan.

Daerah – daerah perkembangan :

1. Zona Proliferasi : sel kartilago membelah diri menjadi deretan sel – sel gepeng.
2. Zona Maturasi : sel kartilago tidak lagi membelah diri,tapi bertambah besar.
3. Zona hypertrophy : sel –sel membesar dan bervakuola.
4. Zona kalsifikasi : matriks cartílago mengalami kalsifikasi.
5. Zona degenerasi : sel – sel cartílago berdegenerasi diikuti oleh terbukanya lacuna sehingga terbentuk trabekula.

Karena masuknya pembuluh darah, maka pada permukaan trabekula di daerah ke arah diaphysis diletakan sel –sel yang akan berubah menjadi osteoblas yang selanjutnya akan melanjutkan penulangan.
Dalam proses pertumbuhan discus epiphysealis akan semakin menipis, sehingga akhirnya pada orang yang telah berhenti pertumbuhan memanjangnya sudah tidak deketemukan lagi.







PEMBESARAN DIAMETER TULANG PIPA
Pertumbuhan tulang pipa selain memanjang melalui discus epiphysealis juga mengalami pertambahan diameter dengan cara pertambahan jeringan tulang melalui penulangan oleh periosteum lapisan dalam yang dibarengi dengan pengikisan jaringan tulang dari permukaan dalamnya.
Dengan adanya proses pengikisan jaringan tulang ini, walau pun diameter tulang bertambah namun ketebalannya tetap dipertahankan. Hal ini penting,karena tanpa pengikisan,berat tulang akan bertambah terus sehingga mengganggu fungsinya.

PERUBAHAN STRUKTUR JARINGAN TULANG
Pada mulanya, dari perkembangan trabekula tulang terbentuk semacam sistem harvers yang tidak teratur polanya yang dinamakan sistem Havers primitif. Untuk membentuk sistem Havers dengan pola teratur, perlulah sistem Havers primitif mengalami perubahan sehingga terjadilah tulang sekunder. Perubahan dimulai pada beberapa tempat yang terletak tersebar dalam bentuk rongga – rongga yang disebabkan erosi tulang oleh sel-sel osteoklas. Rongga – rongga tersebut meluas sehingga terbentuk silindris yang memanjang, disusul oleh masuknya pembuluh darah bersama jeringan sumsum tulang kedalam rongga – rongga tersebut. Apabila rongga sudah cukup besar, erosi akan berhenti dalm mulailah pembentukn tulang oleh osteoblas yang diletakan oleh darah pada dinding rongga. Pembentukan tulang berlangsung sebagai lembaran – lembaran yang dimulai dari dinding rongga yang makin lama makin mengecilkan rongga sehingga akhirnya pembuluh darah dikelilingi penuh oleh lembaran – lembaran tulang. Dengan demikian terbentuklah sistem harvers dengan pembuluh darah di tengahnya. Pada perbatasan luar setiap sistem harvers terdapat substansi perekat yang merupakan sisa matriks tulang.
Pembentukan sistem Havers tidak berhenti estela proses di atas, namun akan terjadi pula erosi lagi yang diikuti pembentukan sistem harvers baru seperti semula. Proses tersebut terjadi berulang-ulang sehingga pada potongan melintang tulang pipa akan dapat dibedakan beberapa struktur :

1. Sistem Havers yang lama
2. Sistem Havers yang sedang dibentuk
3. Ruang-ruang karena erosi
4. Sisa – sisa sistem harvers sebagai lamela intersitiil.

PERBAIKAN PATAH TULANG
Jika terjadi patah tulang, maka kerusakan akan menyebabkan perdarahan yang biasanya akan diikuti oleh pembekuan. Kerusakan juga menyebabkan kerusakan matriks dan sel – sel tulang di dekatgaris patah.
Awal dari proses perbaikan tulang dimulai dengan pembersihan dari bekuan darah, sisa – sisa sel dan matriks yang rusak. Periosteum dan endosteum disekitar tulang yang patah menanggapi dengan meningkatnya proliferasi fibroblast sehingga terbentuklah jaringan seluler disekitar garis patah dan di antara ujung – ujung tulang yang terpisah.
Pembentukan tulang baru berlangsung melalui penulangan enkhondral dan desmal secara simultan. Untuk penulangan enkhondral didahului dengan terbentuknya kartilago hialin yang berasal dari perubahan jaringan granulasi sebagai hasil proliferasi fibroblast. Celah fragmen tulang sekarang diisi oleh jaringan kartilago yang merupakan kalus. Jaringan tulang baru mengisi celah diantara fragmen tulang membentuk kalus tulang dan menggantikan kalus kartilago. Sel – sel osteoprogenitor dari periosteum dan endosteum akan menjadi osteoblas sehingga di daerah tersebut terjadi penulangan desmal. Penulangan enkhondral berlangsung sebagai trabekula dalam jaringan kartilago yang merupakan jaringan penopang sementara dalam perbaikan patah tulang. Tekanan pada tulang selama proses penyembuhan menyebabkan perbaikan bentuk tulang ke bentuk asalnya sehingga benjolan kalus akhirnya akan lenyap melalui resorpsi.

PERSENDIAN DAN MEMBRANA SYNOVIALIS
Tulang – tulang dihubungkan satu ama lain melalui persendian. Berdasarkan strukturnya terdapat berbagai bentuk sendi yang juga menentukan keluasan gerakan bagian – bagian tulang yang terlibat.
Berdasarkan keluasan gerakannya dibedakan :

1. Synathrosis : gerakan terbatas.
2. Diathrosis : gerakan luas.

Karena luasnya gerakan dari diarthrosis maka diantara ujung – ujung tulang berdekatan terdapat rongga yang dinamakan Cavum artikularis. Rongga ini berdinding jaringan ikat padat.
Kapsel pada sendi tersebut terdiri atas dua lapisan, yaitu :

1. Lapisan fibrosa (di sebelah luar)
2. Lapisan sinovial (disebelah dalam)

Cairan yang berada di dalam cavum synoviale dihasilkan oleh sel – sel sinovial. Permukaan dalam dari lapisan sinovial biasanya dibatasi oleh sel – sel berbentuk gepeng atau kuboid. Di bawah lapisan ini terdapat jaringan pengikat longgar atau padat dan jaringan lemak. Sel –sel membran sinovial berasal dari jaringan mesenkhim yang dipisahkan oleh substansi dasar.
DRG. TADEUS0 komentar

6. OTOT

Jaringan otot merupakan jaringan yang mampu melangsungkan kerja mekanik dengan jalan kontraksi dan relaksasi sel atau serabutnya. Sel otot memiliki struktur filamen dalam sitoplasma, bentuk selnya memanjang agar dapat melangsungkan perubahan sel menjadi pendek.

Ada 3 macam otot yang digolongkan berdasarkan struktur dan fungsinya:
1. Otot polos
2. Otot seran lintang
3. Otot jantung

1. Otot Polos

Jenis otot ini disebut juga sebagai otot tidak lurik atau otot involunteer. Otot polos terutama terdapat di bagian viseral, membentuk bagian kontraktil pada dinding saluran cerna sejak pertengahan esofagus sampai ke anus, termasuk saluran keluar kelenjar yang berhubungan dengan sistem ini. Otot ini terdapat pada system pernapasan, system reproduksi, arteri, vena, pembuluh limfe yang besar, dermis, iris, dan korpus siliaris pada mata. Pada tempat-tempat ini otot polos berfungsi mengatur dan mempertahankan garis tengah lumen dari visera berongga.
Sel-sel otot polos dapat tersusun tersebar atau membentuk berkas memanjang atau sebagai lembaran. Sel otot polos berbentuk gelendong, meruncing di kedua ujungnya, dan mempunyai bagian tengah yang lebih lebar, tempat letak intinya. Ukuran tergantung tempatnya, sekitar 15-20 μm pada pembuluh darah kecil sampai 0,2 mm dengan tebal 6μm. Pada dinding rahim yang sedang mengandung sel-sel otot membesar dan memanjang sampai 0,5 mm.
Sitoplasma untuk sel otot disebut sarkoplasma mengandung sepasang sentriol. Dalam sitoplasma terdapat butir-butir glikogen yang penting sebagai sumber energi. Seperti sel–sel lainnya, sel otot diselubungi oleh membran plasma yang dinamakan sarkolema. Untuk nutrisi jaringan otot diperlukan pembuluh darah yang bercabang-cabang masuk di antara berkas-berkas otot.

Persarafan

Agar dapat berkontraksi maka jaringan otot membutuhkan rangsangan dari ujung-ujung saraf. Oleh Bozler dibedakan 2 tipe:

1. Tipe multi unit
Apabila tiap otot polos mendapatkan rangsangan dari ujung-ujung saraf yang berasal dari sebatang serabut saraf sehingga setiap sel otot mendapat impuls dalam waktu bersamaan, akibatnya kontraksi dapat berlangsung bersamaan. Misalnya terdapat pada iris, arteri besar, dan duktus deferens.

2. Tipe viseral
Dalam seberkas otot tidak semuanya mendapatkan ujung saraf tetapi rangsangan akan diteruskan ke otot-otot yang berdekatan melalui hubungan yang mirip gap junction.

Struktur Halus Sel Otot

Sarkoplasma di dekat inti mengandung sejumlah mitokondria halus, mikrotubuli, granular endoplasmic reticulum dan kelompok-kelompok ribosom bebas. Kompleks golgi menempati didekat salah satu ujung inti. Dalam sarkoplasma terdapat berkas-berkas filamen yang membentuk miofibril.

Ada 2 jenis miofilamen, yaitu:
1. Miofilamen halus
2. Miofilamen kasar

Kedua jenis miofilamen ini berjalan sejajar sumbu sel otot polos. Diantara berkas-berkas miofilamen terlihat mitokondria. Apabila dilihat berkas-berkas gabungan miofilamen halus dan miofilamen kasar maka mereka tidak membentuk pola yang teratur namun tersebar di seluruh sel. Sarkolema menunjukkan lekukan ke dalam yang dinamakan kaveola pada pengamatan dengan M.E.

Asal, pertumbuhan, dan regenerasi

Sebagian besar otot polos dibentuk melalui perkembangan sel-sel mesenkim. Dalam hubungannya dengan beberapa kelenjar dan saluran keluarnya seperti kelenjar-kelenjar liur, kelenjar keringat, dan kelenjar lakrimal ada sel dengan banyak ciri khas otot polos yang berkembang dari ektoderm dan disebut sel mioepitel. Sel otot polos dapat bertambah ukurannya akibat rangsangan fisiologis (misalnya dalam rahim selama kehamilan) dan akibat rangsangan patologis (misalnya dalam arteriol pada hipertensi). Pada keadaan dewasa dianggap bahwa sel otot polos berasal dari jaringan pengikat yang belum mengalami diferensiasi lanjut.

2. Otot Seran Lintang

Otot seran lintang atau otot rangka terdiri atas serat-serat otot, berkas sel yang sangat panjang sampai 30 cm, silindris, dan berinti banyak dengan garis tengah 10-100μm. Inti lonjong umumnya terletak pada tepi sel di bawah membran sel. Lokasi yang khas ini membantu dalam membedakan otot rangka dari otot jantung dan otot polos yang keduanya memiliki inti di tengah. Otot ini ditemukan di lidah, diafragma, dinding pangkal esophagus, dan sebagian otot wajah.
Sebagian besar dari sel otot rangka yang berbentuk serabut membentuk berkas-berkas yang digabungkan oleh jaringan pengikat. Jaringan pengikat tipis yang melapisi setiap serabut otot melanjutkan diri sebagai pembungkus berkas yang terdiri atas beberapa serabut otot mengandung pembuluh darah kecil. Selubung jaringan pengikat tersebut dinamakan endomisium. Berkas otot tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat yang lebih tebal dinamakan perimisium. Berkas-berkas tingkat kedua tersebut digabungkan lagi menjadi berkas yang lebih besar oleh jaringan pengikat dinamakan epimisium.
Apabila otot seran lintang diperiksa tanpa alat pembesar, kadang-kadang tampak adanya perbedaan warna pada serabut-serabutnya. Dengan pembesaran tampak bahwa serabut-serabut otot yang berwarna merah berkelompok diantara serabut otot yang berwarna putih (pucat) yang berukuran lebih besar.

Gautier membedakan 3 jenis serabut otot dengan pewarnaan khusus :

• serabut otot merah,
• serabut otot putih,
• serabut otot peralihan

Serabut otot merah yang lebih kecil ternyata lebih banyak mengandung mitokhondria, mioglobin, dan banyak pembuluh darah diantara serabut-serabutnya.
Pada tingkat pengamatan dengan M.E., serabut otot merah ternyata memiliki lempeng Z lebih tebal, lebih kompleksnya struktur sarcoplasmic reticulum pada daerah lempeng Z, mitokondria berukuran lebih besar dan terletak berderet-deret diantara miofibril kalau dibandingkan serabut otot putih. Serabut otot peralihan memiliki sifat-sifat diantara serabut otot merah dan serabut otot putih.

Macam-macam serat otot seran lintang:

1. Serat merah, serat ini berdiameter relatif kecil, dengan banyak sarkosom besar yang penuh krista. Sarkosom-sarkosom itu terkumpul di bawah sarkolema dan berderet-deret memanjang diantara miofibril.

2. Serat putih, merupakan bagian terbesar dari otot ”putih” dan seratnya lebih besar. Sarkosom-sarkosom yang lebih kecil terdapat berpasangan sekitar garis Z, dan garis Z disini hanya setengah lebarnya garis Z pada serat merah.

3. Serat menengah, serupa serat merah, terdapat pada otot merah, tetapi sarkosomnya lebih kecil dan garis Z-nya lebih tipis. ”Myoneural junction” (taut mioneural) bersifat lebih kompleks pada serat putih, dan penyebaran berbagai jenis serat didalam suatu otot agaknya dipengaruhi oleh sistem saraf. Serat merah berkontraksi lebih lambat jika dibandingkan dengan serat putih dan lebih tahan berkontraksi lama, walaupun sebenarnya ada 2 jenis serat merah, dan salah satunya berkontraksi lumayan cepat. Serat menengah yang secara morfologi mirip serat merah, lebih mirip serat putih dalam hal kecepatan kontraksinya.


Struktur mikroskopis
Sel otot seran lintang merupakan sel panjang yang berinti banyak dengan ketebalan yang sama di seluruh panjangnya yang berukuran sekitar 10-100 μm.
Sangat khas adalah gambaran pada potongan membujur terhadap sumbu panjang serabutnya oleh karena segera tampak gambaran garis-garis melintang yang dipisahkan oleh garis-garis pucat di sepanjang serabut. Gambaran ini disebabkan oleh adanya miofibril-miofibril dalam sarkoplasma yang bersifat membias kembar silih berganti dengan yang biasa, seluruhnya sejajar memenuhi serabut.
Ketebalan miofibril bervariasi namun tidak akan melebihi ukuran 2-3 μm. Penyebaran miofibril dalam sarkoplasma akan jelas pada potongan melintangnya. Biasanya membentuk kelompok-kelompok yang pada potongan melintang tampak sebagai kelompok titik-titik yang dinamakan sebagai Area Cohneim.
Di bawah sarkolema sepanjang serabut otot tampak inti yang berbentuk sebagai kumparan, sehingga apabila serabut tersebut terpotong membujur sebagian besar inti tampak tersebar di tepi dibawah sarkolema.

Struktur halus otot seran lintang
Pada pengamatan secara seksama dengan M.E., ternyata apa yang dimaksudkan dengan sarkolema oleh para pengamat dengan mikroskop cahaya sebenarnya terdiri atas:
a. Plasmalemma yang strukturnya sebagai unit membrane.
b. Lapisan pembungkus ekstraseluler yang bahannya seperti lamina basalis
c. Anyaman halus serabut-serabut retikuler
Serabut otot seran lintang sebagaimana dengan sel lain, dalam sitoplasmanya mengandung berbagai macam organela, namun kesemuanya disesuaikan dengan fungsi serabut otot yang mampu berkontraksi.
Mithokondria berukuran besar dengan banyak sekat-sekat di dalamnya, terletak memanjang berderet-deret sepanjang serabut dibawah sarkolema dan diantara miofibril. Kompleks Golgi terdapat lebih dari satu menempati di dekat setiap inti.
Miofibril merupakan seberkas komponen berbentuk filamen yang lebih halus dan panjang dari filamen itu sendiri tidak sepanjang miofibrilnya.

Filamen tersebut seperti halnya dalam otot polos terdiri atas 2 jenis yang berbeda dalam ketebalan dan ukuran panjangnya yaitu:
1. Miofilamen tebal : Ketebalan 100Ǻ dan panjang 1,5μm
2. Mikrofilamen halus : Ketebalan 50Ǻ dan panjang 2μm

Garis melintang tidak lain berbentuk cakram atau lempeng, oleh karena garis-garis melintang yang terlihat pada potongan memanjang serabut otot menempati seluruh ketebalan serabut. Oleh karena itu istilah garis sering diganti dengan lempeng atau cakram.

Dibedakan 2 macam lempeng yaitu:

1. Lempeng A
Lempeng A dapat membias kembar sinar polarisasi. Sediaan otot dengan pewarnaan H.E memperlihatkan warna merah. Ditengah-tengah lempeng A terdapat sebuah lempeng yang lebih sempit yang jernih, yaitu lempeng H dan lempeng ini terbagi lagi oleh lempeng yang gelap, yaitu lempeng M.

2. Lempeng I
Lempeng I sendiri hanya terbagi oleh sebuah lempeng yang lebih tipis dan berwarna gelap ditengah sebagai lempeng Z. Kadang-kadang pada lempeng I didekat perbatasan dengan lempeng A terlihat sebuah lempeng N dilihat sepanjang serabut otot yang dihubungkan dengan kemampuan kontraksinya, maka selama kontraksi lempeng Z relatif tidak mengalami perubahan. Oleh karena itu miofibril dibagi-bagi menjadi satuan kontraksi yang disebut sarkomer yang dibatasi oleh lempeng Z.

Didalam sebuah miofibril, sejumlah miofilamen halus yang panjangnya 2 μm berpangkal pada lempeng Z dan meluas kesetengah lempeng I dan sebagian dari lempeng A sampai batas lempeng H. Dengan demikian lempeng H dibatasi oleh ujung-ujung miofilamen halus dari kedua belah pihak. Sedangkan miofilamen tebal yang berada sebagian diantara miofilamen halus, perluasannya dalam satu sarkomer mulai dari batas lempeng I disatu pihak sampai batas lempeng I di pihak lain
Hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal dapat lebih dipahami pada potongan melintang melalui lempeng A dekat perbatasan dengan lempeng I. Pada potongan tersebut terlihat bahwa sepotong miofilamen tebal dikelilingi secara teratur oleh 6 batang miofilmen halus dan sebaliknya setiap batang miofilamen halus sendiri dikelilingi oleh 3 batang miofilamen tebal lainnya.diantara kedua miofilamen tersebut dihubungkan oleh molekul-molekul berbentuk batang pendek yang merupakan bagian dari miofilamen tebal sebagai kait-kait yang dinamakan cross bridge.
Organela lain dalam sitoplasma yang terlibat dalam proses kontraksi yaitu sarcoplasmic reticulum yang tidak lain adalah smooth reticulum pada sel-sel biasa. Sarcoplasmic reticulum merupakan anyaman rongga pipih yang dibatasi membran yang mengelilingi miofibril.

Komponen lain dalam sarkoplasma
Dalam sarkoplasma ditemukan glikogen dalam jumlah yang banyak dalam bentuk butir-butir kasar. Bahan ini dipergunakan sebagai persediaan energi.
Komponen lain yaitu mioglobin yang merupakan pigmen seperti hemoglobin dalam eritrosit yang digunakan untuk mengikat oksigen.

Mekanisme kontraksi

Oleh Huxley dijelaskan bahwa pada waktu proses kontraksi miofilamen halus di kedua pihak dalam sebuah sarkomer menyusup mendekati ujung-ujung miofilamen halus di pihak lain diantara miofilamen tebal disekelilingnya. Oleh karena miofilamen halus bertumpu pada lempeng Z, maka berakibat pada lempeng Z saling mendekat sehingga pada waktu berkontraksi, sarkomer diseluruh serabut memendek. Jika seluruh sarkomer memendek, maka seluruh serabut memendek pula. Dari hipotesis ini jelaslah bahwa kontraksi disebabkan kemampuan saling tarik antara dua macam miofilamen yang diwujudkan sebagai saling menggesernya miofilamen sedemikian rupa sehingga terdapat perlekatan yang maksimal dari masing-masing permukaan.
Proses yang berlangsung sebelum terjadinya kontraksi:
Tonjolan miofilamen tebal mengadakan kontak dengan molekul aktin
Arah miring dari tonjolan tersebut menyebabkan adanya gerakan miofilamen tebal dan miofilamen halus dalam arah yang berlawanan
Gerakan miofilamen menyebabkan pergeseran antara filamen-filamen sehingga miofibril memendek
Selama pergeseran, terjadi rangkaian peristiwa hubungan antara cross bridge dengan miofilamen halus diselingi dengan pelepasannya, sampai ujung-ujung miofilamen halus saling mendekat.
Akibat rangkaian peristiwa diatas, miofilamen halus bergeser menyusup ke dalam lempeng A sehingga tampak sebagai fenomena berikut: lempeng H dan lempeng I menyempit disertai saling mendekatnya lempeng Z sehingga sarkomer memendek.

Regenerasi otot seran lintang

Sesudah mengalami kerusakan, serat otot memiliki kapasitas terbatas untuk melakukan regenerasi, tetapi kerusakan berat akan diperbaiki dengan pembentukan jaringan ikat fibrosa, dengan meninggalkan parut. Demikian pula halnya bila saraf atau pembuluh darahnya terganggu alirannya, serat-serat otot akan berdegenerasi dan diganti oleh jaringan ikat fibrosa. Walaupun demikian pada otot dewasa terdapat sel-sel satelit. Sel-sel kecil dengan inti tunggal ini terdapat diantara sarkolema dan endomisium dan rupa-rupanya merupakan cadangan sel-sel mioblas embrional.

Histogenesis otot seran lintang

Diawali pembentukan mioblas yang pada mulanya berinti satu yang terletak ditengah sel tanpa miofibril. Mioblas ini akan mengadakan fusi satu sama lain sehingga terbentuk sinsitium yang diikuti pembentukan miofibril. Dengan penambahan miofibril, inti akan terdesak ke tepi sehingga terletak dibawah sarkolema.



3. Otot Jantung

Otot jantung bersifat lurik dan involunteer, berkontraksi secara ritmis dan automatis. Mereka hanya terdapat pada miokard (lapisan otot pada jantung) dan pada dinding pembuluh darah besar yang langsung berhubungan dengan jantung. Suatu serat otot jantung terlihat dibawah mikroskop cahaya sebagai suatu satuan linier terdiri atas sejumlah sel otot jantung yang terikat ”end to end” (ujung-ujung) pada daerah-daerah ikatan khusus yang disebut diskus interkalaris.
Serat otot jantung dibungkus suatu sarkolema tipis mirip yang terdapat pada otot rangka, dan sarkoplasma yang mirip mithokondria. Miofibril-miofibril terpisah-pisah oleh deretan mithokondria, yang mengakibatkan gambaran gurat-gurat memanjang yang nyata.
Otot jantung terdiri atas serabut-serabut otot yang bergaris-garis melintang seperti halnya otot kerangka.
Namun demikian kedua jenis serabut otot tersebut terdapat perbedaan:

1. Serabut otot jantung tidak merupakan sinsitium, melainkan merupakan rangkaian sel-sel tunggal yang berderet-deret ujung ketemu ujung dengan perantara suatu bangunan yang dinamakan : discus intercalaris.

2. Sel otot jantung tidak berbentuk silindris biasa, melainkan bercabang-cabang sehingga memberikan kesan adanya anyaman 3 dimensional.

3. Inti sel otot jantung tidak terletak dibawah sarkolema,melainkan ditengah sel.

4. Kontraksi otot jantung diluar pengaruh kehendak kita.

Celah-celah diantara anyaman serabut-serabut otot jantung diisi oleh jaringan pengikat sebagai endomisium.

Struktur halus otot jantung

Dalam beberapa hal struktur halus otot jantung sama dengan otot kerangka, khususnya mengenai hubungan antara miofilamen halus dengan miofilamen tebal, sehingga lempeng-lempeng yang tampak pada miofibril tidak berbeda pula.
Perbedaan yang tampak pada pengamatan dengan M.E yaitu: susunan sarcoplasmic reticulum dan mithokondria yang tidak teratur sehingga berkas-berkas miofilamen membentuk miofibril tidak disusun secara teratur sehingga batas-batas miofibril tidak tegas. Selain itu mitokondria lebih panjang dan lebih banyak jumlahnya serta sekat-sekat dalam mithokondria juga lebih banyak. Kadang-kadang mithokondria menempati satu sarkomer (2,5 μm). Butir-butir glikogen banyak terdapat didaerah lempeng I.
Invaginasi tubuler dari sarkoma yang membentuk tubul T pada otot jantung berukuran lebih besar daripada otot kerangka dan terdapat pada daerah setiap lempeng Z.
Discus intercalaris yang biasanya terdapat pada daerah lempeng Z yang semula belum diketahui secara pasti identitasnya, ternyata merupakan batas sel yang berbentuk berigi-rigi antara sel-sel otot jantung yang berdekatan. Apabila diamati dengan M.E, discus intercalaris dibedakan menjadi 2 bagian utama yaitu:
Pars transvelaris, yang menempati bagian yang berjalan melintang terhadap serabut otot.
Pars lateralis yang menempati bagian yang sejajar dengan serabut otot.
Pars transvelaris yang tampak sebagai garis berkelok-kelok dibedakan dalam 2 daerah yang berlainan strukturnya. Perbedaan struktur tersebut khususnya dalam aspek hubungan antara 2 sel yang berdekatan.
Struktur pertama mirip struktur desmosom yaitu adanya gambaran pemadatan sarkoplasma didaerah itu. Struktur ini meliputi daerah yang cukup luas, maka dinamakan fascia adhaerens. Fungsi struktur ini diduga keras sebagai usaha mengikat sel otot jantung satu dengan yang lain.
Diantara struktur pertama tersebut, disana-sini terdapat struktur jenis kedua yang mirip struktur gap junction dengan celah yang memisahkan 2 sarkolema sebesar 20Ǻ. Pada daerah ini tidak ada pemadatan sitoplasma.mengingat struktur yang demikian diduga keras hubungan ini berfungsi untuk merambatkan impuls dari satu sel otot jantung ke sel otot jantung di dekatnya. Struktur pars lateralis dari discus intercalaris ternyata mirip dengan gap junction kecuali meliputi daerah yang luas.

Regenerasi otot jantung

Otot jantung lebih tahan terhadap trauma bila dibandingkan dengan otot jenis lainnya, tetapi hampir tidak ada tanda-tanda regenerasi setelah terjadinya suatu cedera. Otot jantung yang rusak diperbaiki dengan meninggalkan suatu jaringan parut.

Histogenesis otot jantung

Dapat diikuti sejak embrio sebagai perkembangan dari splanchnopleura yang terdapat diluar endotil primordium jantung. Sejak awalnya telah terbentuk struktur desmososm antar sel-sel otot. Terbentuknya sel otot jantung definitif yaitu pada saat pembuluh darah bersama jaringan pengikat menembus endotil jantung.
DRG. TADEUS0 komentar

9. SUSUNAN SARAF PUSAT

SSP terdiri atas :

serebrum,
serebelum
medulla spinalis.

SSP tidak mempunyai jaringan ikat sehingga konsistensinya relatif lunak seperti agar-agar.

Substansia Putih dan Kelabu

Pada potongan melintang dari serebrum,serebelum dan medula spinalis tampak daerah-daerah yang berwarna putih (substansia putih) dan kelabu (substansia kelabu).
Distribusi myelin yang berbeda dalam SSP menyebabkan perbedaan yaitu: komponen utama dari substansi putih adalah akson yang bermielin dan oligodendrosit yang memproduksi mielin.Substansi putih tdak mengandung badan sel neuron.

Substansi kelabu mengandung badan sel neuron,dendrite dan bagian awal dari akson dan sel glia yang tidak bermielin,yang merupakan daerah di mana timbul sayap sinaps. Substansi kelabu biasanya berada pada permukaan serebrum dan serebelum,membentuk korteks serebral dan serebelar,sedangkan substansia putih berada pada daerah yang lebih sentral. Kumpulan badan sel neuron yang membentuk pulau-pulau substansi kelabu yang dikelilingi oleh substansi putih disebut nuklei.

Korteks serebri

Substansi kelabu terdiri atas enam lapis sel dengan bentuk dan ukuran yang berbeda.Neuron-neuron pada beberapa tempat di korteks serebri mengatur impuls aferen (sensorik ); sedangkan ditempat lain, neuron eferen ( motorik ) mengaktifkan impuls motoik yang mengatur pergerakan volunter.
Sel-sel dari korteks serebri dihubungkan dengan informasi sensorik yang terintegrasi dan permulaan respons motorik volunter.

Korteks Serebeli

Korteks serebeli memiliki tiga lapisan yaitu: lapisan molekul luar, lapisan tengah yang terdiri dari sel-sel Purkinye besar, dan lapisan granula dalam.Sel-sel Purkinye memiliki badan sel yang mencolok dengan dendritnya yang berkembang dengan sempurna sehingga menyerupai kipas.Dendrit ini menempati hampir seluruh lapisan molecular dan menjadi alasan untuk jarangnya nuclei pada lapisan itu.
Lapisan granular disusun oleh sel-sel yang sangat kecil ( sel terkecil dari tubuh kita ) yang cenderung merata, berbeda dengan lapisan molekular yang kurang padat sel.
Pada potongan melintang medula spinalis, substansi putih berada di tepi d an substansia kelabu di tengah berbentuk H. Pada palang horizontal dari huruf H terdapat lubang yang disebut kanal sentral, yang merupakan sisa dari lumen tabung neural embrionik.Kanal itu dilapisi oleh sel ependim.Substansia kelabu pada bagian kaki dari huruf H itu membentuk kornu anterior.Kornu ini mengandung neuron motorik yang aksonnya membentuk akar ventral dari saraf spinal.Substansia kelabu juga membentuk kornu posterior ( bagian lengan dari huruf H ), yang menerima serat sensorik dari neuron di ganglion spinal ( akar dorsal ).
Neuron pada medulla spinalis besar dan multipolar,terutama pada kornu anterior,dimana ditemukan neuron motorik yang besar.


Meninges

Susunan saraf pusat dilindungi oleh tengkorak dan kolumna vertebralis.Ia juga dibungkus membrane jaringan ikat yang disebut meninges.Dimulai dari lapisan paling luar, berturut-turut terdapat dura mater, araknoid, dan piamater.Araknoid dan piamater saling melekat dan seringkali dipandang sebagai satu membrane yang disebut pia-araknoid.

a. Dura mater
Dura mater adalah meninges luar, terdiri atas jaringan ikat padat yang berhubungan langsung dengan periosteum tengkorak. Dura mater yang membungkus medulla spinalis dipisahkan dari periosteum vertebra oleh ruang epidural, yang mengandung vena berdinding tipis,jaringan ikit longgar, dan jaringan lemak.
Dura mater selalu dipisahkan dari araknoid oleh celah sempit, ruang subdural. Permukaan dalam dura mater, juga permukaan luarnya pada medulla spinalis, dilapisi epitel selapis gepeng yang asalnya dari mesenkim.

b. Araknoid
Araknoid mempunyai 2 komponen: lapisan yang berkontak dengan dura mater dan sebuah system trabekel yang menghubungkan lapisan itu dengan piamater.Rongga diantara trabekel membentuk ruang Subaraknoid, yang terisi cairan serebrospinal dan terpisah sempurna dari ruang subdural.Ruang ini membentuk bantalan hidrolik yang melindungi susunan saraf pusat dari trauma.Ruang subaraknoid berhubungan dengan ventrikel otak.
Araknoid terdiri atas jaringan ikat tanpa pembuluh darah.Permukaannya dilapisi oleh epitel selapis gepeng seperti yang melapisi dura mater.Karena dalam medulla spinalis araknoid itu lebih sedikit trabekelnya, maka lebih mudah dibedakan dari piamater.
Pada beberapa daerah, araknoid menerobos dura mater membentuk julursn-juluran yang berakhir pada sinus venosus dalam dura mater.Juluran ini, yang dilapisi oleh sel-sel endotel dari vena disebut Vili Araknoid. Fungsinya ialah untuk menyerap cairan serebrospinal ke dalam darah dari sinus venosus.

c. Pia mater
Pia mater terdiri atas jarinagn ikat longgar yang mengandung banyak pembuluh darah.Meskipun letaknya cukup dekat dengan jaringan saraf, ia tidak berkontak dengan sel atau serat saraf.Di antara pia mater dan elemen neural terdapat lapisan tipus cabang-cabang neuroglia, melekat erat pada pia mater dan membentuk barier fisik pada bagian tepi dari susunan saraf pusat yang memisahkan SSP dari cairan brospinal. Piamater menyusuri seluruh lekuk permukaan susunan saraf pusaf dan menyusup kedalamnya untuk jarak tertentu bersama pembuluh darah. pia mater di lapisioleh sel-sel gepeng yang berasal dari mesenkim. Pembuluh darah menembus susunan saraf pusat melalai torowongan yang dilapisi oleh piamater ruang perivaskuler.

Sawar Darah Otak

Sawar darah otak merupakan barier fungsional yang mencegah masuknya beberapa substansi,seperti antibiotic dan bahan kimia dan toksin bakteri dari darah ke jaringan saraf.
Sawar darah otak ini terjadi akibat kurangnya permeabilitas yang menjadi ciri kapiler darah jaringan saraf.Taut kedap, yang menyatukan sel-sel endotel kapiler ini secara sempurna merupakan unsur utama dari sawar.Sitoplasma sel-sel andotel ini tidak bertingkap, dan terlihat sangat sedikit vesikel pinositotik. Perluasan cabang sel neuroglia yang melingkari kapiler ikut mengurangi permeabilitasnya.

PLEKSUS KOROID DAN CAIRAN SEREBROSPINAL

Pleksus Koroid

Pleksus koroid terdiri atas lipatan-lipatan ke dalam dari pia mater yang menyusup ke bagian dalam ventrikel.Ia ditemukan pada atap ventrikel ketiga dan keempat dan sebagian pada dinding ventrikel lateral. Ia merupakan struktur vasikular yang terbuat dari kapiler venestra yang berdilatasi.
Pleksus koroid terdiri atas jaringan ikat longgar dari pia mater, dibungkus oleh epitel selapis kuboid atau silindris.
Fungsi utama pleksus koroid adalah membentuk cairan serebrospinal,yang hanya mengandung sedikit bahan padat dan mengisi penuh ventrikel, kanal sentral dari medulla spinalis, ruang subaraknoid, dan ruang perivasikular. Ia penting untuk metabolisme susunan saraf pusat dan merupakan alat pelindung, berupa bantalan cairan dalam ruang subaraknoid.
Cairan itu jernih, memiliki densitas rendah, dan kandungan proteinnya sangat rendah.Juga terdapat beberapa sel deskuamasi dan dua sampai lima limfosit per milliliter.
Cairan serebrospinal mengalir melalui ventrikel, dari sana ia memasuki ruang subaraknoid.Disini vili araknoid merupakan jalur utama untuk absorbsi CSS ke dalam sirkulasi vena.
Menurunnya proses absorsi cairan serebrospinal atau penghambatan aliran keluar cairan dari ventrikel menimbulkan keadaan yang disebut hidrosefalus, yang mengakibatkan pembesarab progresif dari kepala dan disertai dengan gangguan mental dan kelemahan otot.






8. SUSUNAN SARAF TEPI

Dalam sistem saraf perifer ini akan dibahas: Serabut saraf, Ganglion dan akhiran saraf.

I. SERABUT SARAF

Yang dimaksudkan serabut saraf yaitu biasanya axon yang memiliki selubung tipis yaitu : nerolema atau selubung Schwann, yang merupakan lembaran protoplasma sel-sel schwann yang berasal dari crista neuralis. Di bawah selubung schwann terdapat selubung mielin.
Pada serabut saraf yang bermialin pada jarak tertentu selubung mengecil membentuk simpul yang dinamakan Nodus Ranvier, di mana nerolema juga mengikutinya .
Serabut saraf bermialin di perifer agak berbeda dengan yang ada dipusat susunan saraf dalam hal nerolemanya, yaitu diselubungi oleh sel schwann sedang di susunan saraf pusat oleh sel oligodendroglia.

Kalau dendrit dibandingkan terhadap axon, maka axon jauh lebih panjang dari pada dendrit. Lagi pula diameter axon relatif tetap sampai ujungnya, sedangkan diameter dendrit akan mengecil apabila menjahui pangkalnya. Ujung axon akan bercabang – cabang sebagai pohon dinamakam telodendria.

Unsur utama dari axon adalah lanjutan sitopalasma yang dinamakan axoplasma. Sebagai lanjutan sitopalasma dalam axoplasma didapat pula organel : mitokondria, nerofibril dam mikrotubuli namun tidak diketemukan granular endoplasmic reticulum. Sebagai lanjutan dari nerolema axoplasma dibatasi oleh axolema

Selubung mielin terdiri atas bahan seperti lemak yang merupakan campuran diantaranya kolesterol, fosfolipid, dan serebrosid. Oleh karena lipid larut selama proses pembuatanya maka didaerah selubung mielin hanya meninggalkan endapan protein sebagai nerokeratin. Sedangkan apabila digunakan asan osmium di daerah selubung mielin terlihat adanya gambaran celah miring sebagai corong yang dinamakan incisura Schmidt lantermann.

Dengan pengamatan M.E. selubung mielin menampakan gambaran berlapis-lapis, berikut ini akan menjelaskan bagaimana akan terjadinya selubung tersebut.

Terbentuknya selubung mielin didasarkan pada “jelly roll” hypothesis yang menyatakan bahwa sitoplasma sel schwann yang semula melingkupi axon secara langsung akan berputar berkali-kali dengan axon sebagai sumbunya.
Dari terjadinya mielin tersebut nyata bahwa selubung mielin merupakan bagian dari sel schwann, namun secara muda, biasa dikatakan bahwa nerolema adalah badan dari sel schwann dengan inti dan sitoplasma di sekelilingnya, sedangkan selubung mielin berdiri sendiri.

Pada saraf perifer, serabut saraf umumnya dikelompokan sebagai berkas-berkas yang dinamakan saraf. Sebelum merupakan sebagai berkas, disebelah luar dari nerolema dilapisi oleh selubung jaringan pengikat yang berasal mesodermal yang dinamakan endoneurium atau selubung Henle.

Serabut-serabut saraf bersama endoneuriumnya bergabung menjadi berkas yang diselubungi oleh jaringan pengikat padat yang dinamakam : perinerium.

Yang selanjutnya berkas ini diikat lagi menjadi berkas yang lebih besar lagi oleh jaringan padat yang dinamakan : epinerium. Di dalam berkas yang besar tersebut mungkin tidak ditemukan berkas serabut saraf yang tidak bermielin yang disebut juga serabut lemak. Karena tidak bersulubung mielin maka serabut lemak tidak tampak bersegmen-segmen.
Nerolema merupakan selubung atau sarung yang terbentuk oleh deretan sel-sel schwann sepanjang serabut saraf hanya terdiri atas sebuah sel schwann. Sitoplasma di daerah tepi yang tipis akan membentuk tonjolan-tonjolan mengelilingi serabut saraf.

Sinapsis

Apabila axon di rangsang maka impuls yang terbentuk akan dirambatkan baik kea rah badan sel maupun menjahui badan selnya sampai keujung-ujung yang dinamakan telodendron. Untuk mencapai sel saraf berikutnya diperlukan suatu alat yang disebut sinapsis. Keistimewaan sinapsis ini hanya dapat merambatkan impuls dalam satu arah saja.

Dalam perambatan impuls dapat dibedakan sebagai berikut :
• Axodendritik, dari axon ke dendrite lain.
• Axosomatik, dari axon ke badan sel lain.
• Axo-axinik, dari axo ke axon lain.
• Dendro dendritik, ke dendrite lain.
• Somato-somatik, antara badan sel saraf.


Kemampuan sebuah sel saraf untuk merambatkan ke sel saraf lainnya berbeda-beda sehingga jumlah sinapsisnya berbeda-beda.

Ujung – ujung telodendron berbentuk sebagai benjolan kecil yang di namakan boutons terminaux. Lebih sering cabang axon membentuk beberapa sinapsis sepanjang perjalannya sehingga jenis hubungan ini dinamakan : boutons en passage.

Apabila di amati pada ujung axon tampak mitokondria dan gelembung-gelembung halus yang dinamakan : gelembung sinaptik.

Gelembung sinaptik berisi subtansi, subtansi tersebut dinamakan neurotransmitter, yang dapat berupa sebagai : asetil kholin, neropinefrin, dopamine, serotonin, GABA ( gamma amino butyric acid

II. AKHIRAN SARAF

Ujung – ujung tonjolan baik sebagai axon ataupun yang berfungsi sebagai dendrit tidak selalu berhubungan dengan saraf lain melainkan berakhir bebas ataupun berhubungan dengan jenis jaringan lain. Ujung-ujung saraf tersebut dapat mempunyai kemampuan menerima rangsangan dari lingkungannya atau membawa pesan dari saraf untuk lingkungan sebagai jawaban atas rangsangan yang datang.
Apabila serabut saraf mampu membawa impuls dari ujung saraf penerima rangsangan menuju kearah pusat susunan saraf, maka serabut saraf demikian dinamakan : serabut saraf aferen. Sebaliknya apabila serabut saraf tersebut membawa impuls sebagai pesan dari pusat susunan saraf untuk akhiran saraf jenis kedua, maka serabut saraf demikian di namakan serabut saraf eferen.

AKHIRAN SARAF AFEREN

Ujung dari saraf aferen tersebut dapat berakhir bebas dalam jaringan atau membentuk jaringan khusus yang disebut reseptor. Reseptor dapat membentuk ujung-ujung yang tidak berselebung yang dapat diketemukan pada epitel, jaringan pengikat, otot atau selaput lendir dan kulit.

Reseptor pada selaput lendir dan kulit merupakan bagian dari serabut saraf aferen bermealin yang menjelang masuk jaringan epitel akan kehilangan selubung mealin dengan membentuk anyaman yang disebut plexus nervosus. Sel epitel yang berdekatan dengan reseptor dinamakan sel taktil, berfungsi sebagai penerima rangsangan yang berbentuk rabaan.
Reseptor yang terdapat disekeliling sel rambut dinamakan reseptor peritrichial.
Kecenderungan terjadinya modifikasi sel-sel epitel menjadi satu kesatuan fungsional dengan reseptor memberikan penamaan khusus sebagai sel-sel nero-epitel.
Termasuk kelompok ini misalnya terdapat sebagai gemma gustatoria
Sebagai alat pengecap di lidah dan organon corti sebagai alat penerima suara.

Reseptor yang membentuk bangunan khusus

Bulbus terminalis

Reseptor jenis ini berbentuk oval dengan selubung jaringan pengikat tipis sebagai jaringan pengikat tipis sebagai selubung. Bagian dalam dinamakan Bulbus internus terdapat sebuah atau lebih ujung saraf yang telah kehilangan selubung mielinnya. Kadang-kadang ujung saraf tersebut bergulung membentuk glomerulus. Reseptor jenis ini terdapat dalam jaringan pengikat misalnya : bibir, lidah, pipi, langit-langit, rongga hidung, alat kelamin, seperti ujung clitoris dan penis yang semuanya dinamakan sebagai Bulbus terminalis Krause. Apabila terdapat dalam kulit reseptor tersebut berfungsi menerima rangsangan dingin

Corpusculum tactilum Meissneri.

Reseptor jenis ini biasanya ditemukan pada kulit yang tidak berambut misalnya telapak kaki dan tangan. Berbentuk oval dengan selubung jaringan padat. Bagian dalam diisi sel-sel jaringan pengikat gepeng yang tersusun sejajar dengan permukaan epitel. Diantara sel-sel tersebut terdapat ujung-ujung saraf yang telah kehilangan mielin.
Reseptor ini berfungsi menerima rangsangan rabaan halus.


Corpusculum lamellosum Vateri Pacini

Reseptor ini berbentuk elips yang tersusun oleh lembaran-lembaran jaringan pengikat secara kosentris seperti kulit bawang. Dalam jaringan pengikat ini terdapat pembuluh darah. Masing-masing lembaran dipisahkan oleh cairan jernih. Di bagian tengah terdapat rongga yang diisi oleh ujung saraf yang telah kehilangan selubung mielin.
Reseptor jenis ini terdapat dalam jaringan pengikat di bawah kulit terutama di telapak kaki dan tangan., peritoneum, penis, clitoris, papilla mammae dan sebagainya.

Muscle spindle dan neurotendinal spindle

Kalau beberapa reseptor yang telah dibahas menerima rangsangan dari luar sehingga dapat dikelompokan dalam eksteroreseptor, maka kali ini reseptor menerima rangsangan yang ditimbulkan sendiri sehingga dinamakan proprioseptor.
Reseptor ini berbentuk sebagai kumparan sebesar 0,75-1mm terselip diantara serabut-serabut otot kerangka atau serabut kolagen dari tendo. Fungsi dari muscle spidle neurotendinal spindle untuk mengetahui sampai seberapa jauh kontraksi otot sedang berlangsung karena adanya keregangan otot akan bertindak sebagai rangsangan.

Corpusculum Ruffini

Jenis reseptor ini berbentuk sebagai berkas jaringan pengikat yang didalamnya terdapat ujung-ujung saraf yang bercabang-cabang yang berakhir gepeng. Reseptor yang berfungsi menerima rangsangan panas ini terdapat didalam jaringan pengikat di bawah kulit.

Akhiran Saraf Eferen

Sebagai jawaban atau tanggapan terhadap impuls yang datang dari perifer melalui serabut saraf afere, maka oleh pusat susunan saraf dikirimkam impuls menjalar melalui serabut saraf eferen ke sel atau organ sasaran. Akhiran saraf eferen tersebut akan membentuk efektor pada organ sasaran.

Menurut letaknya akhiran saraf tersebut dikelompokan dalam 2 katagori yaitu :

Akhiran saraf somatik eferen.
Akhiran saraf visceral eferen.

Akhiran saraf somatik eferen terletak pada serabut-serabut otot kerangka yang dinamakan sebagai motor endplate. Pada waktu saraf mendekati serabut otot, sebelum bercabang –cabang halus, axonnya akan kehilangan mielin, sehingga cabang-cabang axon yang dekat dengan serabut otot tidak selubung mielin.

Dengan pengamatan M.E. pada motor end plate tersebut axonnya hanya ditutupi tipis sitoplasma sel schwann dan ujungnya mendekati sarkolema.

Bagian serabut otot didaerah motor endplate menonjol walaupun arah perjalanan miofibril tidak mengikuti penonjolan tersebut. Didaerah yang menonjol ini sarkoma banyak mengandung mitokondria.
Oleh karena ujung-ujung saraf seakan sebagai tapak kaki yang menempel pada serabut otot, maka bagian ujung saraf disebut “endfoot” dan sarkoplasma yang menonjol dinamakan “soleplasm”.
Apabila diperhatikan dengan seksama, maka ujung saraf yang melebar akan masuk ke dalam lekukan dalam sole plasm yang dinamakan “gutters” (parit). Sarkoma yang merupakan dasar dari parit tersebut melipat-lipat yang dinamakan “junctional folds” membentuk celah terpisah dari celah sinaptik. Didaerah parit tersebut axeloma dinamakan membran presinaptik dan sakolema dihadapannya dinamakan membran postsinaptik.

Akhiran saraf eferen visceral, terletak pada alat – alat dalam.
Ujung –ujung akhiran saraf yang merupakan efektor kehilangan mielin dan membentuk anyaman sekeliling otot polos, otot jantung atau dibawah otot kelenjar.

Menurut letaknya efektor tersebut dinamakan :

Kardiomotor, pada jantung
Viseromotor, pada otot alat dalam
Vasomotor, pada otot polos pembuluh darah
Pilomotor, pada otot polos folikel rambut
Sekretomotor, pada epitel kelenjer.

GANGLION

Yang dimaksud dengan ganglion adalah kumpulan sel-sel saraf yang terdapat di luar sistem saraf pusat. Apabila kumpulan sel-sel saraf terdapat dalam sistem saraf pusat maka dinamakan Nukleus. Biasanya ganglion berbentuk ovoid kecil yang dibungkus oleh jaringan pengikat padat.
Ganglion intramural biasanya terdiri dari berapa sel saraf saja dan berada dalam alat-alat dalam, khususnya dinding saluran pencernaan. Semua ganglion intramural termasuk dalam sistem parasimpatik.

Berdasarkan struktur dan fungsinya dibedakan 2 jenis ganglion saraf :

Ganglion kraniospinal, terdapat pada radix dorsalis N. spinalis dan N. cranialis, dan
Ganglion otonom, yang merukan bagian dari sistem saraf otonom.

Masing-masng badan sel ganglion atau badan sel saraf dikelilingi oleh selapis sel kuboid yang dinamakan sel kapsel setelit dan selapis tipis jaringan pengikat.

Ganglion kraniospinal mempunyai sel ganglion yang termasuk tipe pseudounipoler yang mempunyai tonjolan yang berbentuk huruf T. dua percabangan dari tonjolan tersebut disebut axon dan yang lainnya berfungsi sebagai dendrite. Walaupun berfungsi sebagai dendrit namun strukturnya adalah axon., karena diluar ganglion memiliki selubung mielin.
Bagian dari ganglion lebih banyak sel-selnya dari pada di bagian tengah di mana lebih banyak serabut-serabut saraf. Pada sedian histologi, badan sel ganglion yang berbentuk pseudounipoler tampak gluber dengan inti terletak di tengah.

Ganglion otonom biasanya berbentuk sebagai pembesaran pada serabut otonom. Beberapa dari ganglion otonom ini terdapat dalam dinding saluran pencernaan.
Ukuran sel saraf dalam ganglion otonom hampir sama sekitar 20-45 mm mempunyai inti relatif besar sebagai gelembung yang terletak eksentrik.
Secara faali ganglion otonom dibedakan dalam ganglion simpatik dan ganglion parasimpatik yang tidak dapat dibedakan secara makrofag.

Degenerasi dan Regenerasi Sistem Saraf.

Sel-sel saraf baik pada sistem saraf pusat ataupun sistem saraf perifer sejak sudah dahulu dianggap tidak dapat membelah diri pada individu yang telah selesai perkembangan sistem sarafnya. Hasil-hasil penelitian pada akhir-akhir ini menunjukan bahwa kemungkinan besar sel-sel saraf tersebut masih dapat membelah diri walaupun sangat lamban. Sedangkan tonjolan-tonjolan sel saraf pada sistem saraf pusat apabila mengalami kerusakan sangat sulit dapat tumbuh kembali. Sebaliknya pada sistem saraf perifer penggantian tonjolan saraf berlangsung mudah selama bagian perikarion tidak mengalami kerusakan.

Apabila sebuah saraf mati bersama tonjolan-tonjolannya, maka sel-sel saraf yang berhubungan dengan sel saraf tersebut tidak ikut mati, kecuali untuk sel neuron yang hanya berhubungan dengan sel saraf mati tadi. Peristiwa semacam ini dinamakan Degenerasi transneral.

Keadaan untuk sel-sel glia pada sistem saraf pusat dan sel schwann serta sel satelit ganglion pada sistem saraf perifer berlawanan dengan sel-sel saraf, oleh karena mereka sangat mudah melangsungkan pembelahan sel. Akibatnya kematian sel-sel saraf akan cepat diganti oleh sel-sel glia atau sel schwann atau sel satelit.

Sangatlah perlu untuk membedakan perubahan-perubahan yang berlangsung pada bagian proksimal dan distal dari kerusakan sebuah serabut saraf, sebab bagian proksimal dari kerusakan yang dekat dengan badan sel lebih mudah mengalami degenerasi total.

Kerusakan pada axon akan mengakibatkan perubahan-perubahan dalam perikarion sebagai berikut :
- Hilangnya badan Nissl sehingga neroplasma berkurang basofil (khromatolisis)
- Membesarnya volume perikarion
- Perpindahan inti kedaerah tepi

Bagian sebelah distal dari kerusakan, degenerasi total dialami oleh seluruh axon bersama selubung mielin yang di ikuti oleh pembersihan sisa-sisa degenerasi oleh sel makrofag. Sementara proses ini berlangsung, sel-sel schwann akan membelah diri secara aktif sehingga membentuk batang solid yang mengisi bekas yang dilalui oleh axon. Rangkain sel-sel ini akan bertindak segai pengarah untuk pertumbuhan axon yang bertunas dalam fase perbaikan. Serabut otot yang di persarafi axon yang rusak tampak mengecil.

Sekitar 3 minggu setelah kerusakan serabut saraf, ujung serabut saraf sebelah proksimal dari kerusakan akan tumbuh dan bercabang-cabang sebagai serabut-serabut halus ke arah pertumbuhan sel-sel schwann. Diantara sekian banyak percangan axon beberapa akan terus tumbuh, khususnya yang dapat menerobos rangkain sel-sel schwann untuk mencapai sel efektor, misalnya otot. Apabila celah yang memisahkan bagian proksimal dan bagian distal dari axon cukup lebar atau pada keadaan hilangnya sama sekali bagian distal, misalnya amputasi, maka saraf-saraf sebagian hasil pertumbuhan baru tersebut membentuk gulungan yang menyebabkan rasa sakit. Pembentukan gulungan tersebut diberi nama yang sebenarnya kurang benar sebagai neroma amputasi.
Proses perubahan degeneratif pada bagian distal dari kerusakan dinamakan degenerasi sekunder dari Waller.
DRG. TADEUS1 komentar

10. KULIT

Integumen atau kulit merupakan jaringan yang menutupi permukaan tubuh,
yang terdiri atas 2 lapisan :
1. Epitel yang disebut epidermis
2. Jaringan pengikat yang disebut dermis atau corium

Epidermis berasal dari ectoderm dan
dermis berasal dari mesoderm.
Dibawah kulit terdapat lapisan jaringan pengikat yang lebih longgar disebut hypodermis yang pada beberapa tempat banyak mengandung jaringan lemak.

Pada beberapa tempat kulit melanjutkan menjadi tunica mucosa dengan suatu perbatasan kulit-mukosa (mucocutaneus junction).
Perbatasan tersebut dapat ditemukan pada bibir, lubang hidung, vulva, preputium, dan anus.Kulit merupakan bagian dari tubuh yang meliputi daerah luas dengan berat sekitar 16% dari berat tubuh.

Fungsi kulit selain menutupi tubuh, juga mempunyai beberapa fungsi lain; maka selain struktur epitel dan jaringan pengikat tersebut masih dilengkapi bangunan tambahan yang disebut apendix kulit, dimana meliputi : glandula sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebacea (kelenjar minyak), folikel rambut, dan kuku.

Permukaan bebas kulit tidaklah halus, tetapi ditandai adanya alur – alur halus yang membentuk pola tertentu yang berbeda pada berbagai tempat.
Demikian pula permukaan antara epidermis dan dermis tidak rata karena adanya tonjolan – tonjolan jaringan pengikat ke arah epidermis.

Walaupun batas antara epidermis dengan jaringan pengikat /corium dibawahnya jelas, tetapi serabut jaringan pengikat tersebut akan bersatu dengan serabut jaringan pengikat di bawah kulit.

Ketebalan kulit tidaklah sama pada berbagai bagian tubuh. Tebalnya kulit tersebut dapat disebabkan karena ketebalan dua bagian kulit atau salah satu bagian kulit. Misalnya pada daerah intraskapuler kulitnya sangat tebal sampai lebih dari 0,5 cm, sedangkan di kelopak mata hanya setebal 0,5 mm. Rata – rata tebal kulit adalah 1-2 mm.

Berdasarkan gambaran morfologis dan ketebalan epidermis, kulit dibagi menjadi :

-Kulit Tebal
-Kulit Tipis

Walaupun kulit tebal mempunyai epidermis yang tebal, tetapi keseluruhan kulit tebal belum tentu lebih tebal dari kulit tipis.

KULIT TEBAL

Kulit tebal ini terdapat pada vola manus dan planta pedis yang tidak memiliki folikel rambut. Pada permukaan kulit tampak garis yang menonjol dinamakan crista cutis yang dipisahkan oleh alur – alur dinamakan sulcus cutis.
Pada mulanya cutis tadi mengikuti tonjolan corium di bawahnya tetapi kemudian dari epidermis sendiri terjadi tonjolan ke bawah sehingga terbentuklah papilla corii yang dipisahkan oleh tonjolan epidermis.
Pada tonjolan epidermis antara dua papilla corii akan berjalan ductus excretorius glandula sudorifera untuk menembus epidermis


Epidermis

Dalam epidermis terdapat dua sistem :

1. Sistem malpighi, bagian epidermis yang sel – selnya akan mengalami keratinisasi.
2. Sistem pigmentasi, yang berasal dari crista neuralis dan akan memberikan melanosit untuk sintesa melanin.

Disamping sel – sel yang termasuk dua sistem tersebut terdapat sel lain, yaitu sel Langerhans dan sel Markel yang belum jelas fungsinya.

Struktur histologis
Pada epidermis dapat dibedakan 5 stratum, yaitu:



Stratum basale
Lapisan ini disebut pula sebagai stratum pigmentosum atau strarum germinativum karena paling banyak tampak adanya mitosis sel – sel.
Sel – sel lapisan ini berbatasan dengan jaringan pengikat corium dan berbentuk silindris atau kuboid. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir – butir pigmen.

2. Stratum spinosum
Lapisan ini bersama dengan stratum basale disebut pula stratum malpighi atau stratum germinativum karena sel – selnya menunjukkan adanya mitosis sel. Sel – sel dari stratum basale akan mendorong sel – sel di atasnya dan berubah menjadi polihedral.
Sratum spinosum ini terdiri atas beberapa lapisan sel – sel yang berbentuk polihedral dan pada pemeriksaan dengan mikroskop cahaya pada tepi sel menunjukkan tonjolan – tonjolan seperti duri – duri. Semula tonjolan – tonjolan tersebut disangka sebagai jembatan interseluler dengan di dalamnya terdapat tonofibril yang menghubungkan dari sel yang satu ke sel yang lain.

3. Stratum granulosum
Lapisan ini terdiri atas 2-4 sel yang tebalnya di atas stratum spinosum. Bentuk sel seperti belah ketupat yang memanjang sejajar permukaan. Sel yang terdalam berbentuk seperti sel pada strarum spinosum hanya didalamnya mengandung butir – butir.
Butir – butir yang terdapat sitoplasma lebih terwarna dengan hematoxylin (butir – butir keratohialin) yang dapat dikelirukan dengan pigmen. Adanya butir – butir keratohyalin semula diduga berhubungan dengan proses keratinisasi, tetapi tidak selalu dijumpai dalam proses tersebut, misalnya pada kuku.
Makin ke arah permukaan butir – butir keratin makin bertambah disertai inti sel pecah atau larut sama sekali, sehingga sel – sel pada stratum granulosum sudah dalam keadaan mati.

4. Stratum lucidum
Tampak sebagai garis bergelombang yang jernih antara stratum granulosum dan stratum corneum. Terdiri atas beberapa lapisan sel yang telah gepeng tersusun sangat padat. Bagian yang jernih ini mengandung zat eleidin yang diduga merupakan hasil dari keratohialin.

5. Stratum Corneum
Pada vola manus dan planta pedis, lapisan ini sangat tebal yang terdiri atas banyak sekali lapisan sel – sel gepeng yang telah mengalami kornifikasi atau keratinisasi. Hubungan antara sel sebagai duri – duri pada stratum spinosum sudah tidak tampak lagi.
Pada permukaan, lapisan tersebut akan mengelupas (desquamatio) kadang – kadang disebut sebagai stratum disjunctivum


Dermis

Terdiri atas 2 lapisan yang tidak begitu jelas batasnya, yaitu :

1. Stratum papilare
Merupakan lapisan tipis jaringan pengikat di bawah epidermis yang membentuk papilla corii. Jaringan tersebut terdiri atas sel – sel yang terdapat pada jaringan pengikat longgar dengan serabut kolagen halus.

2. Stratum reticulare
Lapisan ini terdiri atas jaringan pengikat yang mengandung serabut – serabut kolagen kasar yang jalannya simpang siur tetapi selalu sejajar dengan permukaan. Di dalamnya selain terdapat sel – sel jaringan pengikat terdapat pula sel khromatofor yang di dalamnya mangandung butir – butir pigmen.

Di bawah stratum reticulare terdapat subcutis yang mengandung glandula sudorifera yang akan bermuara pada epidermis.

KULIT TIPIS

Menutupi seluruh bagian tubuh kecuali vola manus dan planta pedis yang merupakan kulit tebal.Epidermisnya tipis,sedangkan ketebalan kulitnya tergantung dari daerah di tubuh.




Pada dasarnya memiliki susunan yang sama dengan kulit tebal,hanya terdapat beberapa perbedaan :
1. Epidermis sangat tipis,terutama stratum spinosum menipis.
2. Stratum granulosum tidak merupakan lapisan yang kontinyu.
3. Tidak terdapat stratum lucidium.
4. Stratum corneum sangat tipis.
5. Papila corii tidak teratur susunannya.
6. Lebih sedikit adanya glandula sudorifera.
7. Terdapat folikel rambut dan glandula sebacea.

Subcutis atau Hypodermis
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan dari dermis.
Demikian pula serabut-serabut kolagen dan elastisnya melanjutkan ke dalam dermis.Pada daerah-daerah tertentu terdapat jaringan lemak yang tebal sampai mencapai 3cm atau lebih,misalnya pada perut.
Didalam subcutis terdapat anyaman pembuluh dan syaraf.

Nutrisi Kulit
Epidermis tidak mengandung pembuluh darah,hingga nutrisinya diduga berasal dari jaringat pengikat di bawahnya dengan jalan difusi melui cairan jaringan yang terdapat dalam celah-celah di antara sel-sel stratum Malphigi.

Struktur halus sel-sel epidermis dan proses keratinisasi

Dengan M.E sel-sel dalam stratum Malphigi banyak mengandung ribosom bebas dan sedikit granular endoplasmic reticulum.Mitokhondria dan kompleks Golgi sangat jarang.Tonofilamen yang terhimpun dalam berkas sebagai tonofibril didalam sel daerah basal masih tidak begitu pada susunannya.

Di dalam stratum spinosum lapisan teratas, terdapat butir-butir yang di sekresikan dan nembentuk lapisan yang menyelubungi membran sel yang dikenal sebagai butir-butir selubung membran atau keratinosum dan mengandung enzim fosfatase asam di duga terlibat dalam pengelupasan stratum corneum.

Sel-sel yang menyusun stratum granulosum berbeda dalam selain dalam bentuknya juga karena didalam sitoplasmanya terdapat butir-butir sebesar 1-5 mikron di antara berkas tonofilamen,yang sesuai dengan butir-butir keratohialin dalam sediaan dasar.
Sel-sel dalam stratum lucidium tampak lebih panjang,inti dan organelanya sudah hilang, dan keratohialin sudah tidak tampak lagi. Sel-sel epidermis yang terdorong ke atas akan kehilangan bentuk tonjolan tetapi tetap memiliki desmosom.

Sistem pigmentasi atau melanosit

Warna kulit sebagai hasil dari 3 komponen :
a. Kuning disebabkan karena karoten
b. Biru kemerah-merahan karena oksihemoglobin
c. Coklat sampai hitam karena melanin.

Hanya melanin yang dibentuk di kulit.
Melanin mempunyai tonjolan-tonjolan yang terdapat di stratum Malphigi yang dinamakan melanosit.Melanosit terdapat pada perbatasan epidermis-epidermis dengan tonjolan-tonjolan sitoplasmatis yang berisi butir-butir ,melanin menjalar di antara sel Malphigi.melanosit tidak mamiliki desmosom dengan sel-sel Malphigi.
Jumlah melanosit pada beberapa tempat berlipat seperti misalnya di dapat pada genital,mulut,dan sebagainya.
Warna kulit manusia tergantung dari jumlah pigmen yang dihasilkan oleh melanosit dan jumlah yang di pindahkan ke keratinosit.
Butir-butir melanin dibentuk dalam bangunan khusus dalam sel yang dinamakan melanosom.Melanosom berbentuk ovoid dengan ukuran sekitar 0,2-0,6 mikron.
Apabila dalam epidermis tidak ditemukan melanin akan menyebabkan albino.
Melanin di duga berfungsi untuk melindungi tubuh terhadap pengaruh sinar ultraviolet.
Melanin juga dapat ditemukan pada retina dan dalam melanosit dan melanofor pada dermis.

Sel Langerhans berbentuk bintang terutama ditemukan dalam stratum spinosum dari epidermis. Sel langerhans merupakan makrofag turunan sumsum tulang yang mampu mengikat, mengolah, dam menyajikan antigen kepada limfosit T, yang berperan dalam perangsangan sel limfosit T.

Sel Merkel bentuknya mirip dengan keratinosit yang juga memiliki desmosom biasanya terdapat dalam kulit tebal telapak tangan dan kaki.juga terdapat di daerah dekat anyaman pembuluh darah dan serabut syaraf. Berfungsi sebagai penerima rangsang sensoris.

Hubungan antara Epidermis dan Dermis
Epidermis melekat erat pada dermis dibawahnya karena beberapa hal:
Adanya papila corii
Adanya tonjolan-tonjolan sel basal kedalam dermis
Serabut-serabut kolagen dalam dermis yang berhubungan erat dengan sel basal epidermis.

Apendiks Kulit

Glandula Sudorifera

bentuk kelenjar keringat ini tubuler simpleks. Banyak terdapat pada kulit tebal terutama pada telapak tangan dan kaki tiap kelenjar terdiri atas pars sekretoria dan ductus ekskretorius.
- Pars secretoria terdapat pada subcutis dibawah dermis. Bentuk tubuler dengan bergelung-gelung ujungnya. Tersusun oleh epitel kuboid atau silindris selapis. Kadang-kadang dalam sitoplasma selnya tampak vakuola dan butir-butir pigmen. Di luar sel epitel tampak sel-sel fusiform seperti otot-otot polos yang bercabang-cabang dinamakan: sel mio-epitilial yang diduga dapat berkontraksi untuk membantu pengeluaran keringat kedalam duktus ekskretorius
- Ductus ekskretorius lumennya sempit dan dibentuk oleh epitel kuboid berlapis dua. Kelenjar keringat ini bersifat merokrin sebagai derivat kelenjar keringat yang bersifat apokrin ialah: glandula axillaris, glandula circumanale, glandula mammae dan glandula areolaris Montogomery

Glandula Sebacea



Kelenjar ini bermuara pada leher folikel rambut dan sekret yang dihasilkan berlemak (sebum), yang berguna untuk meminyaki rambut dan permukaan kulit. Glandula ini bersifat holokrin. Glandula sebacea biasanya disertai dengan folikel rambut kecuali pada palpebra, papila mammae, labia minora hanya terdapat glandula sebacea tanpa folikel rambut.



Rambut


Merupakan struktur berkeratin panjang yang berasal dari invaginasi epitel epidermis.Rambut ditemukan diseluruh tubuh kecuali pada telapak tangan, telapak kaki, bibir, glans penis, klitoris dan labia minora.pertumbuhan rambut pada daerah-daerah tubuh seperti kulit kepala, muka, dan pubis sangat dipengaruhi tidak saja oleh hormon kelamin-terutama androgen-tetapi juga oleh hormon adrenal dan hormon tiroid. Setiap rambut berkembang dari sebuah invaginasi epidermal, yaitu folikel rambut yang selama masa pertumbuhannya mempunyai pelebaran pada ujung disebut bulbus rambut. Pada dasar bulbus rambut dapat dilihat papila dermis. Papila dermis mengandung jalinan kapiler yang vital bagi kelangsungan hidup folikel rambut.


Pada jenis rambut kasar tertentu, sel-sel bagian pusat akar rambut pada puncak papila dermis menghasilkan sel-sel besar, bervakuola, cukup berkeratin yang akan membentuk medula rambut. Sel-sel yang terletak sekitar bagian pusat dari akar rambut membelah dan berkembang menjadi sel-sel fusiform berkelompok padat yang berkeratin banyak, yang akan membentuk korteks rambut. Lebih ke tepi terdapat sel-sel yang menghasilkan kutikula rambut, sel-sel paling luar menghasilkan sarung akar rambut dalam. Yang memisahkan folikel rambut dari dermis ialah lapisan hialin nonseluler, yaitu membran seperti kaca (glassy membrane), yang merupakan lamina basalis yang menebal. Sarung akar rambut dalam ini memiliki 3 lapisan, pertama cuticula ranbut yang terdiri atas lapisan tipis bangunan sebagai sisik dari bahan keratin yang tersusun dengan bagian yang bebas kearah papilla rambut. Lapisan kedua yaitu lapisan Huxley yang terdiri atas sel-sel yang saling beruhubungan erat. Dibagian dekat papila terlihat butir-butir trikhohialin di dalamnya yang makin keatas makin berubah menjadi keratin seperti corneum epidermis. Lapisan ketiga adalah lapisan Henle yang terdiri atas satu lapisan sel yang memanjang yang telah mengalami keratinisasi dan erat hubungannya satu sama lain dan berhubungan erat dengan selubung akar luar.selubung akar luar berhubungan langsung dengan sel epidermis dan dekat permukaan sarung akar rambut luar memiliki semua lapisan epidermis.

Muskulus arektor pili tersusun miring, dan kontraksinya akan menegakan batang rambut. kontraksi otot ini dapat disebabkan oleh suhu udara yang dingin, ketakutan ataupun kemarahan. Kontraksi muskulus arektor pili juga menimbulkan lekukan pada kulit tempat otot ini melekat pada dermis, sehingga menimbulkan apa yang disebut tegaknya bulu roma. Sedangkan warna rambut disebabkan oleh aktivitas melanosit yang menghasilkan pigmen dalam sel-sel medula dan korteks batang rambut. Melanosit ini menghasilkan dan memindahkan melanin ke sel-sel epitel melalui mekanisme yang serupa dengan yang dibahas bagi epidermis.

Kuku



Kuku adalah lempeng sel epitel berkeratin pada permukaan dorsal setiap falangs distal. Sebenarnya invaginasi yang terjadi pada kuku tidak jauh berbeda dengan yang terjadi pada rambut, selanjutnya invaginasi tersebut membelah dan terjadilah sulcus matricis unguis, dan kemudian sel-sel di daerah ini akan mengadakan proliferasi dan dibagian atas akan menjadi substansi kuku sebagai keratin keras. Epitel yang terdapat di bawah lempeng kuku disebut nail bed. Bagian proksimal kuku yang tersembunyi dalam alur kuku adalah akar kuku(radix unguis).

Lempeng kuku yang sesuai dengan stratum korneum kulit, terletak di atas dasar epidermis yang disebut dasar kuku. Pada dasar kuku ini hanya terdapat stratum basale dan stratum spinosum. Stratum ujung kuku yang melipat di atas pangkal kuku disebut sponychium, sedangkan di bawah ujung bebas kuku terdapat penebalan stratum corneum membentuk hyponychium.


Macam–macam Keratin

Di dalam kulit serta apendiksnya terdapat dua macam keratin, yaitu keratin lunak dan keratin keras. Keratin lunak selain terdapat pada folikel rambut juga terdapat di permukaan kulit. Keratin lunak dapat diikuti terjadinya pada epidermis yang dimulai dari stratum granulosum dengan butir-butir keratohyalinnya, kemudian sel-sel menjadi jernih pada stratum lucidum dan selanjutnya menjadi stratum korneum yang dapat dilepaskan. Sedangkan keratin keras terdapat pada cuticula, cortex rambut dan kuku. Keratin keras dapat diikuti terjadinya mulai dari sel-sel epidermis yang mengalami perubahan sedikit demi sedikit dan akhirnya berubah menjadi keratin keras yang lebih homogen. Keratin keras juga lebih padat dan tidak dilepaskan, serta tidak begitu reaktif dan mengandung lebih banyak sulfur.

Regenerasi Kulit

Dalam regenerasi ini ada 3 lapisan yang diperhitungkan, yaitu epidermis, dermis dan subcutis. Regenerasi kulit dipengaruhi juga oleh faktor usia, dimana semakin muda, semakin bagus regenerasinya.

DRG. TADEUS0 komentar

11. KARDIOVASKULAR

Kata kardiovaskular berasal dari awalan cardi(o) yaitu bentuk gabung yang menunjukkan hubungan dengan jantung atau dengan orificium cardiac atau bagian lambung dan kata vascular yang berarti berkenaan dengan pembuluh, khususnya pembuluh darah; disebut juga vassal, atau berarti yang mempunyai pasokan darah yang kaya.
Sistem kardiovaskuler sering disebut sebagai sistem vaskuler darah. Sistem vaskuler darah ini berfungsi untuk menyebarkan oksigen, bahan nutrisi, antibody dan hormon ke seluruh jaringan tubuh serta mengumpulkan karbon dioksida dan produk limbah metabolik lain untuk dikeluarkan melalui organ ekskretoris.
Sistem vaskuler darah terdiri dari jantung (cor) sebagai pompa berotot dan dua sistem pembuluh. Sistem pembuluh ini terdiri dari sirkulasi pulmoner, membawa darah ke dan dari paru-paru; dan sirkulasi sistemik (sirkulasi perifer), membagi darah ke jaringan dan organ tubuh yang lain. Pada keduanya, darah yang dipompa dari jantung berturut-turut melalui arteri besar, arteri dengan diameter makin kecil, sampai pada jaringan kapiler, kemudian kembali ke jantung melalui vena kecil, kemudian ke vena dengan diameter makin besar.
Pada beberapa organ tubuh anyaman kapiler darah debarengi oleh anyaman kapiler limfe. Peredaran limfe melalui pembuluh limfe yang menampung limfe dari celah-celah jaringan kemudian diangkut menuju jantung.

ARTERI
Darah diangkut dari jantung ke kapiler dalam jaringan oleh arteri. Susunan dasar dinding semua arteri serupa karena memiliki tiga lapis konsentris yaitu:
Tunica intima, lapis dalam, berupa tabung endotel terdiri atas sel-sel gepeng dengan sumbu panjang teroriantasi memanjang.
Tunica media, lapis tengah, terutama terdiri atas sel-sel otot polos yang teroriantasi melingkar. Tunica media merupakan lapisan yang paling tebal sehingga menentukan karakter arteri.
Tunica adventitia, lapis luar, terdiri atas fibroblas dan serat kolagen terkait, yang sebagian besar terorientasi memanjang. Tunica adventitia berangsur menyatu dengan jaringan ikat longgar sekitar pembuluh.
Antara tunica intima dan tunica media dibatasi oleh membrana elastica interna (lamina elastica interna) yang terutama berkembang baik pada arteri sedang. Sedangkan antara tunica media dan tunica adventitia dibatasi oleh membrana elastica externa (lamina elastica externa) yang lebih tipis.

Dalam perjalanannya arteri bercabang-cabang dan ukurannya semakin kecil. Berdasarkan ukurannya, komponen pembentuk dinding dan fungsi arteri dibedakan menjadi:
Arteri besar, arteri elastis, arteri konduksi, atau arteri penghubung.
Arteri sedang, arteri muscular, atau arteri distribusi.
Arteri kecil atau arteriol.


Arteri Besar
Arteri besar contohnya yaitu arteri pulmoner dan aorta, brakiosefalik, arteri subclavia, arteri carotis communis, dan iliaca communis. Arteri besar memiliki dinding dengan banyak lapis elastin berfenestra (bertingkap) pada tunica medianya. Dindingnya tampak kuning dalam keadaan segar akibat banyanya elastin. Pembuluh konduksi utama ini direnggangkan selama jantung berkontraksi (sistol), dan penguncupan akibat kelenturan dindingnya selama diastol berfungsi sebagai pompa tambahan untuk mempertahankan aliran agar tetap meskipun jantung berhenti berdenyut sesaat. Dindingnya sangat kuat, tetapi kalau dibandingkan dengan besarnya relatif lebih tipis dari arteri sedang.

Tunica intima
Pada orang dewasa tebalnya sekitar 127 mikron. Tunica intima ini terdiri atas endotel yang berbentuk polygonal, dengan panjang 25-50 mm dan lebar 10-15 mm, sumbu panjangnya terorientasi memanjang. Di bawah sel-sel endotel ini terdapat anyaman serabut-serabut kolagen dengan sel-sel otot polos berbentuk kumparan. Lebih ke dalam, terdapat banyak serabut-serabut elastis yang bercabang saling berhubungan. Di antaranya terdapat beberapa serabut kolagen, fibroblas, dan berkas-berkas kecil otot polos.

Tunica media
Terdiri atas banyak serabut elastin konsentris dengan fenestra yang berselang-seling dengan lapis tipis terdiri atas sel-sel otot polos terorientasi melingkar, dan serat-serat kolagen elastin dalam proteoglikan matriks ekstrasel. Ketebalannya sekitar 2-5m. Karena banyaknya elastin dalam arteri besar, maka otot polos relatif sedikit pada tunica media.

Tunica adventitia
Relatif tipis dan terdiri atas fibroblas, berkas memanjang serat kolagen, dan anyaman longgar serat elastin halus.

Dinding arteri besar terlalu tebal sehingga memiliki microvaskulator sendiri yang disebut vasa vasorum, untuk mendapat nutrisi dari lumen. Vasa vasorum tersebar di permukaan pembuluh membentuk anyaman dalam tunica adventitia dari mana kapiler-kapiler menerobos sampai ke dalam tunica media. Untuk lapisan dalam yang tidak tercakup oleh kapiler tersebut, nutrisi diterima langsung secara difusi dari lumen. Akibat kondisi-kondisi tersebut maka dinding arteri lebih mudah mengalami degenerasi dibandingkan jaringan lain dalam tubuh.

Arteri Sedang
Arteri sedang ini merupakan arteri yang paling banyak dari sistem arteri. Mencakup arteri branchial, arteri femoral, arteri radial, dan arteri poplitea dan cabang-cabangnya. Ukuran cabangnya sampai sekecil 0,5 mm. Bersifat kurang elastin dan lebih banyak otot polosnya.

Tunica intima
Tunica intimanya lebih tipis daripada arteri besar namun sama susunannya. Umumnya dikatakan endotel menempel langsung pada membrana elastica interna. Pada percabangan arteri coronaria terdapat penebalan tunica intima yang disebut “musculo elastic cushion”. Dalam tunica intima terdapat monosit yang dapat berubah menjadi fibroblas atau makrofag.


Tunica media
Membrana elastica interna tampak berkelok-kelok karena kontraksinya otot-otot polos di tunica media sebelum pembuatan sediaan. Terdiri atas lapisan otot polos yang tersusun konsentris. Di sebelah luar terdapat membrana elastica eksterna yang lebih tipis dari membrana elastica interna.

Tunica adventitia
Terkadang lebih tebal dari tunica media dan mengandung fibroblas, berkas-berkas kolagen yang tersusun memanjang.

Arteri kecil
Arteri kecil atau arteriol merupakan segmen sirkulasi yang secara fisiologis penting karena merupakan unsure utama tahanan perifer terhadap aliran yang mengatur tekanan darah. Mempunyai diameter antara 200 mm sampai 40 mm.

Tunica intima

Terdiri atas endotel utuh yang menempel langsung pada membrana elastica interna dan lapis subendotel ysng sangat tipis terdiri atas serat retikuler dan elastin.

Tunica media
Terdiri atas susunan sel-sel otot polos yang konsentris. Pada arteriol yang besar kadang-kadang terdapat membrana elastica eksterna tipis.

Tunica adventitia
Merupakan lapisan yang sangat tipis. Tersusun dari serat kolagen dan sedikit fibroblas. Pada pembuluh daerah peralihan antara arteriol dan kapiler disebut metarteriol, otot polos tidak membentuk lapis utuh, namun sel-sel otot polos, yang melingkari tabung endotel seluruhnya, terpisah satu dari lainnya.

Bentuk peralihan dan tipe khusus arteri

Arteri sedang dengan struktur dinding arteri besar
• Arteri poplitea: lanjutan ke distal dari arteri femoralis
• Arteri tibialis

Arteri besar dengan struktur arteri tipe muscular (sedang)
• Arteri iliaca externa

Daerah peralihan antara arteri elastis dan muscular kadang-kadang disebut arteri tipe campuran
• Arteri carotis eksterna
• Arteri axillaries
• Arteri iliaca communis

Arteri tipe elastis atau arteri tipe campuran yang tiba-tiba menjadi arteri tipe muscular dan terjadilah daerah peralihan pendek. Daerah ini disebut arteri tipe hybrid. Dindingnya memiliki tunica media yang terdiri atas dua lapisan, sebelah dalam muscular dan sebelah luar elastis.

• Arteri visceralis yang mulai dari aorta abdominalis
Arteri yang terdapat pada tengkorak, mempunyai membrana elastica interna tebal
Arteri umbilicalis, tunica intima hanya terdiri dari endotel sedangkan membrana elastica interna tidak ada. Tunica media mengandung sadikit serabut elastis dan dua lapisan tebal serabut-serabut otot polos. Lapisan dalam otot berjalan longitudinal dan lapisan luar berjalan sirkuler.
VENA
Setelah melalui anyaman kapiler, darah akan menuju jantung melalui vena. Semakin mendekati jantung, pembuluhnya akan semakin membesar. Dinding vena lebih tipis dan kurang elastis dari pada arteri yang didampinginya sehingga pada sediaan selalu terdapat kolaps atau memipih.

Berdasarkan ukurannya, vena dibagi menjadi 3 macam, yaitu :

Vena besar
Vena sedang
Vena kecil atau venula

1. Vena besar

Golongan vena ini adalah : v. Cava inferior, v. Linealis, v. Portae, v. Messentrica superior,
v. Iliaca externa, v. Renalis, dan v. Azygos.

Tunica Intima
Seperti pembuluh darah lainnya, pada sebelah dalamnya dilapisi oleh sel-sel endotel. Dalam tunica intima terdapat jaringan pengikat dengan serabut-serabut elastis. Di bagian luar serabut-serabut elastis tersebut membentuk anyaman.

Tunica media
Biasanya sangat tipis, kadang tidak ada sama sekali. Kalau ada terdiri atas serabut-serabut otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh serabut kolagen yang memanjang.

Tunica adventitia
Merupakan jaringan utama dari dinding vena dan tebalnya beberapa kali lipat dari tunica medianya. Terdiri atas berkas serabut-serabut otot polos yang memanjang dengan anyaman serabut elastis. Selain itu juga mengandung jaringan pengikat dengan serabut-serabut kolagen dan elastis yang memanjang.


2. Vena sedang

Pada umumnya vena ini berukuran 2 – 9 mm. Yang termasuk vena ini misalnya : v. Subcutanea, v. Visceralis, dan sebagainya.

Tunica intima
Sangat tipis, kalau ada strukturnya sama dengan vena besar Dengan tunica media dibatasi oleh anyaman serabut elastis.

Tunica media
Lebih tipis dibandingkan arteri yang didampinginya. Terdiri atas serabut otot polos sirkuler yang dipisahkan oleh serabut kolagen yang memanjang dan beberapa fibroblas.

Tunica adventitia
Lebih tebal dari tunica medianya dan merupakan jaringan pengikat longgar dengan berkas-berkas serabut kolagen dan anyaman serabut elastis. Kadang terdapat serabut otot polos yang longitudinal pada perbatasan dengan tunica medianya.

3. Venula

Beberapa kapiler yang bermuara dalam sebuah pembuluh dengan ukuran 15 – 20 mikron yang disebut venula. Dindingnya terdiri atas selapis sel endotil yang diperkuat oleh anyaman serabut retikuler dan fibroblas. Venula juga berperan dalam pertukaran zat.

Tipe Khusus Vena

Pada beberapa vena seperti : v. Iliaca, v. Femoralis, v. Poplitea, v. Saphena, v. Cephalica, v. Basalaris, dan v. Umbicalis terdapat serabut-serabut otot polos sirkuler atau longitudinal dalam jaringan pengikat subendotelial.

Pada beberapa bagian dari v. Cava inferior tidak memiliki tunica media tetapi serabut-serabut otot polos longitudinal pada tunica adventitia sangat berkembang.

V. Pulmonalis memiliki otot polos sirkuler dalam tunica medianya sehingga menyerupai struktur arteri.

Valvula vena

Pada manusia biasanya terdapat sepasang katup yang saling berhadapan. Di antara valvula dan dinding vena terdapat ruangan yang disebut : sinus valvulae. Valvula ini merupakan jaringan pengikat tipis yang ditutupi pada kedua sisinya oleh endotil sebagai lanjutan dinding vena.

Endotel yang menutup sisi yang menghadap lumen teratur memanjang sedang pada sisi yang menghadap dinding teratur melintang.

Ada beberapa hubungan antara arteri dan vena diantaranya:

Melalui kapiler, yang terdapat paling banyak ialah setelah arteriola bercabang-cabang menjadi kapiler kemudian ditampung dalam venula yang selanjutnya menjadi vena.

Melalui sistim portal, anyaman kapiler yang kemudian ditampung dalam pembuluh yang strukturnya seperti vena kemudian menjadi kapiler lagi sebelum ditampung dalam venula.

Anastomisis arterovenosa, ujung arteriola dihubungkan langsung dengan vena tanpa melalui anyaman kapiler. Dinding anastomosis ini biasanya tebal dan muskuler dengan banyak syaraf vasomotoris.

Glomus, terdapat di ujung-ujung jari dan telinga. Terdapat anastomisis arterovenosa yang bercabang-cabang dan berkelok-kelok dengan sel-sel otot polos yang tersusun epiteloid. Banyak mengandung syaraf simpatis.

Carotid body dan aortic body

Carotid body merupakan bangunan kecil yang pipih, terdapat pada percabangan a. Carotis communis. Bangunan ini merupakan khemoreseptor yang terangsang oleh penurunan kadar O2 atau kenaikan kadar CO2 hingga dapat untuk pengaturan pernafasan. Bangunan ini sangat vaskuler, terdiri atas susunan sel epiteloid yang pucat ditembusi oleh kapiler dengan endotil yang berlubang.

Aortic body mempunyai struktur mirip carotid body dan terdapat antara
a. Subclavia dextra dan a. Carotis dextra dan yang di sebelah kiri dekat pangkal
a. Subclavia sinistra.

JANTUNG

Jantung merupakan bangunan yang berongga berdinding muskuler tebal. Dinding jantung baik atrium dan ventrikulus terdiri atas 3 lapisan utama yaitu :
Endocardium
Myocardium
Epicardium

Endocardium

Selain melapisi atrium dan ventriculus, endocardium juga melapisi struktur-struktur yang terdapat dalam jantung seperti valvula, chorda tendinae, dan m. pipillaris. Ketebalan endocardium berbanding terbalik dengan ketebalan myocardium yang dilapisi.
Endocardium terdiri atas 3 lapis yaitu :
Lapisan dalam, ditutupi oleh endotel, terdiri atas jaringan pengikat halus dan malanjutkan diri pada tunica intima pembuluh darah yang meninggalkan jantung
Lapisan tengah, merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas jaringan pengikat padat yang mengandung banyak serabut elastis dan kadang-kadang serabut kolagen yang sejajar dengan permukaan.
Lapisan luar, jaringan pengikat yang tidak teratur mengandung pembuluh darah Terdapat serabut-serabut otot jantung khusus yang disebut serabut Purkinye yang termasuk sistim konduksi.

Myocardium

Myocardium atrium lebih tipis dari ventriculus. Berkas-berkas serabut otot jantung yang merupakan sisa-sisa semasa embrio diketemukan sebagai tonjolan-tonjolan di permukaan dalam sebagai trabeculae carneae. Serabut elastis di antara serabut otot jantung terdapat di dinding ventriculus, sedang di dinding atrium terdapat lebih banyak serabut elastisnya. Jaringan pengikat di antara berkas-berkas otot jantung banyak mengandung serabut retikuler.

Epicardium

Jantung terdapat dalam sebuah kantung lembaran jaringan pengikat yang disebut pericardium. Pericardium tersebut terdiri atas 2 bagian yaitu :
Lamina visceralis yang langsung menempel pada myocardium disebut pula epicardium. Pada permukaan bebasnya ditutupi oleh sel-sel mesotil dan dibawahnya terdapat jaringan pengikat tipis yang mengandung serabut elastis, pembuluh darah dan serabut saraf.
Lamina parietalis, berbentuk sebagai membrana serosa yang terdiri atas jaringan pengikat tipis mengandung serabut elastis, kolagen, fibroblas dan makrofag.
Kedua lembaran pericardium ini saling berhubungan membatasi ruangan yang sempit disebut cavum pericardii.

Rangka Jantung

Untuk tempat pelekatan valvula dan otot-otot jantung terdapat bangunan jaringan pengikat padat yang disebut rangka jantung.

Bagian-bagian utama : trigonum, fibrosum, annulus, fibrosus yang melingkari lubang antara atrium dan ventriculus, dan septum memranaceum.
Katup Jantung

Tiap valvula atrioventricularis merupakan lembaran jaringan pengikat yang berpangkal pada annulus fibrosus. Pada kedua permukaan katup dilapisi oleh endocardium.

Pada tepi valvula banyak sekali perlekatan berkas serabut-serabut kolagen yang ditutup oleh endocardium tipis dan berpangkal pada ujung m. pipillaris yang dinamakan chordar endinea

Sistem Konduksi Jantung

Impuls yang berpangkal dari nodus sino auricularis (merupakan pace maker jantung) akan menggiatkan otot atrium kemudian disebarkan sampai nodus atrioventricularis. Lalu diteruskan oleh berkas-berkas otot jantung khusus ke otot-otot jantung di ventrikulus dan menyebar ke seluruh bagian ventriculus.

Serabut otot jantung khusus ini merupakan suatu sistim konduksi dan disebut serabut Purkinje yang terlihat mirip otot jantung dengan inti di tengah dan terlihat adanya garis-garis melintang. Perbadaannya adalah pada serabut Purkinje yang lebih besar dan myofibril terdesak ke tepi. Bagian tengah diisi oleh glikogen dan terlihat pula desmosom dan tight junction di antara sel-sel yang berdekatan.

PEMBULUH LIMFE

Pembuluh limfe yang terkecil disebut kapiler limfe yang dimulai dengan ujung buntu untuk menampung cairan limfe dari selah-selah jaringan. Kapiler-kapiler ini bersatu menjadi pembuluh yang lebih besar dan akhirnya pembuluh yang terbesar akan bermuara di vena. Aliran limfe tidak merupakan peredaran tertutup. Berhubungan dengan sistim peredaran limfe ini ialah: ruangan-ruangan serosa, celah-celah di sekitar selaput otak, ruangan dalam mata, spatium Tenoni di sekitar bola mata, ruangan auris interna, ventriculi, dan canalis dalam SSP.

Kapiler Limfe

Kapiler limfe berdinding tipis dengan kapiler lebih besar dari kapiler darah. Biasanya anyaman kapiler limfe berada bersama dengan anyaman kapiker darah.
Kapiler limfe mulai dengan ujung buntu yang berbentuk bulat. Terlihat dalam membrana mucosa intestinum sebagai “central lacteal” yang terdapat di villus intestinalis.
Dinding kapiler limfe dibentuk oleh selapis sel endotil. Kapiler limfe tidak diperkuat oeh sel lain seperti perisit pada kapiler darah.

Pembuluh Limfe

Beberapa kapiler limfe akan berkumpul dalam pembuluh limfe yang lebih besar dengan dinding yang lebih tebal.


Tunica intima
Terdiri atas el-sel endotel dengan di bawahnya selapis tipis anyaman serabut elastis yang berjalan longitudinal.

Tunica media
Terdiri atas sel-sel otot polos yang berjalan sirkuler dengan beberapa serabut elastis.

Tunica adventitia
Merupakan lapisan dinding yang paing tebal, terdiri atas anyaman serabut-serabut kolagen dan elastis dan berkas-berkas otot polos.

Ductus thoracicus dan pembuluh limfe besar

Semakin mendekati jantung, pembuluh limfe akan bertambah besar begitu pula dindingnya. Kesemua pembuluh limfeakan bermuara dalam 2 buah pembuluh limfe utama ialah : ductus lymphaticus dexter dan ductus thoracicus

Ductus lymphaticus dexter lebih kecil dan menampung limfe dari bagian atas tubuh sebelah kanan dan biasanya bermuara pada vena anonyoma dextra pada persatuan v. Jugularis interna dan v. subclavia dextra.

Ductus thoracicus akan menampung limfe dari bagian tubuh yang belum tertampung oleh ductus lymphaticus dexter. Pembuluh tersebut bermuara pada pertemuan v. jugularis interna sinistra dan v. subclavia sinistra.

Tunica intima
Dilapisi sel-sel endotil terdiri atas beberapa lapis serabut kolagen dan elastis. Tampak kondensasi serabut elastis membentuk batas mirip membrana elastica interna.

Tunica media
Tebal dengan serabut-serabut otot polosnya dan lapisan-lapisan dinding yang tidak begitu jelas.

Tunica adventitia
Tersusun oleh serabut-serabut kolagen dan elastis yang memanjang dengan beberapa serabut otot polos yang memanjang pula. Dinding pembuluh limfe besar dilengkapi dengan pembuluh darah seperti vasa vasorum pembuluh darah besar.
DRG. TADEUS0 komentar

12. ORGAN LYMFOID

Limfosit terdapat sebagai sel yang berada di dalam darah, limfe, jaringan pengikat dan epitel, terutama dalam lamina propria tractus respiratorius dan tractus digestivus, limfosit terlihat bersama dengan plasmasit dan makrofag sebagai kumpulan yang padat dalam jaringan pengikat longgar. Apabila jaringan penyusunnya terdiri atas sel-sel limfosit saja maka jaringan tersebut disebut jaringan limfoid, sedangkan organ limfoid adalah jaringan limfoid yang membentuk bangunan sendiri. Jadi, jaringan dan organ limfoid adalah jaringan yang mengandung terutama limfosit, terlepas apakah terdapat bersama dengan plasmasit dan makrofag atau tidak.

Berdasarkan atas fungsinya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

Jaringan limfoid primer/sentral

Jaringan limfoid primer berfungsi sebagai tempat diferensiasi limfosit yang berasal dari jaringan myeloid. Terdapat dua jaringan limfoid primer , yaitu kelenjar thymus yang merupakan diferensiasi limfosit T dan sumsum tulang yang merupakan diferensiasi limfosit B. Pada aves, limfosit B berdiferensiasi dalam bursa fabricius. Jaringan limfoid primer mengandung banyak sel-sel limfoid diantara sedikit sel makrofag dalam anyaman sel stelat yang berfungsi sebagai stroma dan jarang ditemukan serabut retikuler.

Jaringan limfoid perifer/sekunder

Jaringan limfoid sekunder berfungsi sebagai tempat menampung sel-sel limfosit yang telah mengalami diferensiasi dalam jaringan sentral menjadi sel-sel yang imunokompeten yang berfungsi sebagai komponen imunitas tubuh. Dalam jaringan limfoid sekunder, sebagai stroma terdapat sel retikuler yang berasal dari mesenkim dengan banyak serabut-serabut retikuler. Jaringan limfoid yang terdapat dalam tubuh sebagian besar tergolong dalam jaringan ini, contohnya nodus lymphaticus, limfa dan tonsilla


Berdasarkan susunan histologisnya, jaringan limfoid terbagi menjadi:

1. Jaringan limfoid longgar
Susunan unsur sel yang menetap (sel makrofag dan sel retikuler) lebih banyak dari sel-sel bebas.

2. Jaringan limfoid padat
Limfosit mendominasi dibandingkan sel-sel lain.

3. Jaringan limfoid noduler
Sebenarnya merupakan jaringan limfoid padat karena sel-sel limfosit memadati jaringan tersebut dan tersusun dalam struktur bulat, disebut juga noulus lymphaticus. Jaringan limfoid ini merupakan bangunan sementara yang dapat menghilang dan timbul lagi, berfungsi sebagai tempat proliferasi limfosit. Bagian tengah nodul berisi limfosit-limfosit muda yang berukuran besar dengan inti pucat yang disebut centrum germinalis.

Organ Limfoid terdiri dari :

Thymus,
Nodus lympaticus,
Lien
Tonsilla,

Thymus

Thymus merupakan organ yang terletak dalam mediastinum di depan pembuluh-pembuluh darah besar yang meninggalkan jantung, yang termasuk dalam organ limfoid primer. Thymus merupakan satu-satunya organ limfoid primer pada mamalia yang tampak dan merupakan jaringan limfoid pertama pada embrio sesudah mendapat sel induk dari saccus vitellinus. Limfosit yang terbentuk mengalami proliferasi tetapi sebagian akan mengalami kematian, yang hidup akan masuk ke dalam peredaran darah sampai ke organ limfoid sekunder dan mengalami diferensiasi menjadi limfosit T. Limfosit ini akan mampu mengadakan reaksi imunologis humoral. Geminal centers tidak terdapat di organ ini.

I. Gambaran Histologis
Tiap lobulus dibungkus dalam kapsel jaringan pengikat longgar yang tipis dan melanjutkan diri ke dalam membagi lobus menjadi lobuli dengan ukuran 0,5 – 2 mm. Jaringan parenkim thymus terdiri dari anyaman sel-sel retikuler saling berhubungan tanpa adanya jaringan pengikat lain, diantara sel retikuler terdapat limfosit. Sel retikulernya berbentuk stelat seperti didalam nodus lymphaticus dan lien, tetapi berasal dari endoderm. Hubungan ini lebih jelas di daerah medulla sampai membentuk struktur epitel yang disebut corpuskulum hassalli (thymic corpuscle). Masing-masing lobus terdiri dari cortex dan medulla.


a. Cortex
Limfosit dihasilkan di daerah cortex sehingga sebagian besar populasi sel di cortex adalah limfosit dari berbagai ukuran. Hubungan antara sel retikuler terlihat dengan M.E. sebagai desmosom, sel retikuler epitelnya adalah sel stelat dengan inti oval yang berwarna pucat dan berukuran 7-11 mikron. Limfosit besar banyak terdapat di bagian perifer dan makin kedalam jumlah limfosit kecil makin bertambah, sehingga cortex bagian dalam sangat padat oleh limfosit kecil. Dalam cortex terjadi proses proliferasi dan degenerasi, dan terdapat makrofag yang walaupun sedikit merupakan penghuni tetap dalam cortex. Kadang-kadang juga ditemukan sedikit plasmasit dalam parenkim.

b. Medulla
Pada medulla, banyak terdapat sel retikuler dengan berbagai bentuk, kadang mempunyai tonjolan dan kadang tidak mempunyai tonjolan sitoplasma. Ada pula sel retikuler yang berbentuk gepeng dan tersusun konsentris membentuk corpusculum Hassali. Sel-selnya berhubungan sebagai desmosom. Bagian tengahnya mengalami degenerasi dan kadang-kadang kalsifikasi. Limfosit terdapat tidak begitu banyak dan hanya dari jenis bentuk kecil. Perbedaan dengan limfosit cortex karena bentuk yang tidak teratur dengan sitoplasma lebih banyak. Dalam medulla terdapat jenis sel lain dalam jumlah kecil seperti makrofag dan eosinofil.


II. Pembuluh Darah

Cortex mendapat darah sebagai anyaman kapiler yang dipercabangkan dari arteriola yang terdapat di perbatasan cortex dan medulla. Hanya terdapat sedikit perpindahan makromolekul dari darah ke parenkim melintasi dinding kapiler cortex, sedang di medulla pembuluh darah lebih permeabel. Maka, limfosit dalam cortex dilindungi terhadap pengaruh makromolekul dengan adanya blood-thymus barier. Pembuluh limfe terdapat di jaringan pengikat penyekat lobulus.

III. Histogenesis
Thymus berasal dari dua tonjolan epitel endoderm saccus brachialis III. Mula-mula penonjolan ini memiliki lumen yang berhubungan dengan pharynx, dengan adanya proliferasi epitel dindingnya, lumen akan terisi oleh sel-sel yang juga mengadakan invasi diantara sel-sel jaringan mesenkim di sekelilingnya. Pada umur enam minggu akan muncul limfosit yang makin lama makin bertambah dan parenkim akan mengubah sel-sel stelat yang dihubungkan oleh desmosom. Medulla terjadi kemudian di daerah dalam.

IV. Involusi
Proses invulsi disebut sebagai age invultion, dimulai sejak masa kanak-kanak. Proses tersebut dapat dipercepat sebagai akibat berbagai rangsangan, misalnya penyakit, stress, kekurangan gizi, toksis atau ACTH, proses ini disebut sebagai accidental involution. Pada binatang percobaan akan terjadi experimental involution yang dapat diikuti regenerasi yang intensif.
Thymus mengalami involusi secara fisiologis dengan perlahan-lahan. Cortex menipis, produksi limfosit menurun sedang parenkim mengkerut diganti oleh jaringan lemak yang berasal dari jaringan pengikat interlobuler.

V. Histofisiologis
Limfosit sangat penting untuk perkembangan, karena adanya sejenis limfosit yang bertanggungjawab atas penolakan jaringan cangkok, delayed hypersensitvity, reaksi terhadap fungsi mikroorganisme dan virus tertentu. Limfosit T tidak melepaskan anmtibodi yang biasa tetapi diperlukan untuk membantu reaksi humoral oleh limfosit B. Limfosit thymus baru bersifat imunokompeten apabila sudah berada di luar thymus.
Apabila sel induk telah sampai ke thymus, maka akan berubah menjadi limfosit thymus dan mulai berproliferasi. Limfosit besar akan berproliferasi di cortex tepi memberikan limfosit kecil yang berkelompok di cortex sebelah dalam. Proliferasi di thymus tidak dipengaruhi oleh antigen yang berbeda dengan di limfosit di organ limfoid perifer, denganh adanya blood thymus barrier.
Limfosit yang meninggalkan thymus akan menuju organ limfoid perifer untuk berkumpul di daerah yang dibawah pengaruh thymus (thymus depending regions) yaitu cortex bagian dalam nodus lymphaticus, selubung limfoid periarterial di lien, daerah antara nodulus lymphaticus tonsilla, plaques Peyeri dan appendiks.


Nodus Lymphaticus

Nodus lymphaticus merupakan organ kecil yang terletak berderet-deret sepanjang pembuluh limfe. Jaringan parenkimnya merupakan kumpulan yang mampu mengenal antigen yang masuk dan memberi reaksi imunologis secara spesifik. Organ ini berbentuk seperti ginjal atau oval dengan ukuran 1-2,5 mm. Bagian yang melekuk ke dalam disebut hillus, yang merupakan tempat keluar masuknya pembuluh darah. Pembuluh limfe aferen masuk melalui permukaan konveks dan pembuluh limfe eferen keluar melalui hillus. Nodus lymphaticus tersebar pada ekstrimitas, leher, ruang retroperitoneal di pelvis dan abdomen dan daerah mediastinum.


I. Gambaran Histologis
Nodus lymphaticus terutama terdiri atas jaringan limfoid yang ditembusi anyaman pembuluh limfe khusus yang disebut sinus lymphaticus. Nodus lymphaticus dibungkus oleh jaringan pengikat sebagai kapsula yang menebal di daerah hillus dan beberapa jalur menjorok ke dalam sebagai trabekula. Parenkim diantara trabekula diperkuat oleh anyaman serabut retikuler yang berhubungan dengan sel retikuler. Diantara anyaman ini diisi oleh limfosit, plasmasit dan sel makrofag. Parenkim nodus lymphaticus terbagi atas cortex dan medulla, dengan perbedaan terdapat pada jumlah, diameter dan susunan sinus.

a. Cortex
Dengan M.E. tampak sebagai kumpulan pada sel-sel limfoid yang dilalui oleh trabekula dan sinus corticalis. Pada cortex dibedakan daerah-daerah sebagai nodulus lymphaticus primarius, nodulus lymphaticus secondaris dan jaringan limfoid difus. Nodulus lymphaticus primer dan sekunder menmpati cortex bagian luar, sedang jaringan limfoid difus menempati cortex bagian dalam atau daerah paracortical.
Pada pengamatan dengan M.E. sel retikuler terlihat memiliki inti yang jernih dengan sitoplasma menagndung granular endoplasmic retikulum dan diduga membuat serabut-serabut retikuler. Pada umumnya germinal center banayk terdapat di daerah cortex. Daerah dekat sinus marginalis mengandung banyak limfosit kecil karena menerima limfosit yang baru datang dari pembuluh darah aferen. Pada bagian dalam cortex, sel-selnya tersusun lebih longgar dan terutama terdapat limfosit kecil dan sel retikuler yang makin bertambah.

b. Medulla/Medulla Cord
Medulla cord merupakan kumpulan jaringan limfoid yang tersusun di sekitar pembuluh darah. Kumpulan jaringan limfoid ini membentuk anyaman dan berakhir di daerah hillus. Medulla ini banyak sekali mengandung anyaman serabut retikuler dan sel retikuler yang di dalamnya mengandung limfosit, plasmasit dan makrofag. Kadang ditemukan granulosit dan eritrosit. Dalam keadaan sakit jumlah unsur sel akan bertambah.


II. Pembuluh Darah

Hampir semua pembuluh darah yang menuju nodus lymphaticus akan masuk melalui hillus, hanya sedikit yang melalui permukaan cortex., Mula-mula arteri dari hillus mengikuti trabecula memasuki medullary cord menjadi kapiler. Arterinya sendiri menuju cortex untuk bercabang-cabang menjadi kapiler membentuk anyaman. Anyaman kapiler di cortex ini akan ditampung dalam venula dengan endotil berbentuk kuboid. Dari venula ini akan berkumpul menjadi vena yang jalannya mendampingi arteri. Venula ini tidak mempunyai serabut otot polos dan terdapat juga pada beberapa bagian pembuluh darah di tonsilla, plaques Peyeri dan appendix.

III. Histofisiologis
Dinding pembuluh limfe yang tipis mudah ditembus oleh makromolekul dan sel-sel yang berkelana dari jaringan pengikat, sehingga tidak dijumpai adanya barier yang mencegah bahan-bahan antigenik, baik endogen maupun eksogen. Sel bakteri dapat dengan mudah melintasi epidermis dan epitel membrana mukosa yang membatasi ruangan dalam tubuh, yang apabila luput dari perngrusakan oleh fagosit dalam darah maka akan berproliferasi dan menghasilkan toksin yang mudah masuk dalam limfe.
Nodus lymphaticus berfungsi sebagai filtrasi terhadap limfe yang masuk karena terdapat sepanjang pembuluh limfe sehingga akan mencegah pengaruh yang merugikan dari bakteri tersebut. Fungsi imunologis nodus lymphaticus disebabkan adanya limfosit dan plasmasit dengan bantuan makrofag untuk mengenal antigen dan pembuangan antigen fase terakhir. Nodus lymphaticus juga merupakan tempat penyebaran sel-sel yang baru dilepas oleh thymus atau sumsum tulang.

Hemal Nodes
Apabila dalam nodus lymphaticus ditemukan eritrosit sangat banyak disebut sebagai hemal nodes. Jenis ini ditemukan pada domba, tetapi tidak pada manusia.

Lien

Lien merupakan organ limfoid yang terletak di cavum abdominal di sebelah kiri atas di bawah diafragma dan sebagian besar dibungkus oleh peritoneum. Lien merupakan organ penyaring yang kompleks yaitu dengan membersihkan darah terhadap bahan-bahan asing dan sel-sel mati disamping sebagai pertahanan imunologis terhadap antigen. Lien berfungsi pula untuk degradasi hemoglobin, metabolisme Fe, tempat persediaan trombosit, dan tempat limfosit T dan B. Pada beberapa binatang, lien berfungsi pula untuk pembentukan eritrosit, granulosit dan trombosit.

I. Gambaran Histologis
Lien dibungkus oleh jaringan padat sebagai capsula yang melanjutkan diri sebagai trabecula. Capsula akan menebal di daerah hilus yang berhubungan dengan peritoneum. Dari capsula melanjutkan serabut retikuler halus ke tengah organ yang akan membentuk anyaman. Pada sediaan terlihat adanya daerahbulat keabu-abuan sebesar 0,2-0,7 mm, daerah tersebut dinamakan pulpa alba yang tersebar pada daerah yang berwarna merah tua yang dinamakan pulpa ruba.


a) Pulpa alba
Pulpa alba sering disebut pula sebagai corpusculum malphigi terdiri atas jaringan limfoid difus dan noduler.Pulpa alba membentuk selubung limfoid periarterial (periarterial limfoid sheats/PALS) di sekitar arteri yang baru meninggalkan trabecula, selubung tersebut mengikuti arteri sampai bercabang-cabang menjadi kapiler. Sepanjang perjalanannya pada beberapa tempat selubung tersebut mengandung germinal center. PALS dan germinal center merupakan jaringan limfoid, tetapi PALs sebagian besar mengandung limfosit Tdan germinal center mengandung limfosit B. Struktur PALS terdiri dari anyaman longgar serabut retkuler dan sel retikuler. Di tengah pulpa alba terdapat arteri sentralis . dalam celah-celah anyaman terdapat limfosit kecil dan sedang, kadang ditemukan plasmasit. Pada waktu adanya rangsangan antigen di daerah PALS banyak terdapat limfosit besar, limfoblas dan plasmasit muda banyak sekali.

b) Pulpa rubra
Pulpa rubra terdiri atas pembuluh-pembuluh darah besar yang tidak teratur sebagai sinus renosus dan jaringan yang mengisi diantaranya sebagai splendic cords of Billroth. Warna merah pulpa rubra disebabkan karena eritrosit yang mengisi sinus venosus dan jaringan diantaranya.
Di dalam celah pulpa terdapat sel-sel bebas seperti makrfag, semua jenis sel dalam darah dengan beberapa plasmasit. Dengan M.E. makrofag dapat dengan mudah ditemukan sebagai sel besar dengan sitoplasma yag kadang-kadang mengandung eritrosit, netrofil dan trombosit atau pigmen. Bagian tepi pulpa alba terdapat daerah peralihan dengan pulpa rubra sebesar 80-100 mikron, daerah ini dinamakan zona marginalis yang mengandung sinus venosus kecil. Zona marginais merupakan pulpa rubra yang menerima darah arterial sehingga merupakan tempat hubungan pertama antara sel-sel darah dan partikel dengan parenkim lien.

Capsula dan Trabecula
Capsula dan trabecula terdiri atas jaringan pengikat padat dengan sel otot polos dan anyaman serabut elastis. Permukaan luar terdiri dari sel mesotil sebagai bagian peritoneum. Trabecula merupakan lanjutan kapsula yang membawa arteri, vena dan pembuluh limfe. Trabecua mengandung lebih banyak serabut elastis dan beberapa serabut sel otot polos.

Arteri
Cabang-cabang arteri linealis masuk melalui hilus,mengikuti trabecula dan tiap kali bercabang menjadi makin kecil. Mula-mula arteri ini sebagai jenis arteri muskuler dengan tunika adventitia yang longgar dalam jaringan pengikat padat trabecula. Setelah mencapai diameter 0,2 mm, arteri tersebut mennggalkan trabecula dan tunika adventitianya diganti oleh jaringan limfoid hingga menjadi arteri sentralis.
Arteri sentralis merupakan arteri muskuler dengan endotil berbentuk tinggi disertai selapis atau dua lapis otot polos yang melanjutkan dengan bercabang-cabang dan makin kecil. Pada diameter 40-50 mikron, selubung limfoid menipis dan bercabang menjadi 2-6 pembuluh sebagai arteria penicillus atau arteria pulpa rubra. Pada waktu masuk pulpa rubra, arteri penicillus bercabang menjadi 2-3 kapiler dengan dinding yang menebal yag disebut selubung Schweiger Seidel. Kapilernya disebut sheated capillary.
Menurut Baley’s Textbook of Histology, arteri penicullus terdiri dari tiga bagian:
1. Arteri pulpa,merupakan segmen terpanjang denganselapis otot polos.
2. Sheated capillary, tanpa otot polos
3. Terminal arterial capilarry

Sinus Venosus dan Vena
Sinus venosus terdapat di seluruh pulpa rubra dan banyak sekali terdapat di sekeliling pulpa alba. Pembuluh-pembuluh darah ini dapat disebut sinus venosus sebab lumennya tidak teratur lebarnya (12-40 mikron).Dindingnya terdiri atas endotil dan lamina basalis. Sitoplasma mengandung dua macam filament yang tersusun sejajar sumbu panjang dan tidak terdapat intercellular junction. Kemampuan fagositosis sangat terbatas. Sinus venosus akan mengalirkan darah ke vena pulpa yang menpunyai dinding terdiri atas endotil memanjang, lamina basalis dan selapis tipis otot pos. Selanjutnya vena pulpa akan bermuara ke vena trabecula yang akan berkumpul di hilus sebagai vena lienalis.

Hubungan Arteri dan Vena

Ada tiga teori mengenai hubungan arteri dan vena:
1. Teori sirkulasi terbuka
Teori ini menyatakan bahwa darah drai kapiler bermuara di dalam celah-celah antara sel retikuler kemudian perlahan-lahan kembali ke sinus venosus.
2. Teori sirkulasi tertutup
Teori ini menyatakan bahwa kapiler berhubungan langsung dengan sinus venosus.
3. Teori kompromi
Teori ini menyatakan bahwa dalam lien terdapat kedua macam sirkulasi tersebut pada suatu tempat.


Histogenesis dan Regenerasi Lien
Primordium lien tampak pada embrio umur 8-9 minggu sebagai suatu penebalan jaringan mesenkim pada mesogastrium dorsalis. Sel-sel mesenkim memperbanyak diri dengan mitosis membentuk hubungan melalui tonjolannya sebagai rangka retikuler dalam pulpa alba dan pulpa rubra. Kemudian muncul sel primitif basofil yang berasal dari sel-sel induk dalam saccus vitelinus, hepar atau medulla oseum.
Limfosit dalam lien sebagian beupa limfosit T, sebagian dari medulla oseum yang dibawah pengaruh Limfosit B. Makrofag dalam lien kemungkinan berasal dari sel induk dalam medulla osseum. Apabila lien diangkat, maka fungsinya akan diambil alih oleh organ lain. Apabila terjadi luka, akan terjadi kesembuhan dengan timbulnya jaringan pengikat.

Tonsilla

Lubang penghubung antara cavum oris dan pharynx disebut faucia. Di daerah ini membran mukosa tractus digestivus banyak mengandung kumpulan jaringan limfoid dan terdapat infiltrasi kecil-kecil diseluruh bagian di daerah tersebut. Selain itu diyemukan juga organ limfoid dengan batas-batas nyata.

Rangkaian organ limfoid ini (cincin Waldeyer) meliputi:

a. Tonsila Lingualis
Tonsilla lingualis terdapat pada facies dorsalis radix linguae sebagai tonjolan-tonjolan bulat. Pada permukaannya terdapat lubang kecil yang melanjutkan diri sebagai celah invaginasi(crypta) yang dilapisi oleh epitel gepeng berlapis. Crypta tersebut dikelilingi oleh jaringan limfoid. Sejumlah limfosit yang mengalami infiltrasi dalam epitel dan berkumpul dalam crypta yang kemudian mengalami degenerasi dan membentuk suatu kumpulan dengan sel epitel yang sudah terlepas bersama bakteri sebagai detritus. Kadang-kadang dalam crypta bermuara kelenjar mukosa. Dalam jaringan limfoid tampak adanya nodus lymphaticus.

b. Tonsila Palatina
Diantara arcus glossoplatinus dan arcus pharyngopalatinus terdapat ua buah jaringan limfoid dibawah membrane mukosa yang masing-masing disebut tonsilla palatine. Epitel bersama jaringan pengikat yang menutupi mengadakan invaginasi membentuk crypta sebanyak 10-20 buah. Pada dasar crypta, batas antara epitel dan jaringan limfoid kabur karena infiltrasi limfosit dalam epitel. Limfosit yang telah melintasi epitel bersama dengan leukosit dan sel epitel yang mati sebagai corpusculum salivarius. Terdapat nodulus lymphaticus sebesar 1-2 mm dengan germinal centernya tersusun berderet dalam jaringan limfoid yang difus. Antara nodulus lymphaticus yang satu dengan yang lain dipisahkan oleh jaringan pengikat (capsula) yang mengandung limfosit, mast sell dan plasmasit. Apabila ditemukan granulosit, hal ini menunjukkan adanya radang.

c. Tonsila Pharyngealis
Pada atap dan dinding dorsal nasopharynx terdapat kelompok jaringan limfoid yang ditutupi pula oleh epitel yang dinamakan tonsilla pharyngealis. Jenis epitelnya sama dengan epitel tractus respiratorius ialah epitel semu berlapis bercillia dengan sel piala. Epitelnya tidak mengadakan invaginasi membentuk crypta tetapi melipat-lipat. Pada puncak lipatan banyak infiltrasi limfosit, dibawah epitel terdapat nodulus lymphaticus yang mengikuti lipatan-lipatan. Jaringan limfoid ini dipisahkan oleh capsula tipis jaringan pengikat dan diluar capsula terdapat kelenjar-kelenjar campuran yang saluran keluarnya menembus jaringan limfoid dan bermuara didalam saluran lipatan epitel.
DRG. TADEUS0 komentar

Sabtu, 10 Januari 2009

14. SISTEM PENCERNAAN I

Sistem Pencernaan dari Mulut Sampai Esofagus

Sistem pencernaan terdiri atas saluran cerna:

rongga mulut,
mulut,
esofagus,
lambung,
usus kecil,
usus besar,
rektum dan
anus.

Serta kelenjar-kelenjar yang terkait:

kelenjar liur,
hati dan
pankreas.

Fungsinya untuk mendapatkan metabolit-metabolit dari makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Molekul-molekul makanan yang besar seperti protein, lemak, karbohidrat dan asam nukleat diuraikan menjadi molekul-molekul kecil yang mudah diserap melalui dinding saluran cerna. Air, vitamin dan mineral juga diserap dari makanan hasil pencernaan. Lapisan dalam dari saluran cerna merupakan suatu batas pertahanan antara isi lumen saluran cerna dengan lingkungan internal (internal milieu) tubuh.
Namun demikian pokok bahasan dalam kedokteran gigi akan lebih terfokus pada organ mulut dan esofagus. Proses pencernan pertama terjadi didalam mulut, tempat dimana makanan dibasahi oleh liur dan dilumatkan oleh gigi menjadi bagian-bagian kecil, liur juga mengawali pencernaan karbohidrat. Pencernaan berlanjut dalam lambung dan usus kecil dimana makanan ditransformasi menjadi komponen-komponen dasarnya (asam amino, monosakarida, asam lemak bebas, monogliserida dll) diserap. Penyerapan air terjadi dalam usus besar, dan akibatnya isi yang tidak dicerna akan menjadi setengah padat.

Struktur Umum Saluran Cerna

Saluran cerna adalah tabung berongga terdiri atas lumen dengan garis tengah bervariasi, yang dikelilimgi oleh dinding dengan empat lapisan utama: mokosa, submukosa, muskularis eksterna dan serosa.

Mukosa terdiri atas epitel pelapis, lamina propria yang merupakan jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan serat otot polos, kadang-kadang mengandung kelenjar dan jaringan limfoid dan muskularis mukosa umumnya terdiri atas lapisan sirkular dalam yang tipis dan lapis longotudinal luar serat otot polos yang memisahkan lapisan mukosa
dari submukosa. Mukosa sering disebut membran mukosa.

Submukosa terdiri atas jaringan ikat longgar dengan banyak pembuluh darah, pembuluh limfe dan pleksus saraf submukosa(pleksus meissner). Mungkin juga mengandung kelenjar dan jaringan limfoid.

Muskularis mengandung sel-sel otot polos yang berorientasi secara spiral dan terbagi dalam dua lapisan menurut arah utama perjalanan sel otot. Pada lapisan dalam (dekat ke lumen), arah jalannya sirkular, pada lapisan luar, kebanyakan arahnya memanjang. Lapisan muskularis juga mengandung pleksus saraf mienterikus (pleksus Aauerbach), yang terletak diantara kedua lapisan otot tadi dan pembuluh darah serta pembuluh limfe terdapat dalam jaringan ikat diantara kedua lapisan.

Serosa adalah suatu lapisan tipis terdiri atas jaringan ikat longgar yang kaya pembuluh darah dan pembuluh limfe serta jaringan lemak dan epitel selapis gepeng sebagai pelapis (mesotel).

Fungsi utama epitel pelapis saluran cerna adalah sebagai sawar permeabel selektif antara isi saluran cerna dan jaringan tubuh, memudahkan transfor dan pencernaan makanan, memperbaiki penyerapan produk hasil pencernaan dan menghasilkan hormon yang mempengaruhi aktifitas sistem pencernaan. Sel-sel pada lapisan ini menghasilkan mukus (lendir) atau terlibat dalam pencernaan atau penyerapan makanan. Banyaknya limfonoduli dalam lamina propria dan lapis submukosa melindungi organisme (bersama epitel) dari invasi bakteri.

Seluruh saluran cerna dilapisi oleh epitel selapis tipis yang mudah diserang. Lamina propria tepat berada dibawah epitel, adalah sebuah zona yang kaya akan makrofag dan limfosit, beberapa diantaranya secara aktif menghasilkan antibodi. Antibodi ini terutama adalah imunoglobulin A (IgA) dan terikat pada sebuah protein sekresi yang dihasilkan oloh sel-sel epitel pelapis usus dan disekresi ke dalam lumen usus. Kompleks ini mempunyai aktifitas protektif terhadap invasi virus dan bakteri.
IgA dalam saluran pernapasan, pencernaan dan saluran kemih resisten terhadap aktifitas enzim proteolitik, menghasilkan antibodi yang bersamaan dengan protease ditemukan dalam lumen usus.
Muskularis mukosa membantu gerakan mukosa, tidak bergantung pada gerakan lain dari saluran cerna, meningkatkan kontak dengan bahan makanan. Kontraksi muskularis eksterna mendorong dan mencampur makanan dalam saluran cerna. Pleksus saraf membangkitkan dan mengkordinasi kontraksi otot. Terutama terdiri atas kumpulan sel saraf yang membentuk ganglia parasimpatis kecil.

Rongga Mulut

Seluruh cavum oris dibatasi oleh membrana mucosa dengan epitel gepeng berlapis. Pada waktu embrio epitel tersebut membentuk gigi dan kelejar ludah.
Cavum oris disebeleh depa dibatasi oleh suatu celah yang disebut: rima oris dengan labium superior et inferior sebagai dindingnya. Sebelah lateral cavum oris dibatasi oleh pipi dan sebelah bawah terdapat dasar mulut dengan lidahnya dan sebagi atapnya adalah palatum. Sedangkan disebelah dorsal terdapat hubungan dengan pharynx yang merupakan lubang yang disebuat faucia.

Labium oris

Rongga mulut dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapis tanduk. Sel-sel permukaannya mempunyai inti dengan sedikit granul keratin di dalamnya. Pada bagian bibir dapat diamati peralihan antara epitel tanpa lapisan tanduk menjadi epitel berlapis tanduk. Lamina propria berpapil serupa pada dermis kulit dan menyatu dengan submukosa yang mengandung kelenjar-kelenjar liur kecil secara difus.
Atap rongga mulut terdiri atas palatum durum dan platum mole, yang dilapisi oleh epitel berlapis gepeng sejenis. Pada palatum durum membran mukosa melekat pada jaringan tulang. Bagian pusat palatum mole adalah otot rangka dengan banyak kelenjar mukosa dalam submukosa.
Uvula palatina adalah sebuah tonjolan berbentuk kerucut kecil yang menjulur ke bawah dari bagian tengah batas bawah palatum mole. Bagian pusatnya adalah otot dan jaringan ikat areolar yang ditutupi oleh mukosa mulut biasa.

Baik labium oris superior maupun labium oris inferior mempunyai daerah permukaan yang berbeda struktur histologisnya.

Facies externa
Rubrum labii
Facies interna


Facies externa
Daerah permukaan bibir ini merupakan lanjutan kulit disekitar mulut. Maka gambaran hstologisnya sebagai kulit pula. Paling luar dilapisi oleh epidermis yang merupakan epitel gepeng berlapis berkeratin.
Dibawah epidermis terdapat jaringan pengikat yang disebut corium yang membentuk tonjolan-tonjolan ke arah epidermis yang disebut sebagai papila corii. Sel-sel basal epidermis mengandung butir-butir pigmen. Seperti juga pada struktur kulit lainnya pada permukaan kulit ini dilengkapi oleh alat-alat tambahan kulit seperti glandula sudorifera, glandula sebacea dan folikel rambut.

Rubrum labii
Merupakan daerah peralihan antara facies externa dan facies interna. Epitelnya merupakan lanjutan dari epidermis yang mengalami perubahan pada stratum corneumnya yang makin menipis sampai menghilang. Tetapi epitelnya semakin menebal.

1. Lidah

Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi membran mukosa yang strukturnya bervariasi menurut daerah yang diamati. Serat-serat otot saling menyilang dalam 3 bidang, yang bergabung dalam berkas-berkas, biasanya dipisahkan oleh jaringan ikat. Membran mukosa melekat dengan erat pada otot, karena jaringan ikat dari lamina propria menyusup ke dalam celah-celah diantara berkas-berkas otot.
Pada permukaan bawah lidah mukosanya licin. Permukaan dorsal lidah tidak teratur, dianterior ditutupi banyak tonjolan kecil yang disebut papila. Sepertiga bagian posterior permukaan dorsal lidah dipisahkan dari dua per tiga bagian anteriornya oleh batas berbentuk V. Di belakang batas ini permukaan lidah berkelompok limfosit kecil: kelompok kecil limfonoduli dan tonsila lingualis, dengan limfonoduli berkumpul mengelilingi invaginasi (kriptus) dari membran mukosa.

Papila

Papila adalah penonjolan epitel mulut serta lamina propria yang mengambil bentuk-bentuk dan fungsi berlainan.
Ada 4 jenisnya:

A. Papila filiformis berbentuk kerucut menanjang, jumlahnya banyak dan tersebar diseluruh permukaan lidah. Epitel yang tidak mengandung kuncup kecap, sebagian berlapis tanduk.

B. Papila fungiformis mirip jamur karena memiliki tangkai sempit dan bagian atas melebar dengan permukaannya yang licin. Papila yang mengandung kuncup kecap pada permukaan atasnya tersebar secara tidak teratur di antara papila filiformis.

C. Papila foliata kurang berkembang pada manusia, terdiri atas dua atau lebih rabung (ridge) dan alur (furrow) paralel pada permukaan dorsolateral lidah. Duktus dari kelenjar serosa bermuara pada dasar alur.

D. Papila sirkumvalata adalah papila sirkular yang sangat besar, dengan permukaan datarnya menonjol di atas papila lain. Papila sirkumvalata tersebar sepanjang daerah V pada bagian posterior lidah. Kelenjar serosa mensekresi lipase, untuk mencegah terbentuknya lapisan hidrofobik diatas kuncup kecap yang dapat menghambat fungsinya. Aliran sekret ini penting untuk menghanyutkan parti kel makanan dari kuncup kecap agar dapat menerima dan mengolah rangsangan baru.
Selain kelenjar serosa terdapat kelenjar mukosa dan serosa kecil tersebar pada pelapis rongga mulut dengan fungsi sama yaitu menyiapkan kuncup-kuncup kecap di bagian lain dari rongga mulut: epiglotis, faring, palatum untuk berespon terhadap rangsangan pengecap.

2. Faring

Faring merupakan rongga peralihan antara rongga mulut, sistem pernapasan dan sistem pencernaan, membentuk hubungan antara bagian nasal dan faring. Faring dilapisi oleh epitel berlapis gepeng jenis mukosa, kecuali pada daerah bagian respirasi yang tidak mengalami gesekan. Daerah terakhir ini dilapisi oleh epitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet. Faring mengandung tonsila, mukosa faring memiliki banyak kelenjar mukosa kacil dalam lapisan jaringan ikat padat. Muskular konstriktor dan longitudinalis faring terletak di luar lapisan ini.

3. Gigi Dan Struktur Terkait
Pada oramg dewasa normal terdapat 32 gigi tetap (permanen), tersebar dalam 2 lengkung simetris bilateral dalam tulang maksila dan mandibula, dengan 8 gigi pada pada setiap kuadrannya: 2 insisivus, 1 kaninus, 2 premolar dan 3 molar. Gigi tetap didahului oleh 20 gigi susu (desidua). Ke 12 gigi molar tetap tidak memiliki pendahulu gigi desiduanya.
Setiap gigi terdiri atas bagian yang menonjol di atas gingiva (gusi), bagian mahkota (korona), satu atau lebih radiks di bawah gingiva yang menahan gigi dalam soket tulang yang disebut alveolus. Korona ditutupi oleh email yang sangat keras, sedangkan radiks oleh sementum. Kedua pelapis ini bertemu pada bagian leher (serviks gigi). Bagian dalam gigi mengandung materi lain yang disebut dentin, yang mengelilingi rongga berisi jaringan yang dikenal sebagai rongga pulpa. Rongga pulpa meluas ke apeks radiks (saluran radiks), tempat sebuah muara (foramen apikal) memungkinkan masuk dan keluarnya pembuluh darah, pembuluh limfe dan saraf dari rongga pulpa. Ligamen (membran periodontal) adalah struktur fibrosa berkolagen yang tertanam dalam sementum yang berfungsi menahan gigi dengan erat pada soket tulangnya (alveolus).

Dentin
Dentin adalah jaringan yang mengapur mirip tulang tetapi lebih keras karena kandungan garam kalsiumnya lebih tinggi (70% dari berat kering). Terutama terdiri atas serat kolagen tipe 1, glikosaminoglikan dan garam kalsium dalam bentuk kristal hidroksiapatit. Matriks organik dentin dihasilkan oleh odontoblas, sel yang melapisi permukaan dalam gigi, memisahkan dari rongga pulpa.

Odontoblas adalah sel langsing terpolarisasi yang hanya menghasilkan matriks organik pada permukaan dentin. Sel-sel inti memiliki struktur sel penghasil sekret terpolarisasi dengan gradul sekresi yang mengandung prokolagen, sitoplasma sel ini mengandung sebuah inti pada basisnya. Odontoblas mempunyai cabang sitoplasma halus yang menerobos secara tagak lurus terhadap lebar dentin yaitu juluran odontoblas. Juluran-juluran halus ini secara berangsur memanjang seiring dengan menebalnya dentin, berjalan dalam saluran halus disebut tubul dentin yang bercabang dekat batas dentin dan email. Juluran odontoblas berangsur menipis ke arah ujung distalnya. Matriks yang dihasilkan odontoblas belum mengandung mineral dan disebut predentin. Mineralisasi dari dentin yang berkembang dimulai bila vesikel bermembran (vesikel matriks) mulai muncul, mengandung kristal hidroksiapatit halus yang tumbuh dan berfungsi sebagai tempat nukleasi bagi pengendapan mineral selanjutnya pada serabut kolagen sekitarnya.
Berbeda dengan tulang, dentin menetap sebagai jaringan bermineral untuk waktu yang lama setelah musnahnya odontoblas. Karena dimungkinkan untuk mempertahankan gigi yang pulpa serta odontoblasnya telah dirusak oleh infeksi. Pada gigi orang dewasa, pengrusakan email penutup oleh erosi akibat pemakaian atau karies dentis (lubang gigi) biasanya memicu reaksi dalam dentin yang menyebabkan membuat komponen-komponennya.


Email

Email adalah unsur paling keras pada tubuh manusia dan paling banyak mengandung kalsium. Ia terdiri atas lebih berkurang 95% garam kalsium (terutama hidroksiapatit), 0,5% materi organik dan sisanya adalah air. Email dibentuk oleh sel-sel ektodermal, kebanyakan struktur lain dari gigi berkembang dari mesodermal atau sel kristal neural. Matriks organik email tidak terdiri atas serabut-serabut kolagen tetapi terdiri atas sekurang-kurangnya 2 golongan protein heterogen yang disebut amelogenin dan enamelin. Peran protein ini dalam mengatur unsur mineral dari email sedang. Email terdiri atas batang atau kolom kristal hidroksiapatit memanjang, batang (prisma) email digabung menjadi satu oleh email antar-batang. Email antar-batang dan batang email dibentuk oleh kristal hidroksiapatit, hanya berbeda dalam orientasi kristalnya. Setiap batang terbentang pada keseluruhan tebal lapisan email.
Matriks email dihasilkan oleh sel-sel yang disebut ameloblas. Sel silindris tinggi ini mempunyai banyak mitokondria di daerah di bawah inti. Retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi yang berkembang baik, terdapat di atas inti. Setiap ameloblas memiliki juluran apikal dikenal sebagai prosesus tomes, mengandung banyak granul sekresi. Granul ini mengandung protein yang menyusun matriks email.

Pulpa

Pulpa gigi terdiri atas jaringan ikat longgar. Unsur utamanya ialah odontoblas, fibroblas, serabut kolagen halus dan substansi dasar dengan glikosaminoglikans. Pulpa adalah jaringan dengan banyak saraf dan pembuluh darah. Pembuluh darah dan serat saraf bermielin memasuki foramen apikal dan bercabang banyak.
Beberapa serat saraf hilang selubung mielinnya dan menyusup untuk jarak tertentu ke dalam tubul dentin. Serabut-serabut ini peka terhadap nyeri, satu-satunya sensasi pada gigi.

Stuktur Terkait

Struktur yang berfungsi mempertahankan gigi dalam tulang dan maksila dan mandibula terdiri atas sementum, ligamen periodontal, tulang alveolus dan gingiva.

A. Sementum
Jaringan ini menutupi dentin radiks dan komposisinya serupa tulang, meskipun tidak ada sistem Havers dan pembuluh darah. Pada bagian apikal radiks lebih tebal, terdapal sel-sel yang mirip osteosit, yaitu sementosit. Seperti osteosit, mereka terkurung dalam lakuna yang saling berhubungan melalui kanalikuli. Seperti jaringan tulang, sementum adalah labil dan bereaksi dengan resorpsi atau produksi jaringan baru sesuai dengan stres yang dialaminya. Bila ligamen periodontal dihancurkan, sementum akan mengalami nekrosis dan mungkin diserap. Produksi sementum mengatur pertumbuhan normal gigi dan memelihara kontak erat antara radiks gigi dan soketnya.

B. Ligamen Periodontal
Ligamen periodontal terdiri atas jaringan ikat padat, yamg serat-seratnya masuk ke dalam sementum gigi dan menambatnya pada dinding tulang sakunya. Berfungsi sebagai periosteum bagi tulang alveolus. Serat-serat disusun sedemikian rupa agar dapat menahan tekanan sewaktu mengunyah, hal ini mencegah pemindahan tekanan langsung pada tulang, suatu proses yang akan menimbulkan resorpsi setempat.
Kolagen dari ligamen periodontal memiliki kecepatan pergantian protein yang tinggi dan banyak mengandung kolagen yang larut. Celah-celah diantara serat-seratnya terisi dengan glikosaminoglikans. Kecepatan pembaruan kolagen yang tinggi dalam ligamen periodontal memberi peluang bagi proses-proses yang mempengaruhi pembuatan kolagen atau protein, misalnya defisiensi protein atau vitamin C mengakibatkan atrofi pada ligamen ini.

C. Tulang Alveolus
Bagian tulang ini berkontak langsung dengan ligamen periodontal. Tulang dari jenis belum dewasa ini (tulang primer) dengan serat-serat kolagen yang tidak disusun menurut pola berlamel khas pada tulang dewasa. Tulang yamg paling dekat pada akar gigi membentuk soket gigi. Pembuluh dan saraf melintasi tulang alveolus ini menuju foramen apikal dan radiks untuk memasuki pulpa.

D. Gingiva
Gingiva adalah membran mukosa yang secara erat melekat pada periosteum tulang maksila atau mandibula. Ia terdiri atas epitel berlapis gepeng dan banyak papil jaringan ikat. Epitel ini melekat pada email gigi oleh kutikula yang menyerupai lamina basal tebal dan membentuk perlekatan epitel Gottlieb.
Sel-sel epitel melekat pada kutikula oleh hemidesmosom. Diantara email dan epitel terdapat celah gingiva, lekukan sempit di sekeliling korona.


Perkembangan Gigi
Pada minggu keenam kehamilan, lapis basal epitel mulut (ektoderm) berproliferasi dan tumbuh ke dalam ektomesenkim di bawahnya, yang berkembang dari krista neural. Sabuk berbentuk tapal kuda yang dikenal sebagai lamina dentis dibentuk pada tiap rahang. Penjuluran ektodermal ini membentuk sungkup di atas kelompok ektomesenkim dan setiap kelompok sel (kuncup gigi) akan berkembang menjadi gigi desidua. Ektomesenkim dibentuk oleh sel-sel mesenkim sehubungan dengan sel krista neural yang berasal dari ektoderm. Sel-sel ektodermal kemudian berdegenerasi dan menghilang. Komponen ektodermal kuncup gigi membentuk organ email yang berfungsi untuk menghasilkan email. Komponen ektomesenkim membentuk papila dentis yang akan mengembangkan sel odontoblas (sel yang menghasilkan dentin) dan struktur pulpa dentis lainnya. Mesenkim juga memadat disekitar organ email dan akhirnya berkembang menjadi sementoblas (sel yang membentuk sementum) dan ligamen periodontal.
Organ email terus membesar dan mengambil bentuk genta pada minggu ke-8 kehamilan. Epitel email luar (eksterna), yang berhubungan dengan lamina dentis bertakuk oleh banyak pembuluh kapiler. Sel berbatasan dengan papila dentis menjadi silindris dan menyusun epitel email dalam (interna). Sel ini berkembang menjadi ameloblas (sel yang akan menghasilkan email). Sel epitelial di antara lapis luar dan dalam menyusun retikulum stelata dan stratum intermedium.
Sebelum ameloblas mulai mensekresi email, mereka merangsang sel-sel lapisan superfisial dari papila dentis untuk memanjang dan berkembang menjadi odontoblas. Odontoblas mulai mensekresi predentin, yang merangsang pembentukan email oleh ameloblas.

A. Pembentukan Dentin
Odontoblas mensekresi prokolagen yang bergabung menjadi serabut kolagen dari predentin. Sel-sel ini juga memperantarai mineralisasi serabut kolagen, yang berakibat terbentuknya dentin. Badan sel odontoblas terdesak mundur ke dalam rongga pulpa sementara dentin menimbun, tetapi cabangnya tetap terdapat dalam tubuli dentin yang terbentang di seluruh tebal dentin.

B. Penbentukan Email
Ameloblas adalah sel epitel luar biasa karena bagian dasarnya, yang berbatasan dengan lamina basal, menjadi permukaan sekresinya. Taut kedap dijumpai di sekitar apeks histologis (basis fungsional) dan basis histologis (apeks fungsional) setiap sel. Retikulum endoplasma kasar dan sebuah kompleks golgi luas terdapat dalam sitoplasama di antara inti dan apeks fungsional sel ini. Ameloblas berfungsi menghancurkan lamina basal yang memisahkan sel-sel ini dari odontoblas dan dentin. Juluran pendek berbentuk kerucut dari ameloblas (prosesus Tomes) merupakan tempat sekresi dari matriks email. Permukaan lateral prosesus Tomes menghasilkan matriks organik dari email antar-batang, sedangkan permukaan apikal berfungsi meletakkan matriks dari batang email. Peranan ameloblas dalam mineralisasi belum jelas, tetapi kristal hidroksiapatit dibentuk pada matriks organik. Matriks ini hampir seluruhnya dibuang oleh ameloblas. Setelah pembentukan email selesai, organ email terdiri atas epitel berlapis gepeng yang cepat terkikis habis bila gigi muncul dalam rongga mulut.

C. Perkembangan Akar Gigi
Setelah perkembangan korona selesai dan sebelum erupsi, lengkung servikal bertumbuh ke apikal membungkus papila dentis dan membentuk selubung akar Hertwig, yang terdiri atas penyatuan epitel email luar dan dalam. Lapis dalam menginduksi pembentukan odontoblas yang menghasilkan dentin dari akar gigi. Bila dentin telah dibentuk, selubung akar hancur dan dentin yang baru dibentuk ini menginduksi perkembangan sementoblas dari sel mesenkim sakus dentis di sekitarnya. Sementoblas menghasilkan sementum, yaitu jaringan mirip tulang yang membungkus akar gigi.

D. Gigi Tetap (permanen)
Pada sisi labial setiap lamina dentis terjulur ke luar suatu massa sel ektodermal dan membentuk lamina suksesional. Sel-sel lamina dentis menggali ke belakang dan bakal gigi molar permanen berturut-turut terlepas. Bakal gigi molar kedua dan ketiga tidak dibentuk sampai sesudah lahir.

Esofagus

Merupakan sebuah tabung lurus yang ada pada orang dewasa panjangnya sekitar 25 cm, berfungsi memindahkan makanan dari mulut ke dalam lambung. Sebagian besar terdapat dalam mediastinum, setelah melalui diaphragma masuk dalam cavum abdominalis untuk bermuara dalam gaster. Ia dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Dalam submukosa terdapat kelompokan kelenjar penghasil mukus kecil, yaitu kelenjar esofageal. Pada lamina propria dekat lambung terdapat kelompokan kelenjar yang disebut kelenjar kardia esofagus yang juga menghasilkan mukus. Pada ujung distal esofagus, lapisan ototnya terdiri atas serat otot polos, pada bagian tengah terdapat campuran serat otot bergaris (rangka) dan serat otot polos, pada ujung proksimal terdapat serat otot rangka. Hanya bagian esofagus dalam rongga peritoneum yang ditutupi oleh serosa. Sisanya ditutupi lapisan jaringan ikat longgar yang disebut adventisia.

A. Tunica mucosa

Karena kontraksi otot-otot stratum circulare tunica muskular maka tunica mukosa membentuk lipatan-lipatan memanjang.

1. Epitil, tebalnya mencapai 300 mikron dan berbentuk epitel gepeng berlapis tanpa keratinasi dengan kira-kira 25 lapis sel.
2. Lamina propria, merupakan jaringan pengikat longgar yang tidak banyak mengandung sel-sel. Bentuk tubuler dan saluran keluarnya melalui puncak papila untuk bermuara dalam lumen. Bentuknya mirip glandula cardiaca maka disebut sebagai glandula oesophagea cardiaca.
3. Lamina muskularis mucosa, merupakan lapisan otot polos yang tebal. Hanya memiliki lapisan serabut-serabut yang tersusun longitudinal.

B. Tunica submukosa
Lapisan sangat longgar hubungannya dengan lapisan dibawahnya hingga dapat membentuk lipatan-lipatan memanjang. Tebalnya sekitar 300-700 mikron. Di dalam tunica submukosa terdapat kelenjar yang berbentuk tubulo alveolar kompleks dan menghasilkan mukus. Saluran keluarnya menembus muscularis mukosa kemudian melalui diantara papila untuk bermuara ke dalam lumen. Kelenjar ini dinamakan glandula oesophagea propria.

C. Tunica muskularis
Terdiri atas dua lapisan masing-masing sebagai:
Stratum circulare : disebelah dalam
Stratum longitudinale : disebelah luar

Di bagian atas stratum circular menebal membentuk m. Sphincter oesophageus superior. Pada ¼ bagian sebelah oral, seluruhnya terdiri atas otot bercorak. Pada ¼ bagian tengah terdiri atas campuran otot bercorak dan otot polos. Pada ½ bagian anal terdiri seluruhnya stas otot polos. Pada perbatasan dengan ventrikulus terdapat m. Sphincter oesophageus inferior.

D. Tunica adventitia
Pada bagian terluar dari lapisan ini merupakan jaringan pengikat longgar. 2-3 cm sebelum ventrikulus terdapat banyak serabut-serabut elastis yang melekat pada diaphragma. Fungsi oesophagus terutama untuk menyalurkan makanan dari pharynx ke ventrikulus.
DRG. TADEUS0 komentar

13. SISTEM RESPIRASI

Dalam melaksanakan proses Metabolisme, oleh hewan dan manusia dibutuhkan oksigen.. System respirasi berfungsi untuk mengambil oksigen dan membuang karbondioksida, yang keduanya diangkut dari dan ke tubuh.

Tractus respiratorius dapat dibagi menjadi:

1. Pars Conductoria
Meliputi saluran yang menghubungkan antara bagian luar tubuh dengan paru-paru untuk menyalurkan udara.
Saluran ini terdiri dari:
- Hidung
- Pharynx
- Larynx
- Trachea
- Bronchus
- Bronchiolus

2. Pars Respiratoria
Merupakan bagian dari paru-paru yang berfungsiuntuk pertukaran gas antara darah dan udara. Bagian ini terdiri dari:
- Saccus alveolaris.
- Alveolus.


HIDUNG

Hidung merupakan organ yang berongga dengan dinding yang tersusun oleh jaringan tulang, cartilage, otot dan jaringan pengikat. Pada kulit yang menutupi bagian luar hidung diketemukan Glandula sebacea dan rambut-rambut halus.
Kulit ini melanjutkan diri melalui nares untuk melapisi vestibulum nasi.
Di daerah vestibulum nasi ini banyak rambut yang bersifat kaku yang berfungsi untuk menghalangi debu dan kotoran yang ikut dihirup. Pada sisa cavum nasi yang lain dilapisi oleh epitel silindris semu berlapis bersilia dengan banyak kelenjar mucosa ( sel piala).
Di indera pembau terdapat epitel khusus , yang pada bagian bawahnya terdapat membrane basalis yang memisahkan epitel dengan jaringan pengikat yang banyak mengandung kelenjar serosa-mukosa.
Di bawah epitel yang menutupi concha nasalis inferior banyak plexus fenosus yang berguna untuk memanasi udara yang lewat.

Organon olfactorius

Merupakan reseptor rangsang bau yang terletak pada ephitelium olfactorius. Epitelnya merupakan epitel silindris semu berlapis dengan 3 macam sel:
Sel penyokong
Sel ini berbentuk langsing, di dalam sitoplasmanya tampak adanya berkas-berkas tonofibril dan jelas tampak terminal bar. Pada permukaannya tampak banyak mikrovili yang panjang yang terpendam dalam lapisan lender. Kompleks golgi yang kecil terdapat pada bagian puncak sel.
Di dalamnya juga terdapat pigmen coklat yang memberi warna pada epitel olfactory tersebut.
Sel Basal
Sel ini berbentuk kerucut rendah dengan tonjolan tersusun selapis dan berinti gelap.
Sel Olfactoori.
Sel ini terdapat diantara sel-sel penyokong sebagai sel syaraf yang berbentuk bipolar. Bagian puncak sel olfactory membulat dan menonjol merupaka dendrite yang meluas sebagai tonjolan silindris pada permukaan epitel. Bagian basal mengecil menjadi lanjutan sel halus yang tidak berselubung myelin.
Bagian yang membulat di permukaan disebut vesicular olfactorius, dari bagian yang menonjol ini timbul tonjolan yang berpangkal pada corpuscullum basale sebagai cilia olfactory yang tidak dapat bergerak. Ujung cilia inilah yang merupakan komponen indra pembau dan dapat menerima rangsang.
Dalam lamina propria terdapat sel-sel pigmen dan sel limfosit. Selain itu, dalam lamina propria terdapat banyak sekali anyaman pembuluh darah.
Di dalam lamina proproia area olfactory terdapat pula kelenjar tubulo-alveolar sebagai Glandula Olfactorius Bowmani, yang berfungsi menghasilkan sekrit yang menjaga agar epitel olfactory tetap basah dan bersih.

Sinus paranasal

Merupakan ruangan yang dibatasi tulang dan berhubungan dengan cavum nasi. Sinus paranasal ini kita kenal: sinus paranasal, sinus ethmoidale, sinus maxilla dan sinus spenoidalis yang terdapat dalam tulang-tulang yang bersangkutan.

LARYNX

Larynx berbentuk sebagai pipa yang irregular dengan dinding yang terdiri atas cartilage hyaline, cartilage elastis, jaringan pengikat dan otot bercorak. Larynx menghubungkan antara pharynx dengan trachea.
Fungsinya adaalah menyokong, mencegah makanan/minuman untuk masuk ke dalam trachea.
Rangka larynx terdiri dari beberapa potong kartilago:
Cartilage thyrooidea, cartilage cricoidea dan epiglotis yang terdapat tunggal
Cartilage arythenoidea, Cartilago corniculata, dan cartilage cuneiformis yang terdapat sepasang.
Otot bercorak dari larynx dapat dibagi menjadi :
Otot ekstrinsik, yang berfungsi untuk menopang dan menghubungkan sekitarnya. Kontraksinya terjadi pada proses digulatio(menelan).
Otot instrinsik, yang berfungsi menhubungkan masing-masing cartilage larynx . kontraksinya berpereran dalam proses bersuara.
Epiglottis.
Merupakan cartilage elastis yang berbentuk seperti sendok pipih. Permukaan depan, bagian atas permukaan belakang epiglotia (plica aryepiglotica) dan plica vokalis dilapisi oleh epitel gepeng berlapis.
Plica vokalis merupakan lipatan membrane mukosa yang didalamnya mengandung ligamentum vokalis yang merupakan pengikat elastis. Epitel yang menutupi merupakan epitel gepeng berlapis.

TRACHEA

Merupakan lanjutan dari larynx yang lebarnya 2-3.5 cm dan panjangnya sekitar 11 cm. trachea berakhir dengan cabang dua yang disebut sebagai bronchus.
Epitel yang melapisi sebelah dalam ialah epitel silindris semu berlapis bercilia dan bertumpu pada membrane basalis yang tebal. Di antara sel-sel tersebar sel-sel piala. Dibawah membrane basalis terdapat lamina propria yang banyak mengandung serabut elastis. Di lapisan dalam lamina propria serabut elastis membentuk anyaman padat sebagai suatu lamina elastica, maka jaringan pengikat dibawahnya kadang-kadang disebut tunica submukosa.
Di dalam tunica submukosa inilah terdapat kelenjar-kelenjar kecil seperti pada dinding larynx yang bermuara pada permukaan epitel.
Yang merupakan ciri khas dari trachea adalah adnya kerangka cincin-cincin cartilago hyaline yang berbentuk huruf C sebanyak 16-20 buah yang berderet mengelilingi lumen dengan bagian yang terbuka di bagian belakang( pars cartilaginea).
Masing-masing cincin dibungkus oleh serabut fibro elastis.
Bagian belakan tidak memiliki cincin cartilage (pars membranacea) diisi oleh serabut-serabut otot polos yang sebagian berjalan melintang dan berhubungan dengan jaringan fibro elastis disekitarnya.


BRONCHUS DAN CABANG-CABANGNYA

Trachea bercabang menjadi 2 bronchus primaries yang masuk ke jaringan paru-paru melalui hilus pulmonalis dengan arah ke bawah dan lateral. Bronchus yang sebelah kana bercabang menjadi 3 dan yang sebelah kiri becabang menjadi 2, dimana setiap cabang tersebut merupakan percabangan dari bronchus primaries.
Lamina propria terdiri dari jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut elastis dan serabut kolagen dan retikuler serta beberapa limfosit. Di bawah membrane mocosa terdapat stratum musculare yang tidak merupakan lapisan tertutup.
Banyaknya serabut elastis berhubungan erat dengan sel-sel otot polos dan serabut elastis ini sangat penting dalam proses respirasi. Di dalam anyaman muskuloelastis ini terdapat banyak jalinan pembuluh darah kecil.
Perbedaan struktur antara trachea serta bronchus extrapulmonalis serta intrapulmonalis.
Bentuk cincin cartilage.
Susunan serabut otot pada trachea hanya dibagian dorsal sedangkan pada bronchus terdapat disekeliling dinding.
Kontraksi lapisan otot ini akan menimbulkan lipatan memanjang pada membrane mukosa.
Suatu lapisan anyaman elastis yang membatasi membrane mukosa seperti pada trachea tidak ada, tetapi terdapat serabut-serabut elastis yang berjalan sejajar sepanjang bronchus dengan percabangannya.

Perbedaan Bronchus dan Bronchiolus.

Dengan bercabangnya bronchus, maka kalibernya akan semakin mengecil, yang menyebabkan gambaran stukturnya akan semakin berbeda karena lempeng-lempeng cartilage yang makin berkurang.
Kalau struktur pulmo disamakan seperti kelenjar, maka bronchus merupakan ‘ductus extraloburalis’, sebab terdapat diluar lobuli.
Cabang bronchus yang memasuki lobulus pada puncaknya disebut ‘bronchiolus’ yang sesuai dengan ‘ductus intralobularis’ pada kelenjar.
Biasanya dinding brochiolus berdiameter lebih kecil dari 1mm dengan epitel silindris selapis bercilia dan tanpa cartilago.

PULMO

Paru-paru pada manusia terdapat sepasang yang menempati sebagian besar dalam cavum thoracis. Kedua paru-paru dibungkus oleh pleura yang terdiri atas 2 lapisan yang saling berhubungan sebagai pleura visceralis dan pleura parietalis.

Stuktur Pulmo
Unit fungsional dalam paru-paru disebut lobulus primerius yang meliputi semua struktur mulai bronchiolus terminalis, bronchiolus respiratorius, ductus alveolaris, atrium, saccus alveolaris, dan alveoli bersama-sama dengan pembuluh darah, limfe, serabut syaraf, dan jarinmgan pengikat.
Lobulus di daerah perifer paru-paruberbentuk pyramidal atau kerucut didasar perifer, sedangkan untuk mengisi celah-celah diantaranya terdapat lobuli berbentuk tidak teratur dengan dasar menuju ke sentral.
Cabang terakhir bronchiolus dalamlobulus biasanya disebut bronchiolus terminalis. Kesatuan paru-paru yang diurus oleh bronchiolus terminalis disebut acinus.

Bronchiolus Respiratorius
Memiliki diameter sekitar 0.5mm. saluran ini mula-mula dibatasi oleh epitel silindris selapis bercilia tanpa sel piala, kemudian epitelnya berganti dengan epitel kuboid selapis tanpa cilia.
Di bawah sel epitel terdapat jaringan ikat kolagen yang berisi anyaman sel-sel otot polos dan serbut elastis. Dalam dindingnya sudah tidak terdapat lagi cartilago.
Pada dinding bronchiolus respiratorius tidak ditemukan kelenjar. Disana-sini terdapat penonjolan dinding sebagai alveolus dengan sebagian epitelnya melanjutkan diri. Karena adanya alveoli pada dinding bronchiolus inilah maka saluran tersebut dinamakan bronchiolus respiratorius.


Ductus Alveolaris
Bronchiolus respiratorius bercabang menjadi 2-11 saluran yang disebut ductus alveolaris. Saluran ini dikelilingi oleh alveoli sekitarnya.
Saluran ini tampak seperti pipa kecil yang panjang dan bercabang-cabang dengan dinding yang terputus-putus karena penonjolan sepanjang dindingnya sebagai saccus alveolaris. Dinding ductus alveolaris diperkuat dengan adanya serabut kolagen elastis dan otot polos sehingga merupakan penebalan muara saccus alveolaris.

Saccus alveolaris dan Alveolus
Ruangan yang berada diantara ductus alveolaris dan saccus alveolaris dinamakan atrium. Alveolus merupakan gelembung berbentuk polyhedral yang berdinding tipis.
Yang menarik, dindingnya penuh dengan anyaman kapiler darah yang saling beranastomose.
Kadang ditemukan lubang yang disebut porus alveolaris dan terdapat sinus pemisah(septa) antara 2 alveoli. Fungsi lubang tersebut belum jelas, namun dapat diduga untuk mengalirkan udara apabila terjadi sumbatan pada salah satu bronchus.

Pelapis Alveolaris
Epitel alveolus dengan endotil kapiler darah dipisahkan oleh lamina basalis.
Pada dinding alveolus dibedakan atas 2 macam sel:
sel epitel gepeng ( squamous pulmonary epitheal atau sel alveolar kecil atau pneumosit tipeI).
sel kuboid yang disebut sel septal atau alveolar besar atau pneumosit tipe II.

Sel alveolar kecil membatasi alveolus secara kontinyu, kadang diselingi oleh alveolus yang besar. Inti sel alveolus kecil ini gepeng. Bentuk dan ketebalan sel alveolar kecil tergantung dari derajat perkemangan alveolus dan tegangan sekat antara alveoli.
Sel alveolar besar ialah sel yang tampak sebagai dinding alveolus pada pengamatan dengan mikroskop cahaya. Sel ini terletak lebar ke dalam daripada pneumosit typeI.
Kompleks golginya sangat besar disertai granular endoplasma reticulu m dengan ribosom bebas.
Kadang-kadang tampak bangunan ini terdapat dipermukaan sel seperti gambaran sekresi sel kelenjar. Diduga benda-benda ini merupakan cadangan zat yang berguna untuk menurunkan tegangan permukaan dan mempertahankan bentuk dan besar alveolus.
Secret tersebut dinamakan ‘Surfactant’
Udara di dalam alveolus dan darah dalam kapiler dipisahkan oleh:
Sitoplasma sel epitel alveolus.
Membrana basalis epitel alveolus.
Membrane basalis yang meliputi endotel kapiler darah
Sitoplasma endotel kapiler darah.

Fagosit Alveolar, Sel Debu (Dust cell)
Hampir pada setiap sediaan paru-paru ditemukan fagosit bebas. Karena mereka mengandung debu maka disebut sel debu. Pada beberapa penyakit jantung sel-sel tersebut mengandung butir-butir hemosiderin hasil fagositosis pigmen eritrosit.

Pembuluh Darah

Sebagian besar pulmo menerima darah dari arteri pulmonalis yang bertripe elastis. Cabang arteri ini masuk melalui hilus pulmonalis dan bercabang-cabang mengikuti percabangan bronchus sejauh bronchioli respiratorius.
Dari sini arteri tersebut memberi percabangan menuju ke ductus alveolaris, dan memberi anyaman kapiler di sekeliling alveolus. Venula menampung darah dari anyaman kapiler di pleura dan dinding penyekak alveolus. Vena yang menampung darah dari venula tidak selalu seiring dengan arterinya, tetapi melalui jaringan pengikat di antara lobulus dan segmen.
Pulmonalis dan vena pulmonalis terutama untuk pertukaran gas dalam alveolus. Disamping itu terdapat arteri bronchialis yang lebih kecil, sebagai cabang serta mengikuti bronchus dengan cabang-cabangnya. Arteri ini diperlukan untuk nutrisi dinding bronchus termasuk kelenjar dan jaringan pengikat sampai di bawah pleura.
Darah akan kembali sebagian besar melalui vena pulmonalis disamping vena bronchialis. Terdapat anastomosis dengan kapiler dari arteri pulmonalis.

Pembuluh Limfe

Terdapat 2 kelompok besar, sebagian dalam pleura dan sebagian dalam jaringan paru-paru. Terdapat hubungan antara 2 kelompok tersebut dan keduanya mengalirkan limfa ke arah nodus limfatikus yang terdapat di hilus.
Pembuluh limfe ada yang mengikuti jaringan pengikat septa interlobularis dan ada pula yang mengikuti percabangan bronchus untuk mencapai hilus.

Pleura

Seperti juga jantung paru-paru terdapat didalam sebuah kantong yang berdinding rangkap, masing-masing disebut pleura visceralis dan pleura parietalis. Kedua pleura ini berhubungan didaerah hilus. Sebelah dalam dilapisi oleh mesotil. Pleura tersebut terdiri atas jaringan pengikat yang banyak mengandung serabut kolagen, elastis, fibroblas dan makrofag. Di dalamnya banyak terdapat anyaman kapiler darah dan pembuluh limfe.

HISTOGENESIS

Perkembangan pulmo terdiri dari 3 fase:

Fase glanduler(12-16 minggu)
Mula-mula sebagai tonjolan yang akan menjadi trachea yang kemudian bercabang menjadi 2 sebagai calon bronchus. Tonjolan ini dengan cepat tumbuh memanjang dan mencapai kelompok sel-sel mesenkhim sehingga akhirnya menyerupai kelenjar. Pars conductoria tractus respiratorius telah dilengkapi selama kehidupan intrauterin bersama pula dengan sistem pembuluh darah.

Fase kanalikuler(bulan ke-4-7)
Terjadi pertumbuhan cepat sel-sel mesenkim di sekitar percabangan bronchus. Sel-sel tersebut dan serabut jaringan pengikat sangat menonjol disamping anyaman kapiler darah. Pada tingkat ini belum tumbuh alveolus. Kelenjar-kelenjar timbul sebagai tonjolan dinding bronchus.

Fase alveolar(6,5 bulan sampai lahir)
Paru-paru kehilangan bentuk kelenjarnya karena sekarang banyak sekali pembuluh darah. Ujung-ujung bronchus yang mengembang akan tumbuh bercabang-cabang hingga terbentuk alveoli.
Epitel alveoli menipis sehingga terjadi hubungan yang erat dengan kapiler darah. Sesudah lahir masih terjadi perkembangan pars respiratoria untuk penyempurnaan yang meliputi bronchiolus respiratorius sampai alveoli.

REGENERASI PARU-PARU

Paru-paru mudah sekali terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya. Dalm proses penyembuhan bagian-bagian yang rusak akan digantikan oleh jaringan pengikat. Jaringan paru-paru sendiri tidak mrngalami regenerasi.
DRG. TADEUS0 komentar

15. SISTEM PENCERNAAN II

GASTER

Gaster merupakan pembesaran tractus digestivus yang berbentuk sebagai kantong. Dalam keadaan kosong ruang di dalamnya tidak jauh lebih besar daripada ruang usus. Makanan dan minuman dari eosophagus akan bermuara dalam cardia. Disebelah kiri cardia, dinding ventriculus sedikit lebih membesar, dimana terdapat fundus ventriculi. Sisi yang melengkung di sebelah kanan dan kiri masing-masing disebut sebagai curvatura minor dan curvatura mayor. Kedua sisi ini membatasi permukaan facies anterior dan fascies pesterior. Bagian terbesar yaitu corpus ventriculi yang melanjutkan diri dengan menyempit disebut pylorus ventriculi. Selanjutnya pylorus akan bermuara dalam duodenum.


A. Tunica mucosa
Pada keadaan hidup biasanya terlihat merah muda kecuali pada daerah cardia dan pylorus agak pucat. Tampak pada permukaan lipatan-lipatan yang disebut rugae karena longgarnya tunica submucosa di bawahnya. Terdapat gambaran yang lebih menetap yaitu tonjolan-tonjolan yang membentuk bulat dipisahkan oleh alur-alur disekitarnya yang dinamakan areola gastrica. Sebagian besar tunica mucosa terisi oleh kelenjar lambung yaitu : glandula cardiaca, glandula fundica, dan glandula pylorica.

o Epitel
Dilapisi oleh epitel silindris selapis. Didaerah cardia terdapat peralihan dari epitel oesophagus. Semua sel epitel merupakan sel yang menghasilkan mucus. Sel-sel epitel tersebut dijumpai adanya terminal bars. Dengan mikroskop elektron tampak microvili pada permukaan dengan lapisan karbohidrat pada membran plasma. Pada sitoplasma terdapat butir musigen, bentuk bintang dengan warna gelap dan homogen. Dalam keadaan normal sel-sel epitel ini selalu diperbarui setiap 3 hari. Tanda-tanda regenerasi tampak pada bagian dasar foveola gastrica. Sel-sel yang terbentuk baru akan mendorong ke atas utuk menggantikan sel-sel yang dilepaskan.

o Lamina propria
Jaringan pengikat pada lamina propria ini sangat sedikit karena terdesak oleh kelenjar-kelenjar yang begitu rapat, yaitu jaringan ikat kolagen dan retikuler. Infiltrasi limfosit tersebar secara difusi dan kadang-kadang ditemukan lymphanodulus solitarius.


Ventriculi terdapat 3 macam kelenjar :

· Glandula cardiaca
Kelenjar ini terdapat disekitar muara oesophagus di dalam gaster. Glandula cardiaca merupakan kelenjar tubuler kompleks yang bermuara pada dasar foveola gastrica. Pada kelenjar ini hanya ditemukan satu jenis sel yaitu sel mukosa yang mirip dengan sel mukosa pada glandula pylorica atau sel mukosa leher dari glandula fundica.

· Glandula fundica/glandula gastrica propria
Merupakan kelenjar utama pada dinding ventriculus yang menghasilkan getah lambung. Bentuk masing-masing kelenjar ialah tubuler simplex bercabang, bermuara pada dasar foveola. Ujung-ujungnya sedikit membesar dan bercabang menjadi 2—3 buah. Ujung-ujung kelenjar mencapai lamina muscularis mucosa. Dalam sebuah lambung terdapat sekitar 15 juta kelenjar.
Dalam kelenjar ini dibedakan 4 macam sel :
1) Sel principal = sel zimogen atau sel utama (chief cell)
§ Bentuk sel : silindris pendek atau kuboid, tersusun selapis pada ½ atau 1/3 bagian distal dari kelenjar
§ Mudah rusak, tapi jika tidak ada asam lambung kerusakan dapat dihambat
§ Menghasilkan pepsinogen yang akan berubah menjadi enzim pepsin
§ Dengan mikroskop elektron terlihat :
- Pada permukaan terdapat microvili yang tidak teratur
- Kompleks golgi yang berkembang menghasilkan protein
- Granular reticulum endoplasmic lebih banyak
- Ribosom bebas atau menempel lebih banyak, merupakan penyebab warna basofil

2) Sel parietal
§ Terdapat tersebar diantara sel utama sepanjang dinding kelenjar
§ Bentuk sel seperti pyramid atau agak bulat pada dasarnya yang terdesak ke basal oleh sel utama
§ Inti bulat, sitoplasma tampak asidofil serta adanya canaliculi secretori yang tampak sebagai bangunan intraseluler
§ Diduga menghasilkan asam HCl dalam getah lambung
§ Dengan mikroskop elektron terlihat :
- Permukaan sel yang mengadakan invaginasi membentuk canalikuli
- Microvili panjang
- Hubungan dengan sel utama diperkuat oleh zenula occluden dan desmosom
- Mitokondria tampak asidofil
- Kompleks golgi terdapat antara inti dan basal

3) Sel mukosa leher
§ Relatif sedikit dan terletak antara sel-sel parietal di daerah leher kelenjar
§ Pada pewarnaan biasa mirip sel utama, tapi inti di basal agak pipih
§ Untuk membedakan dengan sel parietal, diwarnai dengan past/mucicarmine
§ Dengan mikroskop elektron terlihat :
- Microvili pendek pada permukaan sel
- Dengan sel di dekatnya dihubungkan dengan desmosom interdigitasi
- Kompleks golgi diatas inti sel
- Mitokondria tersebar diseluruh sitoplasma
- Granular reticulum endoplasma lebih sedikit

4) Sel argentafin (sel enterokromatin)
§ Sel-sel kecil yang bergranula, tersebar diantara dasar sel utama
§ Merupakan tempat sintesa dan penimbunan serotonin
§ Menghasilkan gastrin, serotonin, dan enteroglukogen

· Glandula pylorica
Kelenjar ini terdapat di dalam lamina propria daerah pylorus. Glandula pylorica berbentuk tubuler bercabang simpleks, ujungnya bercilia hingga pada sediaan tampak terpotong melintang.
Sifat-sifat lain :
§ Lumen besar
§ Terdapat satu macam sel saja
§ Sel-selnya berbentuk silindris dengan sitoplasma pucat yang mengandung butir-butir tidak jelas, inti terdesak ke basal sel
§ Tampak kapiler sekretori di antara sel-sel kelenjar
§ Dengan pewrnaan HE tampak sebagai sel zymogen atau sel mucosa leher
§

o lamina muskularis mucosa gaster
terdiri atas serabut-serabut otot polos sirkuler sebelah dalam dan longitudinal sebelah luar. Kadang-kadang terdapat lagi serabut sirkuler di luar.

B. Tunika submucosa
Merupakan jaringan ikat padat yang mengandung sel-sel lemak, mast cells, sel limfoid

C. Tunika muscularis
Terdiri dari 3 lapisan berturut-turut dari dalam keluar, yaitu:
a. Stratum oblique
Terutama pada facies ventralis dan dorsalis di daerah fundus dan corpus ventriculi.

b. Stratum circulare
Merupakan lapisan yang paling merata di seluruh bagian ventriculus, di pylorus membentuk muskulus sphincter pylori.
c. Stratum longitudinal
Banyak pada daerah curvatura minor dan curvatura major.

D. Tunika serosa
Merupakan jaringan pengikat biasa yang sebelah luar dilapisi oleh mesotil sebagai lanjutan dari peritoneum viscerale yang meneruskan sebagai omentum majus. Pada perlekatan sepanjang curvatura minor dan major tidak dilapisi oleh mesotil.

Fungsi Gaster
Ø Tempat penimbunan sementara makanan dan minuman, dan tempat mengadakan pencernaan yang dilaksanakan secara kimia dan mekanik
Ø Menghasilkan getah lambung yang mengandung mucus air, electrolit, pepsin, rennin
Ø Sel parietal diduga menghasilkan gastric intrinsic factor untuk absorbsi vit B12

Di dalam pilorus lambung segera sebelum peralihannya menjadi duodenum disebut sfingter pilorus, dibentuk terutama oleh penebalan hebat dari lapisan sirkuler muskularis eksterna.
Ketika pilorus mendekati duodenum, pematang-pematang mukosa yang mengelilingi sumur-sumur lambung menjadi lebih luas dan tidak beraturan batasnya. Kelenjar-kelenjar tubuler berkelok-kelok pilorus masih terdapat di dalam lamina propria yang sebenarnya, dan bermuara ke dalam sumu-sumur lambung. Nodulus limfatikus sering terlihat pada daerah peralihan.
Di dalam duodenum evaginasi mukosa vili mulai terlihat. Setiap vilus berbentuk daun dengan ujung agak membulat. Di antara vili ada ruang intervili, lanjutan dari lumen intestinum. Epitel sekresi mukus lambung membentuk peralihan mendadak menjadi epitel intestin, yang terdiri dari sel goblet dan sel silindris dengan batas berstrip-strip (mikrovili) yang terus-menerus terlihat sepanjang intestin.
Kelenjar tubuler pendek tidak bercabang yang disebut kelenjar intestinal kriptus Liberkhun. Di dalam lamina propria yang sebenarnya menggantikan kelenjar pilorus. Kriptus ini terutama dibatasi oleh sel goblet dan sel dengan permukaan bersrip meneruskan diri dengan epitel permukaan. Satu atau lebih kelenjar intestinal bermuara ke dalam ruang intervilus.
Kelenjar duodenal (kelenjar Brunner) memenuhi hampir seluruh bagian atas duodenum dan sering meluas melewati muskularis mukosa. Muskularis mukosa terputus dan berkas muskularis mungkin tersebar diantara tubulus kelenjar mukosa. Bersama dengan kelenjar (submukosa) oesofagus, kelenjar duodenum adalah satu-satunya kelenjar submukosa yang sebenarnya di dalam saluran pencernaan.

INTESTINUM TENUE

Intestinum tenue merupakan bagian tractus digestivus di antara ventriculus dan intestinum crassum, seluruhnya ada sekitar 6 meter panjangnya. Intestinum tenue atau usus halus ini dibedakan dalam 3 segmen berturut-turut yaitu :

· Duodenum
Panjang sekitar 30cm, letak retroperitoneal yang tertutup oleh peritoneum parietale di sebelah ventralnya.
· Jejunum
· Ileum
Jejunum dan ileum dibungkus seluruhnya oleh peritoneus viscerale.



Dindingnya :
A. Tunika mucosa
Untuk memenuhi fungsi utama yaitu absorbsi makanan, maka perlu perluasan dari permukaan tunika mucosa. Perluasan tersebut dilaksanakan dalam beberapa tingkat :
· Lipatan-lipatan tunika mucosa sampai tunika submucosa, yang melingkar-lingkar yang disebut plica circularis atau valvula kerckingi (mirip lipatan).
Lipatan ini merupakan bangunan yang tetap yang tidak berubah karena pembesaran usus. Lipatan tersebut dimulai 5cm distal dari pylorus yang makin membesar dan paling besar pada akhir duodenum dan awal jejunum dan makin merendah sampai pada pertengahan ileum menghilang.
· Vili intestinalis
Merupakan penonjolan tunika mukosa dengan panjang 0,5 – 1,5 mm. Yang meliputi seluruh permukaan tunica mucosa. Di daerah ileum agak jarang, tersusun sebagai jari-jari, pada dasar vili terdapat muara kelenjar usus yang disebut glandula intestinalis liberkuhn atau crypta lieberkuhn.

· Microvili
Dengan adanya microvili, maka luas permukaan diperbesar sekitar 30x. Pada permukaan sel-sel epitel gambaran bergaris-garis yang disebut striated border, yang merupakan tonjolan sitoplasmatis diliputi membrane sel.

o Epitel
Bentuk epitel silindris selapis
Oleh vili intestinalis dan glandula dibagi 4 sel, yaitu :
a) Sel absorbtif
- Berbentuk silindris dengan tinggi 20 – 26 μ
- Bentuk inti ovoid pada basal sel
- Pada permukaan bebas terdapat microvili
- Enzim pencernaan amylase dan protease diserap oleh selubung glukoprotein hingga pencernaan dapat terjadi dalam lumen usus dan permukaan microvili
- Dalam microvili terdapat filamen-filamen halus yang penting dan sintesa trigliseride untuk proses absorbsi lemak.
b) Sel piala/goblet sel
- Merupakan sel uniseluler yang menghasilkan mucin.
- Sitoplasma merupakan lapisan yang tipis untuk melindungi lapisan secret tersebut sebagai plica.
- Ruangan yang dibatasi oleh plica tersebut berisi tetes-tetes mucigen.

c) Sel argentafis
- Sangat umum ditemukan dalam epitel duodenum
- Sangat banyak pada epitel appendix

d) Sel paneth
- Berkelompok dalam jumlah kecil di dasar crypta lieberkuhn
- Bentuk sel seperti pyramid, inti bulat pada dasarnya.
- Sitoplasma terlihat basofil, granular reticulum endoplasma lebih banyak.
- Menghasilkan peptidase, losozim

o Lamina propria
- Merupakan jaringan pengikat yang mengisi celah-celah di antara crypta lieberkuhn
- Mengandung serabut reticuler dan elastis
- Terdapat sel makrofag, limfosit, plasmosit, dan leukosit
- Nodus limfaticus lebih banyak, sebesar 0,6 – 3 mm sepanjang usus.
- Pada ileum sebagai nodus limfaticus paling besar plaques peyeri.

o Lamina muscularis
Terdiri atas 2 lapisan, yaitu :
- Stratum circulare di sebelah dalam
- Stratum longitudinal di sebelah luar

B. Tunika submucosa
Merupakan jaringan ikat padat yang banyak mengandung serabut elastis. Di dalamnya terdapat pula kelompok-kelompok sel lemak. Terdapat anyaman saraf sebagai plexus nervosus, submucosa meisseri.



Gambaran khusus tunika submucosa ada 2, yaitu:

a. Plica circularis
- Merupakan lipatan yang diikuti oleh lapisan dinding usus sampai tunika submucosa untuk memperluas permukaan usus.
- Terdapat 800 lipatan melingkar sabagai cincin yang tidak sempurna di sepanjang intestinum.

b. Glandula duodenalis bruneri
- Pars terminalis berbentuk tubuler yang bercabang dan bergelung.
- Ductus excretorius akan menembus lamina muscularis dan bermuara pada crypta lieberkuhn.
- Pada 2/3 distal duodenum kelenjar tersebut akan berkurang kemudian menghilang.

C. Tunika muscularis
Terdiri atas 2 lapisan serabut otot polos :
· Stratum circulare di sebelah dalam
· Stratum longitudinal di sebelah luar
Diantara kedua lapisan tersebut terdapat plexus myentericus aurbach

D. Tunika serosa
Merupakan jaringan pengikat longgar sebagai lanjutan peritoneum viscerale

INTESTINUM CRASUM

Saluran usus ini mempunyai panjang sekitar 1,5 m, diameternya dua kali lipat intestinum tenue. Tidak ada plica circularis dan juga vili intestinalis, sehingga permukaan dalamnya tampak lebih halus. Glandula intestinal lebih panjang dan rapat. Epitel yang melapisi tunika mucosanya pada umumnya sejenis.
Berdasarkan letak dan struktrunya, dibedakan dalam beberapa segmen, yaitu:

i. Colon, yang meliputi :
· caecum dan appendix vermiformis
· colon ascendes
· colon tranversum
· colon descendens
· colon sigmoideum

ii. Rectum, yang meliputi :
· pars empularis recti
· pars analis recti
· anus

1. Colon

Kecuali appendix, seluruh colon dan caecum mempunyai struktur yang sama. Dari luar colon tampak segmen yang melintang menggelembung yang disebut haustra. Disamping itu tampak adanya tiga jalur sebagai pita yang memanjang mengikuti sumbu panjang colon yang disebut taenia coli.
Di antara colon, yang terletak intraperitoneal ialah caecum dengan appendia, colon transversum dan colon sigmoideum. Sedang yang terletak retro peritoneal ialah conon ascendens dan colon descendens.

Appendix vermicularis

Bangunan ini merupakan tonjolan sebagai jari atau cacing, yang berpangkal pada caecum. Dindingnya relatif tebal dibandingkan lumennya. Adanya lipatan tunica mucosa kedalam dinding menyebabkan bentuk lumen yang tidak teratur. Pada orang dewasa lumen agak membulat. Kadang-kadang lumennya berisi sisa-sisa sel sampai tersumbat. Appendix ini berakhir buntu.

Dindingnya berstruktur sebagai berikut :

A. Tunica mucosa
Tidak mempunyai villi intestinalis.
1. Epitel, berbentuk silindris selpais dengan sel piala. Banyak ditemukan sel argentafin dan kadang-kadang sel paneth.
2. Lamina propria, hampir seluruhnya terisi oleh jaringan limfoid dengan adanya pula nodulus Lymmphaticus yang tersusun berderet-deret sekeliling lumen. Diantaranya terdapat crypta lieberkuhn
3. Lamina muscularis mucosa, sangat tipis dan terdesak oleh jaringan limfoid dan kadang-kadang terputus-putus

B. Tunica submucosa
Tebal, biasanya mengandung sel-sel lemak dan infiltrasi limfosit yang merata. Di dalam jariangan tunica submucosa terdapat anyaman pembuluh darah dan saraf.

C. Tunic muscularis
Walaupun tipis, tapi masih dapat dibedakan adanya lapisan dua lapisan.

D. Tunica serosa
Tunica serosanya mempunyai struktur yang tidak berbeda dengan yang terdapat pada intestinum tenue. Kadang-kadang pada potongan melintang dapat diikuti pula mesoappendix yang merupakan alat penggantung sebagai lanjutan peritoneum viscerale.

Valvula Ilecoececalis
Merupakan lipatan tunica mucosa dan tunica mucosa yang terdapat pada muara ileum dalam caecum. Dalam lipatan ini terdapat serabut otot polos memperkuat struktur tersebut. Serabut-serabut tersebut berasal dari stratum circulare tunica muscularis. Tapi bebas lipatan tersebut membatasi suatu celah tempat muara ileum.

Caecum
Struktur histologisnya tidak berbeda dengan colon yang lain.

Colon Ascendens, Colon Tranversum, Colon Descendens dan Colon Sigmoideum
A. Tunica mucosa
Tidak membentuk lipatan, plica atau villa sehingga permukaan dalamnya halus. Adanya lekukan ke dalam oleh incisura di luar menyebabkan di dalam terdapat bangunan sebagai lipatan yang diikuti seluruh lapisan dinding, yang disebut plica semilunaris.
1. Epitil
Epitil permukaan berbentuk silindris selapis dengan striated border yang tipis. Diantara sel-sel epitel ini terdapat sel piala. Kelenjar-kelenjarnya lebih panjang dari yang terdapat di usus halus, maka tunica mucosa lebih tebal. Kelenjar-kelenjar tersebut tersusun teratur dan sangat rapat. Hampir seluruhnya sel-sel kelenjar terdiri atas sel piala. Kadang-kadang terdapat sel argentafin. Sedang sel paneth sangat jarang.
2. Lamina propria
Susunan jaringan pengikat seperti pada intestinum tenue. Lebih banyak pula nodulus lymphaticus soliterius yang kadang-kadang meluas ke tunica submucosa.
3. Lamina muscularis mucosae
Jelas adanya dua lapisan
B. Tunica submucosa : Tidak ada keistimewaan
C. Tunica muscularis
D. Tunica serosa

Seperti juga pada intestinum tenue maka colon yang terdapat intraperitoneal akan dibungkus seluruhnya oleh tunica serosa dengan mesotil. Pada beberapa tempat terdapat bangunan sebagai kantung kecil yang berisi lerik yang disebut appendix epiepitionea

2. Rektum
Dibedakan 2 bagian :

Pars ampullaris recti
Sebagian besar tidak banyak berbeda strukturnya dengan colon. Glandula intestinalis merupakan yang terpanajang diantara kelenjar usus. Kemudian makin jarang, memendek dan menghilang pars analis recti.
Jaringan limfoid lebih sedikit daripada digeolony. Tunica muscularisnya terdiri dari dua lapisan tetapi tidak terdapat taenia lagi.
Tunica serosa diganti oleh tunica adventitia, hingga tidak dilapisi oleh mesotil.

Pars analis recti
Tunica mucosa membentuk lipatan longitudinal, sebanyak sekitar 8 buah. Lipatan longitudinale ini disebut Columna rectalis Norgagni.
Ujung lipatan-lipatan tersebut bersatu membatasi lubang anus. Maka terbentuk sebagai katup valvula analis dan ruang yang disebut sinus analis. Pada apeks katup anus, epitel silindris rektum digantikan langsung oleh epitel gepeng berlapis tanpa kornifikasi dari saluran anus. Kelenjar intestinal berakhir di sini, lamina propria rektum digantikan oleh jaringan ikat padat ireguler dalam lamina propria saluran anus. Submukosa rektum bersatu dengan lamina propria saluran anus.
Lamina propria dan submukosa keduanya amat vaskular pada daerah ini. Plexus haemoroidalis interna yang terdiri dari vena terletak di dalam mukosa saluran anus dan pembuluh darah meluas dari sini ke dalam submukosa rektum. Hemoroid interna adalah hasil dilatasi patologik dari pembuluh-pembuluh ini. Hemoroid eksterna berkembang dari pembuluh-pembuluh plexus venosum eksterna pada bibir anus.
Stratum circulare tunica musculoaris pada akhirnya akan menebal membentuk m.spincter ani internum. Sedangkan diluarnya terdapat bekas-bekas otot yang bergerak melingkar membentuk m.spincter ani externus.
Pada akhir pars analis recti terdapat perubahan epitil, dari epitil silindris selapis menjadi epitil gepeng berlapis tanpa keratinisasi. Daerah perubahan tersebut melingkar, disebut liner anorectale.
Lebih lanjut epitil gepeng terlapis tadi akan mengalami keratinisasi dan batasnya yang membentuk lingkaran disebut liniaanucutanea.
Di daerah ini mulai muncul folikel-folikel rambut dengan glandula sebacea.
Galndula suderifera bersifat apokrin seperti di axilla, disebut glndula circum-anale yang berbentuk tubuler.


Histofisiologi Intestinum Crasum
Adanya sel piala yang makin banyak menghasilkan mukus yang berguna untuk melicinkan. Disamping itu mucus akan mengikat air sehingga isi colon makin memesat.
Terjadi pula absorbsi air dan vitamin.
Didalam colon terdapat banyak sekali bakteri pembusuk sehingga dapat menghancurkan selulosa yang tadinya belum tercerna.

HEPAR

Anatomi Hepar
Hepar merupakan kelenjar yang terbesar dalam tubuh manusia. Pada vertebra rendah gambaran strukturnya memang benar-benar sebagai kelenjar. Pada manusia dan juga pada vertebra tinggi sudah berubah strukturnya sebagai susunan sel-sel dalam lempeng-lempeng.
Hepar pada manusia terletak pada bagian atas cavum abdominis, di bawah diafragma, di kedua sisi kuadran atas, yang sebagian besar terdapat pada sebelah kanan.
Berat organ ini pada orang dewasa sekitar 1,5 kg.
Permukaan hepar sebagian ditutupi peritoneum yang merupakan Capsula Glissoni.

Hepar terdiri atas :
· lobus dexter
· lobus sinister
· lobus caudatus
· lobus quadratus

Jika hepar segar diiris maka tampak warna merah tua dengan gambaran bulat-bulat yang tersebar rata dan di sekelilingnya terdapat pembuluh darah besar


Struktur Histologis
Hepar dibagi menjadi unit-unit berbentuk prisma polygonal yang disebut lobulus, terdiri atas parenchyma hepar dengan diameter 0,7—2 mm. pada potongan terlihat bahwa lobulus berbentuk sebagai segi enam dengan pembuluh darah yang terdapat di tengah,yang disebut vena sentralis.
Batas-batas lobulus pada hepar manusia tidak jelas dipisahkan oleh jaringan pengikat. Pada sudut pertemuan antara lobuli yang berdekatan terdapat bangunan jaringan pengikat berbentuk segi tiga berisi saluran-saluran yang disebut Canalis Portalis yang terdiri dari pembuluh darah, pembuluh limfe, saluran empedu dan serabut saraf. Bangunan segitiga ini disebut Trigonum Kiernanni.

Jika mengingat hepar sebagai kelenjar maka apa yang disebut lobulus tadi tidak sesuai dengan lobulus pada kelenjar yang pada umumnya mempunyai saluran keluar yang terdapat di tengah-tengah lobulus.
Pembagian lobulus hepar tersebut merupakan pembagian cara klasik yang mendasarkan atas aliran darah yang mengalir dari tepi lobulus yang kemudian berkumpul di tengah Vena Sentralis. Jika terjadi gangguan peredaran darah akan terjadi perubahan-perubahan di daerah perifer lobulus yang meluas ke pusat lobulus.



Elias pada tahun 1949 meyatakan bahwa parenchyma hepar terdiri atas masa sel yang saling berhubungan dan ditempati oleh suatu anyaman sinusoid. Sinusoid ini membagi rangkaian sel-sel parenchyma hepar menjadi lembaran atau lempeng-lempeng setebal satu sel.
Sel-sel hepar disebut pula hepatosit yang berbentuk polyhedral. Sepanjang permukaan terdapat anyaman canaliculi biliferi di seluruh lobuli hepatic yang pada sediaan biasa tidak dapat dilihat dengan mikroskop karena canaliculi tersebut sangat halus. Semua canaliculi akan bermuara di cabang Duktus Biliferus di perifer lobulus hepatis.

Histofisiologi Hepar

Hepar merupakan alat yang vital terutama dalam proses bahan-bahan makanan yang diabsorbsi dari saluran usus untuk nantinya dapat diergunakan oleh jaringan dalam tubuh.

Beberapa fungsinya adalah:

1. Kelenjar eksokrin
Hepar menghasilkan sekrei empedu sebanyak 1000 cc setiap hari.
Dalam cairan empedu terdapat:
· pigmen empedu, sebagai hasil pemecahan Hb eritrosit dalam lien dan medulla osseum (bilirubin yang tidak mengandung Fe akan masuk darah ke hepatosit)
· garam empedu yang penating untuk pencernaan
· protein
· kolesterol
· kristaloid dalam air
· hormon steroid yang mengikuti peredaran entahepatik. Hormon steroid masuk hepatosit mengalami perubahan atau tidak kemudian masuk enzim yagn disalurkan dalam intestinum. Di intestinum diserap masuk ke dalam darah lagi untuk kembali hepatosit. Demikian pula peredaran untuk bilirubin

2. Penimbunan bahan makanan atau vitamin
Misal; karbohidrat (glikogen), lemak vitamin B12 dan vitamin A

3. Transformasi
Protein menjadi karbohidrat atau lemak menjadi fosfolipid atau lipid menjadi lipoprotein serum yang dilepaskan dalam spatium dise. Konjugasi misalnya untuk detoksikasi amonia mnjadi ureum

4. Sintesa protein dalam plasma darah
Misal; albumin, globulin dan protein untuk pambekuan darah

5. Mengatur kadar beberapa zat dalam darah
Misal; glukosa yang dibantu oleh beberapa enzim dan hormon

6. Sel Kuffer
Termasuk dalam sistim retikuloendotelial membantu dalam pemecahan eritrosit

7. Fagosit


VESICA FELLEA

Anatomi Vesica Fellea
Vesica fellea merupakan kantung berbentuk labu yang melekat pada bagian bawah lobulus kanan hati; ujung buntunya atau fundus menonjol di bawah pinggir inferior hati.
Vesica fellea berukuran 10x4 cm. Dengan bagian-bagiannya yaitu: corpus, fundus, dan collum yang meneruskan sebagai duktus cysticus. Cairan empedu yang dihasilkan oleh hepar berasal dari ducti biliferi akan berkumpul dalam ductus hepaticus communis yang melanjutkan menjadi ductus cysticus yang bermuara dalam vesica fellea. Cairan empedu yang dibutuhkan untnuk pencernaan akan disalurkan melalui ductus choledochus dan bermuara dalam duodenum.
Histologi Vesica Fellea

Dinding Vesica Fellea

1. Tunica Mucosa
Bagian dinding ini mudah mengalami kerusakan post mortem, maka pembuatan sediaan vesica fellea sangat sulit. Tunica mucosa melipat-lipat membentuk rugae pada permukaan. Pada liatan yang besar akan terdapat lipatan-lipatan yang lebih kecil. Lipatan-lipatan tersebut akan mendatar apabila vesica fellea berisi penuh.
· Epitel
Terdiri atas selapis sel silindris tanpa sel piala. Sel-selnya mempunyai inti oval dengan bbutir-butir kromatin halus. Inti terdapat di bagian basal sel. Pada permukaan sel terdapat banyak microvilli.
· Lamina Propria
Sebagai jaringan pengikat di bawah pitel. Tidak diketemukan kelenjar kecuali pada collum yang berbentuk tubulo alveolar dengan sel-sel yang berbentuk kuboid jernih, dengan inti gelap terdesak ke basal. Kelenjar ini menghasilkan mucus

2. Tunica Muscularis
Terdiri atas anyaman serabut-serabut otot polos yang berjalan sirkuler, longitudinal dan menyerong dengan disertai serabut-serabut elastis.

3. Tunica Perimuscularis
Merupakan jaringan pengikat agak padat yang membungkus seluruh vesica fellea dan melanjutkan diri kedalam jaringn interlobular hepar. Di dalamnya banyak mengandung serabut-serabut elastis dengan beberapa fibroblast, sel lemak, sel limfoid, pembuluh darah, pembuluh limfe dan serabut-serabut saraf.

4. Tunica Serosa
Bagian vesica fellea yang tidak menempel pada permukaan hepar dibungkus oleh peritoneum yang melanjutkan diri membungkus hepar. Peritoneum yang menutupi vesica fellea merupakan tunica serosa.

Vesicsa fellea pada collumnya melanjutkan diri sebagai ductus cysticus. Pada permukaan dalamnya terlihat lipatan-lipatan yang disebut valvula spiralis heister yang disebabkan karena penebalan sebagian dari tunica mucularis luarnya.

Histofisiologi Vesica Fellea

1. Vesica fellea dipergunakan untuk menampung dan menyimpan empedu yang dihasilkan oleh hepar terutama pada waktu pencernaan lemak. Cairan empedu disalurkan dari vesica fellea melalui ductus cholodochus ke dalam duodenum. Hal ini disebabkan kontraksi otot-otot vesica fellea yang dipengaruhi oleh hormon cholecystokinin yang ikeluarkan oleh tunica mucosa usus dibawa melalui darah ke otot-otot vesica fellea.

2. Terdapat pengangkutan aktif ion Na ke dalam celah-elah iantara sel epitel vesica fellea yagn diikuti transpor air dari cairan empedu ke dalam celah interseluler. Akibatnya cairan empedu akan lebih pekat.

3. Sekresi mukus oleh kelenjar-kelenmjar yang terdapat dalm collum.

PANCREAS

Anatomi Pankreas
Pancreas merupakan kelenjar campuran pada system digestive yang tarbesar setelah hepar.

Terdiri atas dua bagian, yaitu:
- Kelenjar eksokrin
- Kelenjar endokrin

Pankreas terdapat retro peritoneal yang melintang dari bagian kanan menyerong ke kiri atas diantara duodenum. Ujung kiri yang disebut cauda pankreatis menempel pada lien.

Ukuran pada prang dewasa yaitu:
· Panjang 20—30 cm
· Berat 60—160 cm

Bagian-bagiannya yaitu:
· Caput pankreatis
· Corpus pankreatis
· Caudal pankreatis

Kelenjar Eksokrin

Kelenjar ini terdiri dari gabungan kelenjar acinus yang membentuk lobulus dan digabungkan masing-masing oleh jaringan pengikat longgar yang dilalui oleh pembuluh darah, pembuluh limfe, serabut dan saluran keluar kelenjar-kelenjarnya.
Tiap asiunus dibentuk oleh selapis sel yang berbentuk piramidal yang pada bagian basalnya bertumpu pada anyaman retikuler. Bagian puncaknya membatasi lumen membesar berisi sekret. Diantara sel asini tadi terdapat kapiler sekretoris yang bermuara dalam lumen kelenjar.
Di daerah basal terlihat gambaran bergaris-garis yang merupakan granular endoplasmik retikulum yang saling beranyaman tampak basofil. Daerah supranuklear terlihat butir-butir sekresi yang asidofil, butir-butir sekresi ini berisi enzim-enzim proteolitik, lipolitik dan penghancur karbohidrat. Diantara butir-butir terlihat celah-celah yang sebenarnya adalah kompleks golgi.

Struktur Halus
Nukleus tampak dibatasi oleh membrana nuklearis yang rangkap dengan di sana-sini terdapat porus nuklearis. Di dalamnya terdapat 1—2 nukleoli yang jelas dengan di tengah-tengahnya kurang padat (ini yang menyebabkan warna eosinofil pada sediaan biasa)
Pada bagian basal sel asiner terdapat banyak sekali granular endoplasmik retikulum yang berjalan sejajar dan saling berhubungan.
Dalam sitoplasma terdapat pula ribosom yang bebas. Riboson tersebut yang menyebabkan warna basofil.
Mitokondria tidak begitu banyak terdapat. Sebagian besar terdapat di bagian basal sel di antara granular endoplasmik retikulum. Kompleks golgi terletak di daerah supranuklear yang bermacam-macam bentuknya.
Butir-butir sekresiu yagn telah terbentuk berkumpul di puncak sel. Butir-butir sekresi ini diliputi membran yang permukaannya halus.

Saluran Keluar

Saluran keluar dimulai dalam asinus sebagai sel-sel sentreasiner yaitu sel saluran kelenjar yang masuk ke dalam asinus. Dapat pula dimulai dari duktus ternalatus yang kemudian menjadi duktus interlobularis.
Duktus interlobularis mempunyai dinding berepitel silindris pendek selapis yang bertumpu pada bagian retikulum di bawahnya.
Duktus pankreatikus warsungi merupakan saluran keluar utama pankreas. Duktus ini dimulai dari cauda pankreatis berjalan melintang sepanjang pankreas dan menerima saluran-saluran yang lebih kecil sepanjang perjalanannya. Kadang-kadang saluran utama ini bermuara sendiri di dalam duodenum pada ampula vateri. Sebelah cranial dari duktus ini terdapat duktus accessorius Santorini. Saluran ini mempunyai epitel silindris selapis yang diperkuat oleh jaringan pengikat padat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar